tag:blogger.com,1999:blog-15455431314078088602024-03-14T14:58:55.786+07:00Cerita Sex DewasaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comBlogger24125tag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-91063744733482582052016-07-19T16:56:00.000+07:002016-07-19T16:56:57.615+07:00Cerita Sex Gairah Yang Menggebu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-a2G07ri1Rv2f0O5Gp2InxJd-wpucn3WQudLOjDYjj4JkuzyBwftMy7nKSJyxyg83W8DgMfS3E1ZQxVi1yFwZDDBbEeQjTqnowZnry16gu56UUXaUWcv1y9wHUoLBp8BgKww_2a5-z77/s1600/daf633204419293.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Gairah Yang Menggebu" border="0" height="282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ-a2G07ri1Rv2f0O5Gp2InxJd-wpucn3WQudLOjDYjj4JkuzyBwftMy7nKSJyxyg83W8DgMfS3E1ZQxVi1yFwZDDBbEeQjTqnowZnry16gu56UUXaUWcv1y9wHUoLBp8BgKww_2a5-z77/s400/daf633204419293.jpg" title="Cerita Sex Gairah Yang Menggebu" width="400" /></a><br /></div>
<h2>
<b>Cerita Sex Gairah Yang Menggebu</b></h2>
<br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta adalah seorang guru disebuah SMA di Jakarta, umur sekitar 32tahun, seksi, cantik dan menggairahkan, sudah hampir 8 tahun tdk pernah melakukan hubungan seks lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Cerita Sex Terbaru | Saat ia berusia 24 tahun ia ditinggalkan oleh suaminya, suaminya pergi tanpa pesan entah kemana, sejak itu Sinta tdk pernah lagi percaya dengan laki-laki, ia merasakan bahwa laki-laki yg mendekatinya hanya sekedar ingin melakukan hubungan sex saja dengan dia.<br /><br />Baca juga :<br />- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-akibat-suami-terlalu-sibuk.html">Cerita Sex Akibat Suami Terlalu Sibuk Kerja</a></b></span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kadang-kadang ia merasa butuh akan belaian seorang lelaki, rindu akan sentuhan-sentuhan lelaki, dan memeknya kadang-kadang gatal ingin merasakan lagi sodokan-sodokan penis lelaki, tapi ia merasa takut akan dikecewakan lagi oleh lelaki dan ia tdk mau sakit hati lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Banyak lelaki mencoba untuk mendekatinya, tetapi semuanya berlalu begitu saja tanpa dapat merasakan kehangatan badan Sinta, banyak orang berpikir bahwa Sinta adalah seorang lesbian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mempunyai tubuh yg sangat sexy sekali, bentuk tubuhnya sangat bagus, sebagus anak-anak gadis berumuran 18 tahunan, kullitnya kuning langsat dan sangat halus sekali, ukuran branya 36C, bentuk pantat yg indah dan pinggang yg ramping ditambah sepasang kaki yg lenjang, bentuk tubuh Sinta adalah impian para lelaki.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Cerita Dewasa Terbaru | Sore hari setelah usai jam sekolah, Sinta masih berada diruangan kelas, sedang memeriksa hasil ulangan murid-muridnya, tiba-tiba didepan pintu berdiri seorang lelaki, yg ternyata adalah Herman guru olahraga disekolah ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman terkenal dikalangan para murid wanita karena kegantengannya, dan banyak perempuan yg sudah jatuh dalam pelukan Herman tapi tdk untuk Sinta, Sinta sama sekali tdk pernah tertarik kepada Herman, Herman berusia sekitar 32 tahun, masih sendiri, bentuk tubuhnya betul-betul atletis.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman terkenal dengan penisnya yg besar, biarpun Sinta tdk pernah melihat secara langsung tapi ia sering sekali mendengar bahwa Herman mempunyai batang kemaluan yg sangat besar, entah itu dari sesama guru wanita ataupun dari para murid wanita, dan dari cerita mereka Sinta tahu bahwa Herman tdk pernah merasa cukup melakukan hubungan seks.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tdk dapat berbohong bahwa lubang senggamanya menjadi basah, saat mendengar cerita dari rekan-rekan gurunya saat mereka melakukan hubungan seks dengan Herman, gairah birahinya bergejolak, lubang senggamanya gatal ingin merasakan sodokan batang kemaluan Herman yg besar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Lembur??” tanya Herman, sambil mendekati meja Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Nampaknya kamu mencintai pekerjaanmu”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Yeah, “ jawab Sinta,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“lagian gak ada alasan pulang cepat, tdk ada yg menungguku juga dirumah,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kamu kan tahu, kamu tdk perlu sendirian dirumah, aku kan pernah bilang,” kata Herman ,”kamukan bisa aja bawa teman pulang kerumahmu untuk teman ngobrol”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohh, Herman, kitakan pernah bicarakan hal ini sebelumnya , maaf, aku gak tertarik, ketertarikan aku terhadap lelaki sudah hilang sejak 8 tahun yg lalu, seperti yg pernah aku bilang beberapa kali ke kamu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tapi kali ini Herman telah memutuskan, ia datang dengan persiapan agar dapat merasakan lubang senggama Sinta, sehingga Sinta tdk dapat menolaknya lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Baiklah, sebetulnya aku benci untuk mengatakan hal ini, tapi aku khawatir kalau kamu tdk mengajak aku kerumahmu malam ini untuk menikmati dan merasakan tubuhmu yg seksi, terpaksa aku akan melapor kepada Pak Suparman” kata Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman menatap mata Sinta, tatapan Herman membuat Sinta gelisah dan bingung atas kata-kata Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Apapun maksudmu? Apa yg bisa kamu laporkan tentang aku kepada kepala sekolah,” jawab Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Hhhmmm, baik,” Herman melanjutkan. “kamu tahu Deni?? Anak yg paling besar disekolah kita, dan salah satu anggota team basket kita, dan yg keluarganya baru saja pindah ke Bandung?”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mengangguk. Anak itu adalah salah satu murid dikelasnya dimana ia menjadi wali kelas.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku tdk mengatakan apa-apa pada saat kejadian itu, karena aku tdk mau terjadi apa-apa pada reputasimu,” kata Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“tapi, Deni cerita padaku bahwa beberapa kali dia pergi denganmu ke hotel, dan ia juga bercerita bagaimana kamu selalu mengkaraoke penisnya dan menelan spermanya saat ia ejakulasi, ia bilang kamu sanggup menelan sperma lebih banyak daripada gadis manapun, dan katanya lagi bahwa kamu sekali dientot oleh penis yg besar.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta terkejut sampai tdk bisa mengucapkan sepatah katapun, Sinta menatap Herman dengan tajam, nafasnya memburu, setelah memperoleh ketenangannya kembali,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Saya tdk pernah melakukan hal itu kepadanya, saya tdk pernah bersetubuh dengan dia ataupun dengan lelaki lain, itu semua hanya kebohongan belaka,” teriak Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“He..he.., saya ragu kamu bisa meyakinkan hal ini kepada kepala sekolah, hhmm, kata-katamu lawan kata-katanya, kamu tahu sendiri kepala sekolah kita. Jika ada saja sedikit skandal didalam sekolahnya terutama ini menygkut guru-guru dibawahnya dengan murid-murid disekolah ini, kamu bisa dipecat kapan saja, Aku benci melaporkan hal ini, tapi nampaknya kamu tdk memberikan banyak pilihan untukku. Sudah pasti kamu tdk akan mengajak aku kerumahmu untuk bermesraan??”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta betul-betul terkejut sehingga ia tdk dapat berpikir dengan jernih, ia tahu pak Suparman tdk akan mempercayai perkataan dia.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tapi, aku betul-betul tdk melakukan hal itu, Sin!!” Sinta berkata sambil menangis “Jangan lakukan hal ini padaku, ini akan menghancurkanku, Aku tdk pernah berhubungan seks dengan murid-muridku!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman hanya tersenyum, ia tdk perlu mengatakan apa-apa lagi, Ia tahu Sinta sudah ada dalam genggamannya, Sinta mulai menangis, bibirnya gemetar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tak lama kemudian, Sinta mulai bisa menenangkan dirinya, ia keringkan airmatanya dan mengambil nafas dalam-dalam.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“OK, “ kata Sinta sambil matanya menatap lantai.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“sekarang maumu apa, saya hisap penismu, atau kamu entot memekku, atau kamu mau jilatin memekku, kamu tinggal bilang saja.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman merasa penisnya mulai bangun, jantungnya berdebar mendengar kata-kata Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ok, bagus sekali! Kamu tdk akan menyesal, saya berjanji,” kata Herman dengan gembira, senyumnya terhias diwajah gantengnya, kemudian,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“daripada kita lakukan dirumahmu lebih baik kita lakukan sekarang di ruangan senam, saat sekarang sudah pasti tdk ada orang lagi disana ataupun disekolah,” lanjut Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tahu ruangan senam yg dimaksud, dimana ia pernah menyaksikan saat team senam mereka berlatih, ruangannya cukup besar, lantainya dilapisi oleh matras yg sangat tebal, dan ruangan tersebut kedap suara, jadi suara dalam ruangan itu tdk akan terdengar keluar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tahu ia bisa berteriak, melenguh dan merintih-rintih sekerasnya dan tdk akan ada yg mendengarkan suara erangan dia, kecuali Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat ini, Sinta sedikit gugup seperti layaknya seorang anak perawan, lubang senggamanya mulai hangat dan basah, dia mulai terangsang membayangkan lubang senggamanya yg sebentar lagi akan mendapatkan sodokan-sodokan batang penis.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sesampainya di ruangan senam, Herman mulai melucuti baju Sinta satu persatu, setelah Sinta telanjang bulat Herman melihat kedua payudara Sinta menggelayut dengan indah kedua putingnya mencuat seolah menantang untuk dijilati dan dihisap.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah selesai melucuti pakaian Sinta, Herman mulai membuka bajunya juga, saat Herman membuka celana dan Cdnya, jantung Sinta berdegup kencang melihat penis Herman yg besar dan sudah tegang, ukurannya hampir 2 kali dari ukuran penis suaminya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian Sinta merebahkan tubuhnya diatas matras, dan mulai mengangkangkan kakinya, sehingga lubang senggamanya yg berwarna merah muda terlihat oleh Herman dengan jelas, memeknya sudah basah oleh cairan pelumasnya.Herman berlutut didepan memek Sinta, tangannya yg kiri mulai mengelus-elus paha Sinta sementara yg kanan mengelus-elus belahan memek Sinta, jempolnya kemudian mengelus-elus itil Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ooohhh!!” Sinta merintih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oohh, Sin, entot aku sayang, cepat!! Masukkan penismu yg besar itu kedalam memekku!! Aku tdk sabar lagi, dan aku ingin kamu genjot aku dengan keras dan cepat sayang!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman tdk memerlukan lagi pelicin, ia merasakan jari-jari tangannya basah oleh cairan pelumas yg keluar dari memek Sinta, memek Sinta nampaknya sudah siap untuk diterobos oleh penis Herman, kemudian Herman menyelipkan kepala penisnya dibelahan memek Sinta, lalu dengan sekali sentakan yg kuat ia dorong batang penisnya menerobos lubang senggama Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jlllleepp…. Bleesssss…….</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Eeeaaaghhh!” Sinta memekik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kedua matanya terbelalak, kepalanya tergeliat kebelakang menekan matras, dan ia mengangkat pantatnya menyambut desakan penis Herman dilubang senggamanya, penis Herman terbenam dalam-dalam di lubang memek Sinta, Sinta merasakan bahwa lubang memeknya penuh sesak oleh jejalan batang penis Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Bagaimana?? Kamu sukakan???” Herman bertanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Suka penisku, sayang? Cukup besar buatmu??”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohhh, Herman, penismu luar biasa sekali!” Sinta merintih keenakan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wajahnya merona merah, nafasnya mulai terengah-engah, penuh dengan nafsu ingin memuaskan dahaga akan kenikmatan seks.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“tekan yg dalam, sayang!! Aku membutuhkan penis besar seperti punyamu ini sedari dulu!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman melakukan permintaan Sinta, Herman memeluk tubuh Sinta lalu dengan gaya misionari, Herman memulai menggerakkan pinggulnya memaju-mundurkan penisnya didalam lubang senggama Sinta dengan cepat dan keras, Herman merasakan lubang senggama Sinta semakin basah dan basah saja.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman memberikan berlusin-lusin sodokan-sodokan penisnya didalam memek Sinta sebelum terdengar suara Sinta yg merengek-rengek dan mengerang keenakan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Mmmm, ouughh! Enak sekali, sayang,” Sinta berbisik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“entotanmu enak sekali, Ohh, aku suka sekali penismu, aku sekali caramu mengentotku, Ohhh, penismu memenuhi memekku, Oohhh!!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Bob belum pernah mengentot cewek yg bernafsu sekali seperti Sinta, biarpun itu anak gadis yg berhasil ia pikat tdk sepanas dan bernafsu seperti Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Badan Sinta bergetar saat merasakan sodokan penis besar Herman di memeknya, perasaan Sinta bercampur aduk merasakan kehangatan penis Herman yg sedang mengaduk-aduk lubang senggamanya, Sinta kerepotan menahan ledakan-ledakan nafsunya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta melingkarkan kakinya yg lenjang kepinggang Herman dan mengaitkan kedua pergelanganan kakinya, Sinta mulai menekan pinggang Herman saat Herman mendorong masuk penisnya, akibatnya membuat penis Herman masuk lebih dalam di lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mengerang-erang keenakan setiap sodokan penis besarnya Herman mendorong masuk di lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Terus, sayang, terus, sodok aku dengan penis besarmu itu, Ohhh, sampai memekku penuh dengan semburan spermamu yg hangat,” Sinta berteriak memohon-mohon.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku ingin merasakan tembakan spermamu didalam lubang memekku!!.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman semakin mendekatkan tubuhnya, tangannya melingkari tubuh Sinta lewat bawah tangan Sinta, tubuhnya menekan tubuh halus Sinta, penisnya menekan lebih dalam, sangat dalam sekali didalam lubang senggama Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta memompa pinggulnya dan meremas tubuh Herman dengan kedua kakinya, dan lubang senggamanya mulai berdenyut-denyut, nafas Sinta terengah-engah dan menderu, rintihannya semakin sering terdengar merasakan kenikmatan yg sangat hebat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman memompa penisnya semaki cepat dan hebat didalam memek Sinta, membawa Sinta semakin mendekati puncak kenikmatannya yg pertama selama 8 tahun ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta memohon-mohon agar Herman semakin mempercepat sodokan-sodokannya, dan tak lama kemudian tubuhnya menyentak dengan kuat, memeknya memuntahkan lahar puncak kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“AAAIIEEE!” Sinta memekik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“OHHH, ENTOT AKU SAYANG! ENTOT AKU! ENTOT AKU! ENTOT AKU! YG DALAM!!!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta seperti binatang liar, memeknya sangat basah oleh lender kenikmatannya, Sinta merasakan kehangatan memenuhi lubang senggamanya, menyirami penis Herman yg sedang keluar masuk dalam lubang memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tubuh Sinta menggeliat-geliat dan pinggulnya memutar-mutar diatas matras, Sinta merintih dan mengerang keenakan menikmati puncak gairah birahinya yg tercapai, lubang memeknya berdenyut-denyut saat memuntahkan lahar kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Semua penantian dan kebutuhan akan seks selama 8 tahun telah tercapai saat lubang memeknya berdenyut-denyut dan mencengkram penis Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohhh, kamu hebat sekali, sayang!” she mengerang penuh nafsu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kamu sangat hebat sekali!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu juga sayang, kamu adalah yg paling hebat dari semua yg pernah aku entot,” Herman mendesah, sambil tetap melanjutkan genjotan-genjotannya, Herman memompa penisnya dengan kuat dan menekan lebih dalam sejauh yg bisa ia lakukan, menggesek-gesek itilnya Sinta, dan dinding memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Mereka bersetubuh seperti itu dengan waktu yg cukup lama, menikmati manisnya gairah birahi mereka, penis besar Herman semakin basah dan semakin mudah keluar masuk dalam lubang senggama Sinta, Herman menikmati betul mengentot memek Sinta yg tdk pernah dimasuki penis lelaki lain untuk waktu yg cukup lama.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman mencoba untuk menahan agar penisnya tdk cepat-cepat memuntahkan lahar kenikmatannya, sampai ia dapat memberikan beberapa kali kepuasan kepada Sinta, Herman tahu Sinta bisa beberapa kali mencapai kepuasannya, dan Herman ingin menghemat tenaganya dan memastikan agar Sinta bisa mendapatkan kepuasan yg orang lain tdk dapat berikan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya setelah kepuasan pertama Sinta mereda, Sinta menyarankan agar merubah posisi mereka, dipojokan ruang senam ada bantalan bangku yg dapat distel.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku rebahan di bangku itu, dan kamu bisa menyetel ketinggiannya sesuai dengan keinginanmu,” kata Sinta,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kemudian kamu berdiri dilantai dan kamu masukkan penismu lagi, aku ingin merasakan penismu yg besar itu, menghujam memekku lebih dalam dan lebih keras lagi!!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman menyukai ide Sinta itu, ia tahu dengan posisi itu penisnya bisa lebih dalam masuknya di memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merangkak naik keatas bangku, ia mengatur posisi tubuhnya, Herman mengatur posisi meja itu, sehingga posisi pantat Sinta lebih tinggi dari posisi kepalanya dan sejajar dengan posisi penisnya saat berdiri, Sinta gemetar saar merasakan penis Herman menyentuh kakinya. Ini pasti akan lebih enak lagi, batin Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman mengunci posisi bangku yg sudah tepat dan berdiri di satu ujungnya, pantat Sinta berada tepat diujung bangku, kedua kaki Sinta mengangkang, lubang memeknya terbuka, indah sekali.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Batin Herman bergejolak, Haruskan kujilati dulu memek ini? Tapi ia perhatikan Sinta, nampaknya Sinta lebih menginginkan kehangatan penisnya, iapun mengambil keputusan untuk mengentot Sinta lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sekarang ini Herman menekuk kaki Sinta sehingga lutut Sinta hampir menyentuh payudaranya yg besar, Herman memegang pergelangan kaki Sinta, kemudian ia mulai mengarahkan penisnya dan mendorongnya masuk kedalam lubang memek Sinta, kepala penisnya menyelinap masuk dibelahan memek Sinta, dan ia menekan dalam-dalam dilubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mendesah berat saat merasakan penis Herman mulai menyodok lubang memeknya, bola matanya berputar sehingga yg nampak hanya yg putihnya saja, tubuhnya melenting seperti busur panah, Herman tahu bahwa penisnya masuk lebih dalam dari sebelumnya, dan ini cukup untuk membuat gairah nafsu Sinta akan tercapai lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“OK, sayang, buat aku puas lagi,” kata Sinta lirih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku ingin merasakan penismu masuk lebih dalam sampai biji pelermu menyentuh bibir memekku, Aku sekali dientot oleh penismu yg besar dan hangat itu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman membungkukkan tubuhnya dan mengangkat kedua kaki Sinta lalu menaruhnya diatas pundaknya, penisnya yg besar dan panjang masuk lebih dalam lagi sampai jembutnya bersentuhan dengan bibir memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta dapat merasakan denyutan dan tegangnya penis Herman saat Herman mulai memaju mundurkan penisnya, memeknya berdenyut-denyut kencang penuh gairah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman menyelipkan kedua tangannya dibawah pantat Sinta, kemudian Herman mulai meremas-remas kedua bongkahan pantat Sinta dengan lembut, Sinta menyukai aksi Herman ini, kemudian Herman mengangkat pantat Sinta untuk menyambut sodokan penisnya, membuat penisnya masuk lebih dalam lagi di memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian Herman mulai mengentot Sinta, pinggul dan pantatnya mulai naik turun dengan cepat, Nampak penisnya yg panjang mulai basah oleh cairan memek Sinta dan urat-urat penisnya semakin terlihat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman memompakan penisnya semakin cepat dan cepat kedalam lubang memek Sinta, membuat tubuh Sinta menggeliat dan menggelinjang menikmati kenikmatan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Lagi dan lagi tanpa berhenti, Herman terus mengeluar masukkan seluruh batang penisnya yg panjang dan besar itu, membuat tubuh Sinta gemetar, membuat memek Sinta berdenyut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mencapai kepuasannya terlebih dahulu, rintihannya terdengar, memeknya berdenyut dengan kencang, hampir bersamaan penis Hermanpun memuntahkan spermanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kita keluar sama-sama, sayang!” Sinta merintih-rintih keenakan, dan Sinta merasakan penis Hermanpun mulai berdenyut. “tembakkan spermamu didalam memekku, sayang.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ini dia, ini dia, terima spermaku, sayangkut!” Herman mengerang, mukanya memerah saat meraih puncak kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tubuh Herman melenting, penisnya ia tekan dalam-dalam di lubang memek Sinta, lahar kenikmatan mereka bertemu dilubang senggama Sinta, dan membasahi penis Herman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman telah menyetubuhi Sinta dengan seluruh kemampuan yg ia punyai, Herman adalah seorang laki-laki jantan yg mempunyai penis yg panjang dan besar, dengan stamina yg bagus, dan Sinta tetap merasa kurang puas ia masih menginginkan penis lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta sangat bernafsu, gairah birahinya meledak-ledak, ia sangat kelaparan akan sodokan-sodokan penis, Herman menyadari bahwa Sinta akan berubah menjadi perempuan yg haus akan seks setelah pengalaman seks hari ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Herman tetap membenamkan penisnya didalam lubang memek Sinta, menembakkan spermanya sampai tetes terakhir.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Nampaknya Sinta susah untuk betul-betul dipuaskan oleh penisnya ini, dan Sinta tahu akan hal ini, Sinta menyukai dientot oleh Herman, dan Sinta ingin sisa malam ini dihabiskan dengan dientot oleh Herman dan dengan berbagai posisi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dan mereka melakukan itu, mereka melakukan sampai dini hari, mereka melakukan dengan berbagai posisi, diatas matras dengan Sinta diatas Herman, lalu mereka melakukan posisi doggie style. seksigo</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tapi Sinta tahu setelah ini ia akan pulang kerumah dan berakhir dengan tidur sendirian diatas tempat tidurnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sekarang setelah merasakan sodokan-sodokan penis lagi, yg pernah atau hampir ia lupakan bagaimana rasanya dientot oleh penis, Sinta akan merindukan setiap harinya sodokan-sodokan penis-penis yg besar yg akan memuaskan dia, yg akan membuatnya melayg-layg.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Beberapa hari kemudian setelah kejadian dihari itu, Sinta merasakan memeknya mulai gatal ingin merasakan sodokan-sodokan penis lagi. Hari Senin pagi Sinta mengajar di jam pertama. Salah satu muridnya Rian yg duduk dibarisan depan, matanya menatap Sinta, dan pada saat ia Sinta mulai mengajar nampak oleh Sinta tonjolan diselangkangannya dibalik celana ketatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sebelumnya Sinta tdk pernah memperhatikan hal ini, tapi sekarang ini Sinta sedang membutuhkan penis untuk menyodok-nyodok memeknya, selangkangan Rian seperti magnet untuk mata Sinta, Sinta membayangkan menarik risletingnya dan menarik keluar penisnya yg sedang tegang itu, menghisap dan mengulum-ngulum sampai mulutnya penuh oleh sperma.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sangat susah untuk Sinta berkonsentrasi dalam mengajar hari ini, bagaimanapun juga akhirnya Sinta berhasil melalui semua ini saat bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajarannya telah berakhir, dan Sinta juga teringat bahwa Rian adalah anggota dari club fotografi disekolahan dimana Sinta menjadi guru pembimbingnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Rian, tunggu sebentar ada yg mau saya bicarakan?” Sinta bertanya. “saya ada tugas khusus untuk kamu di ruangan gelap club fotografi malam ini, setelah jam sekolah usai, ini akan sangat berarti buat saya jika kamu bisa melakukannya.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tentu, bisa, bu.” Kata Rian, “orangtuaku sedang pergi keluar kota ada urusan keluarga, jadi aku tdk perlu buru-buru pulang kerumah.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasa senang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Bagus, jadi saya tunggu sekitar jam 4.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sebuah kesempatan batin Sinta, jika ia menginginkannya, Aku akan entot dia sampai tengah malam, jika Herman bisa menggunakan ruangan senam, pasti aku juga bisa menggunakan ruangan gelap fotografi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasa sedikit khawatir jika pak Suparman mengetahui hal ini, tapi saat ini Sinta sedang bernafsu sekali ingin merasakan sodokan penis di memeknya, jadi ia tdk perduli lagi tentang pak Suparman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta sangat membutuhkan penis, dan ia tahu bahwa tdk ada yg menandingi kehangatan penis anak muda seperti Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Seusai jam sekolah, setengah berlari Sinta menuju ruangan gelap fotografi, yg lokasinya agak berjauhan dengan bangunan utama sekolah ini. Sinta sampai duluan di ruangan tersebut, ia lalu membuka kunci pintu ruangan tersebut, ketika Rian tiba, ia mematikan lampu besar yg ada diruangan itu, ruangan itu sekarang hanya diterangi oleh lampu kecil saja, dimana lampu ini biasanya digunakan pada saat orang sedang mencetak film.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo masuk, Rian,” kata Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“tdk apa-apa. Saya belum melakukan apapun juga, tapi lebih baik kalau kamu mengunci pintu itu, dan nyalakan lampu diluar jadi tdk orang yg mengganggu saat kita menggunakan ruangan ini.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah Rian mengunci pintu, Sinta tdk membuang waktu lagi, ia segera mengeluarkan sejumlah photo dan roll film dari dalam tasnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ini betul-betul rahasia, Rian,” kata Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Apapun yg terjadi didalam ruangan ini, hanya kita berdua saja yg mengetahui hal ini, tdk ada orang lain yg mengetahui kejadian diruangan ini, kamu mengertikan.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Iya, bu, sudah pasti.” Kata Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Matanya yg hitam malu-malu menatap Sinta, hampir seperti orang alim, dengan melihat ini saja membuat Sinta gemetar, Sinta membayangkan jika Rian pasti belum pernah melihat kemaluan perempuan, mungkin juga payudara perempuan belum pernah Rian lihat, apalagi melakukan hubungan seks, Sinta sangat pasti bahwa Rian masih perjaka.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta membatin sungguh aneh bila tdk ada satupun anak gadis disekolah yg mendekati Rian, tapi Sinta sadar mungkin karena Rian anak yg pemalu sehingga membuatnya jauh dari anak-anak gadis, tampangnya lumayan cakep, badannya lumayan kekar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta memberikan photo tadi ke Rian, dan terdengar hembusan nafas Rian yg sangat keras, Rian tdk dapat melepaskan pandangannya pada photo itu, dan Sinta menunggu sampai Rian melihat semua photo-photo itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Semuanya adalah photo-photo telanjang Sinta saat berumur 19 tahun.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oohh, Bu Sinta!!, kenapa ibu perlihatkan photo-photo ini padaku.” Kata Rian tergagap-gagap.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Apa ini betul-betul ibu??”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“itu semua memang photoku,” Sinta berkata lirih dengan mata setengah terpejam, wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah Rian, karena sangat dekatnya jika ia julurkan lidahnya ia dapat menjilat telinga Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Dan aku mau kamu sekarang memotretku, seperti itu, tapi dengan gaya lebih merangsang. Apa kamu bisa lakukan itu? Apa sebelumnya kamu pernah melihat perempuan telanjang??”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat ini Sinta hampir tdk dapat bernafas dengan normal, nafasnya terengah-engah, payudaranya yg besar terlihat naik turun dengan jelas seirama dengan nafasnya, yg ingin ia lakukan adalah menggenggam penis Rian, yg kelihatan sudah membesar dibalik celananya, tapi ia terpaksa menahan itu semua sampai ia merasa yakin bahwa Rian menginginkan dia, Ia harus yakin betul-betul bahwa Rian tdk akan menolak dia melainkan ingin memasukkan penisnya didalam lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Hhhmmm, aaaku tdk tahu, bu.” Kata Rian tergagap-gagap.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku akan dapat masalah besar jika ada orang yg tahu hal ini.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tdk ada satupun orang yg tahu, lagipula, aku yg akan dapat masalah lebih besar daripada kamu, Bagaimana??” sambil berbicara, Sinta mulai melepaskan kancing blusnya satu persatu, setelah blusnya terlepas kedua payudara Sinta mencuat menantang untuk dijamah, dengan sengaja Sinta menggesekkan payudaranya ketangan Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian merasakan penisnya berdenyut dengan kuat, sehingga ia berpikiran penisnya akan memuntahkan sperma dibalik celananya, Rian tdk pernah mengeluarkan spermanya dengan cara lain selain dengan cara mengocoknya sendiri, ia merasa sore ini ia akan mengalami hal yg baru dalam hidupnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jantungnya berdebar dengan kencang, matanya terbelalak menatap kedua payudara Sinta yg besar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku pikir pasti tdk apa-apa, jika ibu mengatakan demikian.” Rian berkata pelan sekali, suaranya nyaris tak terdengar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian sangat bergairah sekali, tapi gairahnya tdk melebihi gairah Sinta, Sinta seperti terbakar oleh gairah birahinya, Sinta sudah tdk sabar untuk melepaskan seluruh bajunya, dan baju Rian juga, dan kemudian mengulum-ngulum penis Rian yg tegang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian Sinta mulai melepaskan kancing blusnya satu persatu, kemudian Sinta melepaskan blusnya yg sudah terbuka, sekarang bagian atas Sinta hanya tertutupi oleh BH yg ketat sehingga sebagian payudaranya terpampang di mata Rian, kemudian Sinta mendekati Rian dan menempelkan dadanya di dada Rian, digesek-gesekkannya payudaranya yg masih tertutup oleh BH ke dada Rian, Rian bersandar dimeja, kedua tangannya mencengkram pinggiran meja. Sinta melihat pancaran nafsu dari kedua bola mata Rian, mulut Rian terbuka dan nafasnya terdengar memburu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Rian, kamu maukan mengambil photoku yg tanpa mengenakan sehelai bajupun,” Sinta bergumam, dengan mata setengah terpejam sambil menekankan payudaranya kearah muka Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian gemetar menahan gairah nafsunya, penisnya semakin menegang, dan ia merasakan tangan Sinta berada diselangkangannya, Rian juga merasakan kedua tangan Sinta sedang mengusap-ngusap penisnya dari balik celananya dan kadang-kadang meremas-remasnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohhh, sayang, kamu sudah bergairah!” Sinta mendesah manja.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku belum pernah sebelumnya merasakan penis sebesar dan sekeras ini. Cepat, sayang, aku keluarkan penismu ini yach, kemudian aku buka semua pakaianmu, aku ingin melihat penismu yg kamu sembunyikan, sudah pasti besar sekali punyamu ini, tapi aku ingin sekali merasakannya berada didalam genggamanku dan didalam mulutku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta membuka rok dan sepatunya, kemudian ia melepaskan celana dalamnya, Rian sangat b ernafsu sekali melihat pemandangan ini, kemudian Rian meraih kedua payudara Sinta dan meremas-remasnya, tak lama kedua tangan Rian beralih kepunggung Sinta, mencari kait BH Sinta dan membukanya, kedua payudara Sinta yg besar akhirnya terpampang didepan mata Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian tdk mau mengalihkan pandangannya dari kedua bukit kembar Sinta, Sinta merasakan gairah birahinya semakin memuncak, dengan sekali sentak Sinta menarik kepala Rian kearah salah satu payudaranya, Rian membuka mulutnya dan memasukkan puting susu Sinta dan mulai menghisap-hisap puting susu Sinta yg sudah mulai menegang. Sinta merasakan hangatnya mulut Rian dan bibirnya yg basah menjilati dan menghisap-hisap payudaranya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo cepat, sayang, aku sudah tdk sabar lagi,” Sinta berbisik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Cepat entot aku, buka bajumu dan masukkan penismu itu kedalam lubang memekku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan tergesa-gesa Rian melucuti pakaiannya, matanya masih memandangi tubuh Sinta yg sudah telanjang, Rian ingin cepat-cepat memasukkan penisnya kedalam memek Sinta dan mengentotnya seperti yg ia impikan selama ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian sering melakukan onani sambil membayangkan tubuh Sinta, hampir setiap malam ia lakukan itu sebelum ia tidur, dan sekarang ini didepan matanya tubuh Sinta telanjang bulat menantikan sodokan penisnya di lubang senggamanya, Rian hampir tdk mempercayai hal ini akan terjadi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Ketika Rian hanya tinggal mengenakan CD saja, Sinta sudah tdk sabar lagi ingin merasakan penis Rian, kemudian Sinta menarik CD Rian kebawah, dan setelah itu Sinta menyorongkan wajahnya keselangkangan Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Penis Rian sudah sangat tegang dan keras sekali, Sinta hampir tdk mempercayai matanya, ia melihat penis Rian lebih besar dari kepunyaan Herman, penis Rian tampak berdiri tegak dengan gagahnya</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jantung Sinta berdebar saat ia mulai mengulum-ngulum dan menjilati penis Rian, Sinta merasakan hangatnya penis Rian di lidahnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohhh, penismu betul-betul besar sekali,”Sinta bergumam.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Malam ini aku akan puas menikmati dientot oleh penismu ini.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta kemudian meraih kursi tanpa sandaran, lalu menyuruh Rian untuk duduk disitu, kemudian ia sendiri berjongkok dihadapan Rian, Sinta mendekatkan bibirnya dan mulai menciumi penis Rian, menjilati kepala penisnya, dan mengulum-ngulum penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tdk mau mengecewakan Rian, bibirnya dengan lembut melingkari batang penis Rian, kemudian Sinta mulai memaju mundurkan mulutnya sehingga penis Rian keluar masuk dalam mulutnya, Sinta mengocok penis Rian dengan penuh nafsu, memeknya semakin basah karena gairah birahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian gemetar penuh nafsu merasakan semua ini, saat merasakan penisnya dijilati dan dikulum-kulum oleh Sinta, sementara Sinta semakin gencar mengeluar-masukkan penis Rian dimulutnya, kepalanya naik turun dengan cepat, Sinta sangat bergairah sekali merasakan penis Rian berdenyut-denyut didalam rongga mulutnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat Rian melenguh perlahan dan meremas-remas rambut Sinta, Sinta merasakan denyutan penis Rian semakin cepat, Sintapun semakin mempercepat memompa penis Rian dengan mulutnya, saat Sinta mendengar Rian melenguh panjang dan penisnya mulai berkedut, tangannya ikut beraksi dengan mulai mengelus-elus kedua biji ***** Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohh, bu.., Aku keluar,” Rian mendesah parau,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oohh..Buu..aaakkuu kelluaarr”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tubuh Rian mengejang, penisnya menyemburkan spermanya didalam kerongkongan Sinta, Sinta mengimbanginya dengan menghisap penis Rian dengan kuat, menekankan kepalanya kebawah menyambut semburan sperma Rian, tangannya meremas-remas biji ***** Rian dengan halus.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta sendiri melenguh dan mendesah saat menghisap penis Rian, penuh dengan nafsu birahinya, penis Rian memenuhi mulut Sinta, Sinta merasakan sperma Rian yg hangat meleleh dari sela-sela bibirnya karena multunya tdk mampu luapan sperma Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah selesai menghisap penis Rian dan Sinta membiarkan Rian untuk beristirahat sebentar kemudian Sinta bertukar tempat dengan Rian, kemudian Sinta meletakkan kursi itu disudut, lalu ia pun duduk diatas kursi itu, kedua kakinya ia kangkangkan, sehingga memeknya terbuka lebar, bibir memeknya yg berwarna merah muda sudah basah dan siap menerima sodokan penis Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Masukkan penismu yg besar dan keras itu sayang,” Sinta mendesah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Suaranya terdengar manja dan penuh nafsu birahi, menantikan penis Rian yg besar itu menyodok lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo sayang, berikan aku kepuasan, berikan aku penismu yg panjang dan besar itu,”Rintih Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian menatap memek Sinta yg berbulu dan basah, Rian masih tdk percaya dengan pemandangan yg ia lihat ini, nafsu birahinya meletup-letup, Rian masih tdk percaya bahwa sekarang ini ia berdiri dihadapan gurunya yg sexy dan sedang memohon-mohon kepada dia untuk segera mengentotnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian kemudian mendekati Sinta, setibanya dihadapan selangkangan Sinta yg sudah terbuka, Rian mulai menempelkan kepala penisnya dibelahan memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merintih perlahan,” Ohh, Rian, berikan padaku, sayang! Sodokkan penismu yg besar dan panjang itu kedalam memekku, CEPAT,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian dengan sebelah tangan Rian menguakkan bibir memek Sinta yg basah, tangan yg satunya mengarahkan penisnya kelubang senggama Sinta, Rian merasakan kepala penisnya mulai terjepit oleh hangatnya memek Sinta, dengan sekali sentakkan kuat Rian mendorong penisnya sehingga terbenam dilubang senggama Sinta, Sinta sendiri merasakan memeknya penuh sesak oleh jejalan penis Rian, Sinta merasakan denyutan penis Rian bersentuhan dengan dinding memeknya, membuat Sinta menahan nafas.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oh, enak sekali, Rian,”Sinta menggumam manja.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Penismu betul-betul indah, entot aku, sayang, Puaskan aku,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mengaitkan kedua kakinya dibelakang tubuh Rian, akibatnya tubuh Rian menjadi condong kedepan karena kaitan kaki Sinta yg menekan dipinggangnya, Penisnya terbenam dalam-dalam dalam lubang memek Sinta, gairah birahi Sinta semakin menjadi dengan posisi seperti ini, karena dengan posisi seperti ini penis Rian lebih dalam masuknya dilubang senggamanya, sehingga bulu-bulu mereka bersentuhan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian melingkarkan kedua tangannya ditubuh Sinta, Rian memeluk Sinta dengan erat dan kedua tanggannya berpegangan dikursi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian merasakan dadanya bersentuhan denga kedua payudara Sinta yg besar dan empuk, putingnya sudah mengeras seiring dengan gairah birahi Sinta yg semakin meninggi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Memek Sinta semakin basah, dan penis Rian mulai mengaduk-aduk dan keluar masuk dimemek Sinta seiring dengan gerakan Rian yg mulai memaju-mundurkan pantatnya, Keluar-Masuk dengan cepat, Rian menggerakkan penisnya yg tegang keluar masuk dalam-dalam dilubang senggama Sinta membuat gelora birahi Sinta semakin menjadi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan kenikmatan yg luar biasa dapat dientot oleh anak muda seperti Rian, yg penuh dengan energi anakmuda, dan dengan penisnya yg sangat tegang, mengentotnya sehingga Sinta lupa akan siapa dirinya, yg Sinta ingat saat ini adalah hentakan penis Rian yg menrobos keluar masuk dilubang senggamanya, memberikan pijatan penuh kenikmatan didinding memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kamu membuatku ingin terus dientot selamaya, sayang,” Sinta mendesah penuh nafsu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tekan yg dalam penismu, sayang, lebih keras…keras….! Jangan berhenti.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat ini Rian mulai merasakan kenikmatan yg luar biasa, apalagi ini adalah pengalaman pertama baginya, Rian sangat bernafsu dan gugup, merasakan dinding memek Sinta yg mencengkram dengan erat batang penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Penis Rian bertubi-tubi menyodok lubang senggama Sinta, menekan lebih dalam, lebih dalam dilubang senggama Sinta, membuat Sinta rintihan dan lenguhan Sinta semakin menjadi, gairah nafsu birahi Sinta semakin memuncak.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan hangatnya tubuh Rian dalam dekapannya, penisnya seperti mengebor lubang senggamanya dengan penuh nikmat, menggesek-gesek itilnya sehingga membuat Sinta merasakan kenikmatan yg sangat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat ini Sinta ingin merasakan penis Rian yg keras dan besar itu mengaduk-aduk lubang senggamanya sampai ia mencapai kepuasan, Sinta ingin sekali merasakan semburan hangat sperma Rian didalam lubang senggamanya, Sinta ingin merasakan gairah saat mereka mencapai kepuasan bersama, sehingga cairan kenikmatan mereka bersatu dalam satu ledakan birahi pencapaian dari puncak kepuasan mereka.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tubuh Sinta melenting seperti busur panah, pinggulnya terangkat menyambut kedatangan penis Rian, kaki Sinta mengait dengan erat pinggang Rian, menekan pinggang Rian seiring dengan dorongan maju Rian, seolah meminta Rian untuk menggenjot penisnya lebih dalam, lebih dalam dilubang memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu hebat, sayang, “desah Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“terus, terus, tekan yg dalam penismu itu, sayang, lebih dalam lagi.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian Sinta merasakan denyutan-denyutan batang penis Rian didinding memeknya, Sinta mendengar Rian melenguh-lenguh, Sinta tahu saat ini Rian sedang merasakan kenikmatan yg sangat luar biasa, irama genjotannya semakin bertambah cepat, kedua mata Rian tertutup, mulutnya terbuka, kepalanya mendongak, pelukan kaki Sinta bertambah erat dipinggang Rian, Sinta menggerakkan otot-otot dinding memeknya sehinga Rian merasakan batang penisnya seperti diremas-remas, Rian merintih-rintih ketika ia merasakan remasan-remasan dibatang penisnya, remasan-remasan memek Sinta hampir membuat Rian keluar, tapi Rian ingin merasakan lebih lama lagi ngentot memek Sinta ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Rasanya aku tdk tahan lagi,” Rian mendesah</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku ingin sekali ngentotmu sepanjang malam ini, tapi aku tdk tahan lagi, aku mau keluar,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Gerakan Rian semakin tdk beraturan mencoba menggapai puncak kenikmatannya, gerakan Rian ini membuat Sinta juga mendekati puncak kenikmatannya, Sinta diambang pintu kenikmatannya, Sintapun merintih-rintih keenakan, pinggul dan pantatnya terangkat menyambut sodokan-sodokan penis Rian.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo, sayang.”Sinta mendesah. “Berikan aku spermamu, entot aku, sayang, tembakkan spermamu didalam memekku, penuhi memekku dengan spermamu, sayang,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dan kemudian Rian menembakkan spermanya, membasahi lubang senggama Sinta yg sangat basah, spermanya yg hangat menyirami dinding rahim Sinta, Sinta merasakan memeknya tersiram hangat oleh sperma Rian, gairah birahi Sinta semakin bertambah merasakan tembakan sperma Rian didinding rahimnya, semua kehausan birahinya tersiram oleh hangatnya sperma Rian, ketika Sinta memuntahkan lahar kenikmatannya juga, seperti pintu bendungan ayng dibuka dengan mendadak, lahar kenikmatannya mengalir deras dari lubang senggamanya, Sinta merintih, mendesah dan melenguh menandakan kepuasannya yg tercapai dengan sangat hebat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Uunghhh! Ohhh, Rian! Oohhh, Rian! Ohhh, aku cinta kamu, Rian! Penismu betul-betul enak, sayang, Ohhhh, kamu entot memekku, sssayang, aku suka penismu, sayang!,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian betul-betul merasakan keenakan yg sangat hebat, pikirannya melayg-layg, sambil menikmati sisa-sisa terakhir dari persetubuhan ini, sambil perlahan-lahan mengeluar masukkan penisnya dilubang memek Sinta yg sedang berkedut-kedut, dia tekan lebih dalam berulang-ulang kali sampai biji pelernya bersentuhan dengan pantat Sinta, Rian merasakan sensasi erotis yg luar biasa.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rian merasakan kedua kakinya seperti terbuat dari karet, kedua kakinya gemetaran, karena gelombang sensasi yg dirasakannya, mereka berdua saling memberikan kenikmatan, indahnya dunia mereka rasakan saat ini yg hanya bisa dicapai oleh nikmatnya persetubuhan, yg akhirnya mereka mencapai kepuasan bersamaan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Rian, Rian, Rian” Sinta merintih-rintih. “penismu betul-betul enak, Ooohh, kamu membuatku puas, memekku betul-betul puas dientot oleh penismu”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Perlahan-lahan gairah birahi Rian mulai mereda, seiring dengan meredanya tembakan sperma dari penisnya, sementara seluruh batang penisnya terbenam seluruhnya didalam lubang senggama Sinta yg sangat basah oleh lender kenikmatan dari kemaluan mereka berdua.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Hari ini kamu membuat saya menjadi lelaki sutuhnya, Bu Sinta,” Rian berkata lirih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku tdk akan merasa takut lagi terhadap anak perempuan, Aku tdk akan pernah takut lagi untuk ngentot jika aku menginginkannya.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tertawa</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Yeah, tapi jangan penismu ini kamu berikan pada semua gadis-gadis dikota ini, ingat aku harus mendapatkan penis ini bila pada saatnya aku membutuhkan penismu ini, dan aku rasa aku akan menginginkannya setiap hari.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Keduanya Nampak sedikit kelelahan setelah mencapai kepuasan mereka, tapi tdk cukup lama mereka kembali lagi bernafsu, untuk bersenggama lagi, rintihan, lenguhan dan desahan mereka kembali terdengar ingin segera mencapai puncak kepuasan dari persetubuhan mereka.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Cukup lama mereka berdua didalam ruangan photography, mereka bersenggama dalam berbagai posisi, sepertinya tdk ada kata lelah untuk mereka dalam menikmati persetubuhan mereka, beberapa kali Sinta memberikan sedotan-sedotan dipenis Rian dengan mulutnya dan beberapa kali juga Rian memberikan jilatan-jilatan dimemek Sinta dan juga hisapan-hisapan diitil Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sampai akhirnya mereka puas dan bebenah diri untuk pulang, mereka berdua merasakan kenikmatan yg sangat luar biasa yg belum pernah mereka alami selama hidup mereka ini. Penis Rian dan memek Sinta betul-betul terpuaskan, puas dengan apa yg telah mereka peroleh dari persetubuhan-persetubuhan malam ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Suatu hari Sinta bertemu dengan temannya Donita, Donita bercerita tentang seorang lelaki yg bernama Rendi, seorang lelaki berusia sekitar 30 tahun, single dan Rendi adalah seorang sales di sebuah perusahaan asuransi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Hari itu aku sedang dirumah sendirian,”kata Donita pada Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">”kira-kira jam 2 siang, dan tdk ada siapapun dirumah, tiba-tiba kudengar suara bel rumahku berbunyi, kemudian ketika kubuka didepanku berdiri seorang lelaki muda dan gagah, senyumnya begitu hangat.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Donita berkata pada Sinta</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Setelah memperkenalkan dirinya, pada awalnya aku tdk begitu tertarik dengan dirinya setelah mendengar ia dari perusahaan asuransi, tapi senyumnya itu tdk tahan aku dibuatnya, kupandangi dia dari atas sampai kebawah, kulihat postur tubuhnya betul-betul atletis, melihat itu aku merasakan kemaluanku mulai basah dan gatal ingin merasakan sodokan penis, apalagi ketika kulihat diselangkangannya, nampak tonjolan dibalik celananya betul-betul membuatku penasaran. Akhirnya kupersilahkan dia untuk masuk, sampai akhirnya aku terlena dipuaskan oleh penisnya hampir selama 3 jam.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Gairah birahi Sinta bergelora hanya dengan mendengarkan cerita Donita tentang penis Rendi yg besar dan hangat, dalam hatinya Sinta membatin ingin juga merasakan sodokan penis Rendi, Sinta ingin juga merasakan dientot oleh penis Rendi dan Sinta tdk menginginkan penis Rendi dicabut dari lubang memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian Sinta mulai mengatur strategi untuk mengundang Rendi agar datang kerumahnya berpura-pura tertarik dengan asuransi, Sinta menyampaikan hal ini kepada Donita, akhirnya Donita menghubungi Rendi untuk datang kerumah Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Hari itu Sinta menunggu kedatangan Rendi dirumahnya, Sinta tdk sabar ingin cepat-cepat merasakan penis Rendi mengaduk-aduk lubang senggamanya, yg mulai basah karena membayangkan akan kenikmatan yg bakal ia dapatkan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mendengar bel pintunya berbunyi, tanpa membuang waktu lama Sinta membuka pintunya, dihadapannya berdiri seorang lelaki yg tampan dan gagah, betul kata Donita dengan lelaki ini betul-betul gagah dan menawan hati.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Selamat Siang,” kata Rendi sambil tersenyum.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta langsung merasakan gairah birahinya bergejolak mendengar suara lembut Rendi, lalu Sinta mempersilahkan Rendi masuk kedalam, kemudian mereka terlibat pembicaraan, kadang-kadang mereka bercanda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tak lama berselang, Sinta mengambil keputusan untuk tdk membuang waktu lagi dengan percuma, kemudian Sinta tersenyum kepada Rendi, dengan gaya yg menggoda yg mengisyaratkan pada Rendi bahwa dirinya ingin disentuh dan dientot oleh Rendi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu suka dengan bentuk badanku,” Sinta mulai menggoda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Sudah pasti, tubuhmu begitu indah dan sexy,”gumam Rendi, sambil kedua matanya menatap tak berkedip kebelahan payudara Sinta.”Aku akan puaskan kamu dengan penisku yg besar ini.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi tdk membual dengan omongannya itu, Rendi mulai membuka celana dan Cdnya, dan mata Sinta terbelalak saat melihat penis Rendi yg besar dan sudah tegang itu, betul-betul besar dan sudah membengkak, panjang dengan kepala penisnya yg mengkilat dan siap untuk menerobos lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oh, betul-betul besar dan panjang penismu itu,”Sinta tersenyum sambil membuka seluruh bajunya, kemudian dengan tubuh yg sudah telanjang Sinta beranjak kekamar tidurnya, sesampainya dikamar tidurnya, Sinta merebahkan badannya, kedua kakinya ia kangkangkan lebar-lebar, menantikan Rendi untuk menyodokkan penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi yg mengikutinya dari belakang, melihat tubuh Sinta yg sudah telanjang bulat itu mengangkang ditempat tidurnya, nafsu birahinya bertambah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ini penisku, sayang,”kata Rendi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tunggu sampai penisku ini melakukan tugasnya, kamu akan ketagihan dengan penisku saat ia mulai menerobos lubang memekmu, aku akan buat memekmu ketagihan akan genjotan penisku, dan kemudian aku akan entot lubang pantatmu sampai kamu merintih-rintih keenakan”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta yg belum pernah mencoba dientot dilubang pantatnya merasa khawatir dan sedikit takut dengan apa yg akan dirasakannya nanti, tapi saat ini Sinta sedang memikirkan tentang kenikmatan yg akan diterima oleh memeknya saat penis Rendi menerobos masuk memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi bergerak mendekati Sinta yg sudah mengangkang diatas tempat tidurnya, kepala penisnya yg sudah tegang men yentuh bibir memek Sinta yg sudah basah, kemudian Rendi mengarahkan penisnya dengan tangannya dan menyelipkan penisnya dalam lubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan kepala penis Rendi yg besar menerobos dilubang memeknya, dan Sinta merasakan kehangatan menyelimuti memeknya, suaranya mendesah-desah menandakan kenikmatan yg ia rasakan saat penis Rendi mulai menerobos memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohh, indahnya, sayanng, Oohh..enaknya.” Sinta mendesah. “Masukkan yg dalam penismu, aku ingin merasakan penismu menyentuh dinding rahimku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi bertumpu dengan kedua tangannya, sementara pinggulnya ia gerakkan kedepan, dengan sekali sentakan kuat penisnya melesak kedalam lubang memek Sinta yg sudah basah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Uuughhh!” Sinta melenguh, tubuhnya melenting seperti busur panah merasakan desakan penis Rendi dilubang memeknya. “Oohh, eenak sekali,,tekan lagi sayang.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi mulai memompa penisnya, keluar masuk dalam lubang senggama Sinta dengan cepat dan penuh tenaga dan betul-betul agresif.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Belum sekalipun ritme goyangan Rendi menjadi pelan, Rendi memang dating untuk mengentot, dan itulah yg dia lakukan. Penisnya yg sudah tegang memenuhi lubang memek Sinta sepenuh-penuhnya, dan dengan cara dia menggenjot penisnya itu dilubang senggama Sinta membuat lubang memek Sinta semakin menjadi basah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu betul-betul tahu bagaimana membuatku bernafsu, sayang,” Sinta merintih, kedua payudaranya berguncang seiring dengan gerakan Rendi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kamu betul-betul hebat, “ Rendi tersenyum dan tetap memompa penisnya keluar masuk lubang memek Sinta terus menerus, pinggulnya seperti melayg, naik turun dengan cepat dan kuat, dengan irama yg membuat Sinta merasakan dirinya sedang dibawa mendaki kepuncak gunung, puncak kenikmatan bersetubuh yg memang disukai oleh Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta melingkarkan kakiknya kebelakang tubuh Rendi, ini adalah cara Sinta yg paling Sinta sukai saat dientot, karena dengan begini Sinta dapat merasakan penis yg sedang mengentotnya akan masuk lebih dalam didalam lubang senggamanya, Sinta dapat merasakan sentuhan-sentuhan kepala penis didinding rahimnya, sehingga membuatnya bergetar, sensasi getaran yg ia dapatkan menjalar dari dinding rahimnya, keatas kearah kedua payudaranya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mulai merasakan kenikmatan yg sangat luar biasa, nafasnya semakin memburu, seluruh tubuhnya mulai bergetar penuh nafsu ingin dipuaskan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Lelaki ini betul-betul hebat,” batin Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ia mengentotku seperti orang gila! Dan ia mempunyai penis yg sangat luar biasa dan irama genjotannya tdk pernah melemah sedikitpun” Sinta merasakan penis Rendi yg besar dan panjang keluar masuk dilubang memeknya, memicu gelora birahinya yg terpendam semenjak ia mendengar cerita tentang Rendi dari Donita.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Memekmu sungguh sempit dan enak, sayang,” Rendi berbisik. “Aku bisa mengentotmu sepanjang malam,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kenapa tdk,”Sinta mendesah. “Aku punya waktu untuk itu semua.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Pasti akan kulakukan, karena aku tdk ada janji lagi dengan yg lainnya, dan kamu adalah yg paling indah dan sexy dari seluruh wanita yg pernah aku entot.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tersenyum mendengar itu, dan iapun mulai menggoyangkan pantatnya, dan mengangkat pantatnya saat Rendi mendorong masuk penisnya, sehingga kedua bulu mereka bersentuhan, dan Sinta merasakan biji pelernya Rendi menyentuh pantatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kedua tubuh mereka bergerak dengan erotis, penuh dengan irama nafsu yg menggelora, mereka berdua bekerja sama menggerakkan kemaluan mereka dengan indahnya, kedua bongkahan pantat Sinta bersentuhan dengan paha Rendi dan biji ***** Rendi saat Rendi mendorong masuk penisnya dalam lubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tubuh Sinta mulai berguncang dengan keras, sementara dinding memeknya semakin sering meremas-remas penis Rendi setiap kali Rendi menekan penisnya, keringat mereka mulai mengalir dengan deras.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Mata Sinta tertutup rapat, kepalanya mendongak, kepalanya bergoyang kekiri kekanan merasakan gelombang kenikmatan mengalir disekujur tubuhnya, betul-betul nikmat yg ia rasakan membuat memeknya bergairah dan membuat kedua puting susunya mencuat dan mengeras.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan dari cara Rendi mendengus dan melenguh dan dari cara penisnya berdenyut, nampaknya Rendi hampir mendekati puncak kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Gerakan penisnya tdk terkendali saat keluar masuk dalam lubang memeknya, tangan dan bahu Rendi mulai bergetar, Rendi tdk mengatakan apapun selain mendesah-desah, pikiran Rendi hanya tertumpu pada pencapaian puncak kenikmatannya dan menyemburkan spermanya didalam lubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu siap, sayang?” Rendi berbisik, suaranya nyaris tdk terdengar, matanya terpejam, mulutnya terbuka lebar. “kita keluar sama-sama!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ohh..yeah..oohh…yeahh, sayang,”Sinta merintih-rintih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku juga, keluarkan spermamu, sayang.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Gerakan mereka semakin tergesa-gesa, Rendi memompa penisnya dilubang memek Sinta bertambah cepat dan bertambah dalam, tubuh Sinta mulai bergetar dengan keras, pantatnya naik turun diatas tempat tidur, seluruh tubuhnya bergerak terus menerus, menginginkan penis Rendi masuk lebih dalam lagi didalam lubang senggamanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Sekarang,”Rendi menggeram. “ Aku keluar…..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“AKU JUGA, OOHHH..PENISMU NNIKMAT”Sinta menjerit keenakan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Eegghhh! Ohh. Tekan…entot…tekan…entot aku…ooohhh”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merintih-rintih, matanya mendelik yg nampak hanya putihnya saja, diwajahnya terpancar rona sangat kepuasan, mulutnya terbuka, pipinya merona merah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Lubang memeknya seperti membara menembakkan lahar kenikmatannya yg meledak-ledak menandakan terpenuhinya hasrat birahinya dan penis Rendi sendiri menembakkan spermanya didalam lubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi merasakan penisnya diremas-remas seiring dengan kedutan-kedutan memek Sinta yg menembakkan lahar kenikmatannya, penisnya berkedut-kedut dan menyentak-nyentak dibarengi dengan mengejangnya urat-urat penisnya mengiringi puncak kenikmatan yg diraihnya, spermanya hangat dan banyak menyirami memek Sinta, mengisi seluruh celah lubang memek Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ooohhh, aku tdk pernah merasakan kenikmatan ini selama hidupku,” Sinta mendesah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta menatap mata Rendi, menyampaikan pesan semua kehangatan dan kenikmatan yg menyelimuti jiwanya saat ini betul-betul sensasi yg erotis sekali bagi dirinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi merasakan kenikmatan yg sangat luar biasa, tubuhnya bergetar dengan keras saat penisnya menembakkan sperma terakhirnya didalam lubang senggama Sinta, kemudian perlahan-lahan nafasnya mulai normal, penisnya masih terbenam dalam-dalam di lubang senggama Sinta, Rendi merasakan dinding memek Sinta berdenyut-denyut perlahan, dan Rendi merasakan penisnya basah dan hangat oleh cairan kenikmatan mereka berdua.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu, besar, penismu ini indah, kamu.”Sinta mendesis.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">”Kamu baru saja melakukan apa yg kamu bilang, kamu baru saja memberikan memekku penuh sesak dengan jejalan penismu yg besar.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oh ya, tapi aku belum selesai.”kata Rendi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“kamu ingatkan? Apa yg aku bilang bahwa aku akan mengentot lubang pantatmu, ayo berputar, aku sangat bernafsu sekali ingin mengentot lubang pantatmu!.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan gairah birahinya kembali, tapi ia takut, ia membayangkan jika Rendi akan merobek lubang pantatnya. Lubang pantatnya pasti sempit sekali karena ia belum pernah merasakan dientot dilubang pantatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tetapi Sinta penasaran juga, dan penuh dengan gairah birahi untuk mencoba pengalaman yg baru ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sintapun membalikkan badannya, Rendi menunggu penuh nafsu, penisnya lebih tegang daripada sebelumnya, Rendi menatap penuh nafsu bongkahan pantat Sinta yg montok dan indah, Rendi melihat lipatan lubang pantat Sinta berdenyut sangat menantang untuk diterobos oleh penisnya yg sangat tegang ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“OK, Rendi, berikan padaku penismu itu.” Sinta berkata lembut, tubuhnya sedikit gemetar, sedikit takut akan apa yg terjadi tapi juga penasaran untuk mengetahui bagaimana rasanya saat penis Rendi yg besar dan sangat tegang itu menerobos masuk lubang pantatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Dengan senang hati, sayang,” Rendi menjawab. “Dengan senang hati, aku akan mengentot lubang pantatmu dengan penisku ini, tahan!!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi meludahi lubang pantat Sinta, lalu menggesek-gesekkan penisnya diludahnya itu, ludahnya melumasi lubang pantat Sinta dan kepala penisnya, ini ia lakukan berulang-ulang sampai Rendi merasakan lubang pantat Sinta cukup basah, kemudian Rendi menekankan kepala penisnya dilubang pantat Sinta dan menyentakkan penisnya kedalam lubang pantat Sinta dengan kuat, penisnya yg besar dan panjang terbenam dalam-dalam dilubang pantat Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi merasakan lubang pantat Sinta sangat sempit sekali, Sinta sendiri berteriak merasakan lubang pantatnya telah tersumpal penuh oleh penis Rendi, tubuhnya melompat maju dan rebah diatas tempat tidur, tapi Rendi sudah mengantisipasi gerakan Sinta ini, dengan memegangi pinggul Sinta, dan mendorong maju bersamaan dengan tubuh Sinta yg rebah diatas tempat tidur, penisnya tetap terbenam didalam lubang pantat Sinta, Rendi dapat merasakan otot-otot lubang pantat Sinta yg mencengkram kuat batang penisnya saat ia mulai mencoba memaju mundurkan penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oohh, lubang pantatmu betul-betul sempit sekali,” rendi berkata dengan penuh nafsu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">”kamu betul-betul membuatku bergairah kembali,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta tdk begitu merasa bergairah, ia merasakan penis Rendi seolah merobek lubang pantatnya, ia merasakan perih dilubang pantatnya. Sinta merasakan sodokan penis Rendi seperti menyentuh isi perutnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Setiap Sinta bergerak, penis Rendi membuat kesakitan lubang pantatnya, Sinta berkeringat dingin merasakan penis Rendi yg menyumpal lubang pantatnya, tapi entah kenapa membangkitkan gairah birahi di memeknya, memeknya berdenyut-bergairah membuat akal sehatnya hilang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta menggigit bantal, Sinta merasakan sakit dilubang pantatnya tapi memeknya menjadi bergairah, kemudian ia mencoba untuk sedikit rileks agar lubang pantatnya tdk terlalu mencengkram penis Rendi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi sendiri sudah sangat bergairah dan bernafsu sekali sehingga ia tdk memperdulikan bahwa Sinta sedang kesakitan yg ia pikirkan saat ini adalah memompa penisnya dilubang pantat Sinta yg sangat sempit.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sungguh luarbiasa yg Rendi rasakan saat ini, batang penisnya betul-betul terjepit dengan eratnya oleh lubang pantat Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi menarik tubuh Sinta agar menungging, dengan begitu lubang pantatnya akan lebih terbuka, dan ia mulai memompa kembali penisnya dalam-dalam dilubang pantat Sinta, dengan gerakan yg teratur.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Penisnya menerjang dan berdenyut dilubang pantat Sinta, mencoba memberikan kepuasan dalam persetubuhan kali ini, penisnya merasakan getaran dilubang pantat Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo, sayang.” Rendi berbisik pelan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku tdk akan berhenti sampai lubang pantatmu penuh oleh spermaku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dan Rendi memang tdk bercanda, ia mulai bertubi-tubi mengeluar masukkan penisnya dilubang pantat Sinta, maju-mundur, dalam dan lebih dalam lagi, memenuhi seluruh celah didalam lubang pantat Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tapi anehnya setelah beberapa saat, Sinta mulai menyukai rasa yg ditimbulkan oleh penis Rendi dilubang pantatnya, Sinta mulai merespon sodokan penis Rendi, Sinta mulai merasakan enaknya penis Rendi saat keluar masuk dilubang pantatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta merasakan penis Rendi menyentuh bagian yg paling dalam dilubang pantatnya, Sinta merasakan penis Rendi meluncur lebih dalam dilubang pantatnya, menggesek-gesek bagian-bagian yg membangkitkan gairah birahinya, membuat ia terbakar dalam nafsu dan birahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Susunya mulai bergoyang seirama dengan gerakan Rendi yg memompa penisnya, Sinta merasakan nafsu birahinya menggelegak diseluruh tubuhnya, Sinta merasakan perutnya seperti diaduk-aduk oleh kehangatan yg menyelimuti gairah birahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Oohh… eeenaak..belajar darimana kamu mengentot dengan cara seperti ini?”Sinta bertanya dengan suara yg mendesah. “Kamu betul-betul tahu caranya mengentot lubang pantat, penismu mulai membangkitkan gairah birahiku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu sukakan.”Rendi bertanya, sambil tetap memompa penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi memompa Sinta seperti ****** yg lagi birahi, dan penisnya semakin terbenam lebih dalam di lubang pantat Sinta. Rendi betul-betul menikmati persetubuhannya ini itu terpancar dari wajahnya, dorongan penisnya semakin dalam-dalam memasuki lubang pantatnya, biji pelernya bergoyang bersentuhan dengan bibir kemaluan Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta betul-betul sangat bernafsu sekali sekarang ini, penis Rendi betul-betul memberikan kepuasan yg tiada taranya sehingga Sinta merasakan getaran yg sangat kuat memenuhi seluruh tubuhnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Belum pernah Sinta merasakan kenikmatan seperti ini, dari sakit yg ia rasakan tadi berubah menjadi kenikmatan, entotan dilubang pantatnya membuat Sinta lebih bergairah darfipada sebelumnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mencoba untuk melawan, tapi badannya mulai bergetar tdk terkontrol lagi, Sinta merasakan tangannya seperti dari karet, Sinta merasakan kegelian yg sangat dikedua kakinya saat biji ***** Rendi yg berbulu menyentuh pahanya, desahan, rintihan dan lenguhan Sinta semakin terdengar, pikirannya penuh dengan sensasi kenikmatan, hanya dengan merasakan penis Rendi yg keluar masuk di lubang pantatnya, membuat memeknya menjadi basah, itilnya terasa gatal karena nafsu birahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ooohh..aku tak tahan lagi,!”Sinta melenguh.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">”Aku akan keluar, dan aku ingin merasakan spermamu memenuhi lubang pantatku.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Rendi melenguh saat menyodokkan penisnya dengan kuat di lubang pantat Sinta, Sodokan-sodokan Rendi membawa mereka berdua mendekati puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka, Rendi merasakan penisnya berdenyut-denyut bersiap untuk menembakkan spermanya, Sinta sendiri merasakan lendir kenikmatannya mulai mengalir keluar dari lubang memeknya, Sinta merasakan denyutan penis Rendi didinding lubang pantatnya, detik-detik pencapaian puncak kepuasan seperti inilah yg selalu diinginkan oleh Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aiieeee! Aiiee! Ohhhh aku mau kelluaaarrr…!” Sinta menjerit, Seluruh badan Sinta mengejang dan payudaranya bergoyang seirama dengan sodokan-sodokan penis Rendi, putingnya mengeras bagaikan karet.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Entot aku yg keras, sayang!” Sinta berteriak. “Aku tdk tahan lagi, Ooohhh..penismu membuatku seperti pelacur, tapi aku tdk perduli, terus entot aku yg kuat sayang.!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kepala Sinta bergerak kekanan kekiri, mulutnya terbuka lebar mengeluarkan suara lenguhan dan desahan, matanya setengah terpejam, mukanya menampakkan kepuasan saat Sinta mencapai puncak kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dan kemudian Rendi menembakkan spermanya, penisnya semakin mengeras dan mengejut-ngejut, penis Rendi memuntahkan sperma yg banyak dilubang pantat Sinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sinta mengimbangi dengan menggoyangkan pantatnya, mengedut-ngedutkan otot lubang pantatnya, lubang pantatnya mencengkram dengan erat batang penis Rendi, Sinta seperti gila merasakan kenikmatan yg sangat hebat, saat ini Sinta merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat saat meraih puncak kenikmatannya yg sangat luar biasa ini, mulutnya mengerang, mendesah dan melenguh.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya kedua tubuh insan ini jatuh ditempat tidur saat tetes terakhir lahar kenikmatan mereka menetes dari kemaluan mereka, nafas mereka terdengar tersengal-sengal. Tak lama kemudian tubuh Rendi bergulir dari atas tubuh Sinta, terlihat penisnya mengkilat karena cairan sperma bercampur dengan cairan dari pantat Sinta, sementara dari lubang pantat Sinta terlihat sperma Rendi mulai mengalir perlahan menuju ke Memeknya yg saat itu juga sedang mengalir cairan kenikmatannya, cairan kenikmatan mereka bercampur dan mulai menetes keatas tempat tidur.</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-83271869266632482722016-07-18T12:15:00.000+07:002016-07-18T12:32:13.365+07:00Cerita Sex Akibat Suami Terlalu Sibuk Kerja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcrUMHuVObsE5U_9FgkoobAraaTY7QGhSFZuFiKrkdfBy3vuZqcGv8dj_fqyRo1ByEOtHXlBPCaT1AKklrcAJmGotxkSoZEVhJUYKqhWXWXQ0_5GLYaaavlZjq6N9-5XQrQCpXr2S1mjiZ/s1600/67dbb043f300764f15d38678e2cfe317.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Akibat Suami Terlalu Sibuk Kerja" border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcrUMHuVObsE5U_9FgkoobAraaTY7QGhSFZuFiKrkdfBy3vuZqcGv8dj_fqyRo1ByEOtHXlBPCaT1AKklrcAJmGotxkSoZEVhJUYKqhWXWXQ0_5GLYaaavlZjq6N9-5XQrQCpXr2S1mjiZ/s400/67dbb043f300764f15d38678e2cfe317.jpg" title="Cerita Sex Akibat Suami Terlalu Sibuk Kerja" width="400" /></a><br /></div>
<h2>
Cerita Sex Akibat Suami Terlalu Sibuk Kerja</h2>
<br />
Cerita Dewasa Terbaru |Saya adalah seorang perempuan yg sudah bersuami dan sudah memiliki seorang anak berusia 10 tahun, sebut saja nama saya Veronica. Saya bukanlah wanita yg berparas bidadari, walaupun begitu tdk dapat juga dikatakan jelek. Bahkan beberapa orang mengatakan saya menarik walaupun kulit saya tdk bisa dikatakan putih. Entah mereka yg saya kenal maupun selentingan dan kekaguman orang di luar sana. Baik yg mengungkapkan langsung maupun yg disampaikan melalui orang lain.<br />
<br />
Saya adalah anak pertama dari sebuah keluarga yg berkecukupan walaupun tdk kaya raya. Ayah saya adalah seorang pengusaha yg cukup diperhitungkan dikampung saya. Saya menikah dengan seorang pria yg sangat saya cintai hubungan kamipun didukung sepenuhnya oleh kedua orang tua kami.<br />
<br />
Hubungan sex kami tdk ada masalah bahkan sepertinya semakin hari semakin panas saja. Terasa harmonis sekali kehidupan rumah tangga kami. Selain itu dilingkungan tetangga kami, aku dikenal sebagai sosok isteri yg baik, ramah, setia, dan alim. Pokoknya tdk ada satupun berita miring tentang aku.<br />
<br />
Baca juga :<br />
- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-nikmatnya-tubuh-diana.html">Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Diana</a></b><br />
<br />
Cerita Sex Terbaru | Seiring dengan perkembangan waktu, pekerjaan suami pun semakin sibuk karena karir suami saya dikantornya sedang melonjak pesat. Hal itu membuat suami saya harus bekerja dari pagi sampai malam sehingga sampai dirumah sudah kecapaian, bahkan kadang-kadang harus keluar kota untuk beberapa hari karena urusan kantornya, membuat hubungan seks kamipun berkurang drastis. Apabila dahulu kami melakukannya hampir tiap hari sekarang paling banyak satu kali dalam sebulan. Saya pribadi memakluminya dan mencoba untuk bersabar, toh ini demi kebaikan masa depan rumah tangga kami juga.<br />
<br />
Sikap suami saya yg dahulu sangat perhatian dalam keluarga menjadi berkurang, saya sadar ini bukanlah karena sikapnya yg berubah tetapi karena tuntutan pekerjaan yg membuatnya lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Tetapi saya tetaplah wanita yg membutuhkan kasih sayang, perhatian dan belaian dari seorang suami. Terus terang (hal ini baru saya ketahui akhir-akhir ini) bahwa saya memiliki nafsu seks yg cukup besar.<br />
<br />
Hingga pada suatu hari. . .<br />
<br />
Hari itu hari minggu, suami saya akan berangkat keluar kota mengurus kerjaannya untuk waktu tiga hari. Dia pamit pada saya pagi itu. Setelah suami saya pergi, saya pun berangkat ke rumah sakit untuk perawatan gigi yg memang saya lakukan setiap enam bulan sekali. Sedangkan anak saya tinggal dirumah dengan ditemani pembantu.<br />
<br />
Sampai dirumah sakit saya pun mengambil nomor antrian dan duduk sambil menunggu nomor antrian saya dipanggil. Tepat diseberang saya berjalan seorang pria yg dari tadi selalu melirikkan matanya pada saya. Tak lama kemudian pria itu menghampiri saya, setengah berteriak dia berkata…<br />
<br />
“ Veronica ya?”<br />
<br />
Saya tertegun sejenak dan berpikir darimana dia tau nama. Kemudian saya menjawab…<br />
<br />
“Iya, saya Veronica… anda siapa ya?”<br />
“Kamu lupa ya? saya kakak kelasmu sewaktu SMU dulu!”<br />
<br />
Setelah saya amati wajahnya akhirnya…<br />
<br />
“Beni ya?”<br />
<br />
Dia mengangguk dua kali.<br />
<br />
“Ya ampun, Beni… aku pangling maaf ya…”<br />
“Gak apa-apa aku juga tadi agak lupa sama kamu… mmh ngapain nih?” Tanya Beni<br />
“Ini aku mau Check up gigi” Jawabku.<br />
“Kamu ngapain?” Tanyaku lagi<br />
“Aku habis menjenguk teman sakit, antrian mu masih lama ya?”<br />
“Lumayan, antrianku nomor 52 dan sekarang masih nomor 47” jawabku.<br />
“Kamu sendirian?” Tanyanya.<br />
“Iya”<br />
<br />
“Aku dengar kamu sudah nikah, suamimu mana?”<br />
“Suamiku gak bisa ikut ngantar, soalnya lagi sibuk” Jawabku singkat.<br />
“Ya sudah, aku temenin deh” Jawabnya.<br />
“Nggak usah Ben, aku nggak apa-apa kok sendirian” Tolakku.<br />
“Ah.. nggak apa-apa kok, lagian ini kan hari minggu aku lagi nggak ada kerjaan” Jawabnya setengah memaksa.<br />
“Kita kan baru ketemu setelah lama pisah, pengen nborol-ngobrol sama kamu, boleh kan?” sambungnya.<br />
“Ya deh, asal nggak mengganggu waktumu aja” Jawabku.<br />
<br />
Kami pun larut dalam obrolan-obrolan panjang yg mengasyikkan, kami mengobrol kenangan masa-masa SMU dulu. Topik yg sangat mengasyikkan bagiku. Perlu diketahui Beni ini adalah kakak kelasku sewaktu SMU dulu, hubungan kami hanya sebatas teman, tdk lebih. Bahkan sudah menjadi seperti hubungan abang-adik.<br />
<br />
Obrolan kami pun terhenti saat suster jaga memanggil nomor antrianku dua kali. Kemudian aku berkata kepada Beni…<br />
<br />
“Ben, kamu nggak perlu nungguin aku”<br />
“Ah.. nggak apa-apa biar aku tungguin aja kamu disini, lagian kamu kan nggak bawa kendaraan biar nanti aku antarin kamu pulang, kebetulan aku bawa mobil” Jawabnya.<br />
<br />
Memang di sela-sela obrolan kami tadi dia sempat bertanya apa kendaraanku kesini, dan aku jawab naik angkot.<br />
<br />
Akhirnya aku biarkan dia menunggu, dan aku pun masuk keruang periksa. Kurang lebih satu jam kemudian aku pun keluar, karena check up gigiku sudah selesai. Kulihat Beni masih menunggu. Setia juga cowok ini nungguin aku hampir satu jam seperti ini bahinku, coba suamiku mau nungguin aku seperti ini bathinku lagi. Sayangnya suamiku sudah nggak punya lagi waktu untukku.<br />
<br />
“Maaf ya Ben lama nunggunya” Kataku.<br />
“Nggak apa-apa kok, jangankan satu jam, setahun pun aku tungguin” Jawabnya.<br />
<br />
Aku berpikir apa maksudnya menjawab seperti itu, mudah-mudahan dia tdk sedang merayuku. Aku pun membalas dengan senyuman.<br />
<br />
“Mau pulang sekarang?” Tanyanya?<br />
“Terserah kamu”<br />
“Ok, yuk” Katanya.<br />
<br />
Sesampainya didalam mobil. Dia pun menyalakan mobil dan beranjak pergi dari rumah sakit. Dalam perjalanan dia menceritakan kalo mobil tersebut bukanlah mobil pribadinya melainkan mobil perusahaan yg dipinjamnya. Dia juga menceritakan kalo dia bekerja pada sebuah perusahaan supplier alat-alat bangunan, dan dia menjabat sebagai Supervisor.<br />
<br />
Walaupun sebagai Supervisor, kerjaanya bukan hanya duduk-duduk saja, tetapi juga membantu buruh kasar mengangkat alat-alat berat. Begitu ceritanya. Pantas badannya besar dan kekar kayak gitu, bathinku. Tanpa sadar aku membayangkan bentuk badannya dibalik kaos ketatnya itu, mendadak nafasku menjadi berat. Lamunanku dikejutkan oleh suaranya yg besar. Untung saja suaranya memecahkan lamunanku kotorku, kalau nggak bisa gawat bathinku.<br />
<br />
“Rumahmu dimana Vero?” Tanyanya.<br />
<br />
Kusebutkan alamatku padanya, yg memang lumayan jauh.<br />
<br />
“Wah berarti kalo mau kerumahmu Veronica rumahku dulu dong, kamu mau mampir kerumahku dulu? Kebetulan aku tinggal sama kakak perempuanku Nita, kamu juga kenalkan?”<br />
<br />
Mendengar dirumahnya dia tdk tinggal sendirian tetapi bersama kakaknya, aku pun meng-iya-kan.<br />
<br />
“Boleh deh, sekalian pengen ketemu sama kak Nita udah lama gak ketemu” Jawabku.<br />
<br />
Tak berapa lama kemudian kami sampai dirumah Beni. Rumahnya kecil saja, tetapi cukup rapi halamannya ditumbuhi berbagai macam-macam bunga yg membuat rumah mungil itu tampak asri.<br />
<br />
Sampai didalam rumah kami disambut kak Nita yg masih seperti dulu tetap ramah dan bersahabat, kemudian kak Nita mempersilahkan aku duduk disofa biru dalam rumahnya.<br />
<br />
“Mau minum apa Vero?” Sapa kak Nita.<br />
“Nggak usah repot-repot kak, nanti aku ambil sendiri kalau pengen” Jawabku padanya. Memang dari dulu aku sudah lumayan akrab dan tdk canggung lagi dengan keluarga besar Beni.<br />
“Ya sudah, kakak kebelakang dulu ya kebetulan tadi lagi masak” Jawab kak Nita sambil beranjak kebelakang tampaknya menuju dapur.<br />
“Vero, istirahat aja dulu ya, aku masuk dulu sebentar” Sapa Beni yg sejak tadi diam.<br />
“Iya Ben..” Jawabku.<br />
<br />
Pandanganku menyapu seluruh ruang tamu itu, tampak beberapa buah foto Beni bergantung didinding ruangan itu. Tak ada foto wanita lain selain foto kak Nita sebuah dan foto ibu dan bapaknya Beni. Berarti benar yg dikatakan Beni sewaktu ngobrol dirumah sakit tadi, kalo dia memang belum menikah.<br />
<br />
Bosan sendirian aku pun bermaksud kebelakang untuk menemui sekalian membantu kak Nita didapur. Rupanya dapurnya berada jauh dibelakang karena harus membelok lagi kekiri. Belum sampai kaki menuju dapur terdengar suara desiran air dari kamar mandi sebelah kananku yg terbuka sedikit. Secara reflek mataku mamandang kearah itu.<br />
<br />
Wow… aku terkejut setengah mati melihat Beni sedang kencing di dalam kamar mandi. Tetapi bukannya berpaling kearah lain mataku justeru melotot memandang penis Beni yg walaupun tdk sedang tegang tampak besar dan panjang, terlintas diotakku gimana gedenya penis itu kalau sedang tegang. Seketika itu juga CD ku terasa lembab, pasti dikarenakan cairan memekku yg keluar.<br />
<br />
Beni yg dari tadi tdk sadar kalau penisnya sedang kupandangi, akhirnya terusik dengan kehadiranku. Dia memalingkan wajahnya kearahku, terjadi kontak mata sebentar antara aku dan Beni, dia terkejut dan gelagapan tak menygka sedang kupandangi. Tanpa mengeluarkan kata-kata aku pun beranjak meninggalkan Beni menuju kedapur yg menjadi tujuan awalku.<br />
<br />
Dadaku berdegup kencang antara perasaan malu, menyesal, dan ah… bodohnya aku rupanya aku jadi terangsang juga olehnya. Mengapa aku menjadi terangsang melihat penis lelaki lain selain suamiku. Apa karena sudah hampir satu bulan ini aku tdk diberi jatah oleh suamiku. Se-alim apapun dan sehebat apapun aku menahan gejolak ini, aku tetaplah wanita yg memang butuh akan hal yg satu itu. Hal ini tdk dapat kupungkiri.<br />
<br />
Setelah membantu kak Nita memasak, akupun kembali keruang tamu. Kudapati Beni sedang duduk di sofa sambil membaca koran. Rasa maluku bertambah saat bertemu Beni diruang tamu. Tapi tanggapan Beni sungguh berbeda dari yg aku pikirkan. Beni seolah-olah tdk peduli akan hal itu, seolah tdk terjadi apa-apa. Setelah suasana kuanggap tenang, aku pamit pulang dengan diantarkan Beni. Setelah sampai, Beni tdk mampir dia langsung meluncur kembali. Sesampainya dirumah aku langsung mandi, kucoba melupakan apa yg terjadi barusan.<br />
<br />
Paginya, seperti biasa aku mengantarkan anakku pergi kesekolah setelah itu aku pulang kembali kerumah. Baru saja aku masuk kedalam rumah, tiba-tiba pembantuku minta ijin untuk pulang kampung karena ayahnya sakit keras. Jarak dari kota menuju kampung halamannya memakan waktu kurang lebih 5-6 jam perjalanan sehingga mengharuskan dia bermalam disana. Akupun mengijinkannya dan memberikan dia sedikit uang saku untuk keperluannya, dia pun menjanjikan akan segera pulang setelah kondisi ayahnya membaik.<br />
<br />
Jam 9 pergilah pembantuku menuju kampung halamannya dengan menggunakan bis, sekarang tinggal lah aku sendirian dirumah. Disaat sendirian seperti ini, aku kembali merasa kesepian sehingga kejadian kemarin kembali terlintas. Terbayang dibenakku Badan Beni yg tegap, otot-ototnya yg kekar, dadanya yg bidang, dan penisnya yg besar ah… mengapa aku jadi begini, mengapa aku begitu terangsang mengingatnya. Semua bayangan itu membuat payudaraku mengeras, otot-otot memekku berkontraksi, kemudian dalam hitungan menit akupun orgasme. Sepertinya aku tergila-gila kepada Beni kakak kelasku tersebut. Aku tahu ini salah, tapi sungguh aku tak dapat menahannya.<br />
<br />
Siangnya kujemput anakku dari sekolahnya, tetapi dua jam kemudian anakku kembali kesekolah untuk mengikuti les tambahan pelajaran yg memang setiap sore diikutinya.<br />
<br />
Sore itu hujan turun dengan lebat sekali, kembali aku sendirian dirumah. Daripada bosan dan memikirkan yg nggak-nggak akhirnya kuputuskan untuk menonton film DVD. Kucari-cari koleksi film-film suamiku, setelah memilih-milih kuputuskan untuk menonton film yg dibintangi aktris favoritku Angelina Jolie yg berjudul Original Sin (mungkin ada beberapa pembaca yg sudah menonton film ini, bagi yg belum kusarankan jangan menontonnya he..he..). Baru saja kuputar film tersebut di DVD Player, tiba-tiba ada yg mengetok pintu. Akupun melangkah untuk membukakan pintu.<br />
<br />
“Eh.. Beni, silahkan masuk” Tak kusangka Beni main kerumahku sore itu, kupersilahkan dia masuk dan duduk diruang tamu.<br />
“Lagi nonton ya Vero?” Tanya Beni. (Memang TV kami berada diruang tamu)<br />
“Iya” Jawabku<br />
“Film apa?”<br />
<br />
“Nggak tahu tuh.. judulnya Original Sin” Jawabku lagi. (Awalnya aku memang nggak tahu cerita dari film tersebut)<br />
“Kamu hobby nonton juga ya” Sambungnya.<br />
“Kadang-kadang sih”<br />
“Kok sepi, mana anakmu” Tanyanya.<br />
“Anakku lagi les disekolah”<br />
“Suamimu belum pulang ya?” (Beni memang sudah tahu kalau suamiku sedang pergi keluar kota dari obrolan kami kemarin)<br />
<br />
“Belum Ben, mungkin besok kalau pekerjaannya sudah selesai”<br />
“Berarti kamu sendirian dong, aku jadi nggak enak nih” Kata Beni.<br />
“Nggak enak kenapa?” Tanyaku balik.<br />
“Ya kamu kan lagi sendirian, nggak enak dong aku cowok main disini” Jawabnya.<br />
<br />
“Nggak apa-apa kok” Jawabku “ Baru pulang kerja Ben?” Tanyaku.<br />
“Iya nih, tadinya sih mau langsung pulang tapi karena kebetulan rumah kita satu jalur dan posisiku lebih dekat kerumahmu langsung aja aku main, sekalian berteduh nunggu hujan agak reda” Jawabnya.<br />
“Tunggu sebentar ya Ben kubuatkan teh hangat biar nggak kedinginan”<br />
“Ok deh, kalau nggak merepotkan”. Jawabnya. Aku hanya tersenyum.<br />
<br />
Setelah teh selesai kuseduh, akupun kembali keruang tamu.<br />
“Silahkan diminum Ben, mumpung masih hangat”<br />
“Terimakasih ya Vero” Jawab Beni.<br />
<br />
Sejurus kemudian kami pun mulai fokus pada film DVD yg sedang tayg didepan kami. Sementara hujan diluar semakin menjadi-jadi saja.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian taygan film tersebut memasuki bagian yg hot, yaitu saat Angelina Jolie dan Antonio Banderas sedang bersetubuh. Ada rasa malu dalam diriku melihat taygan tersebut, ingin kumatikan TV tetapi kulirik Beni sedang serius menonton, akhirnya kubatalkan niatku mematikannya dan akupun meneruskan menonton film tersebut. Semakin lama film tersebut semakin hot saja, tanpa sadar aku mulai terangsang menontonnya, ditambah cuaca hujan diluar sana membuat birahiku bergejolak. Aku tak tahu apa yg dirasakan Beni saat ini, tapi aku yakin diapun juga sedang bergairah. Aku kagum juga dia mampu menutupinya dengan tetap diam dan tenang.<br />
<br />
Karena birahiku sedang bergejolak tinggi, tanpa sadar tangan kiriku meremas tangan kanan Beni. Setelah sadar apa yg aku lakukan aku menarik tanganku, tetapi dengan sigap tangan Beni menahannya. Sekarang gantian tangan kanan Beni yg meremas tangan kiriku. Aku kaget dan terpaku atas remasan tangan Beni pada tanganku, kemudian Beni mendekatkan tubuhnya padaku. Dan wajahnya semakin dekat dengan wajahku, Beni sepertinya akan mengecup bibirku.<br />
<br />
Sebelum bibirnya menyentuh bibirku masih sempat aku berkata<br />
<br />
“Jangan Ben” tetapi tdk ada perlawanan sama sekali dari tubuhku, aku seakan mengharap bibirnya cepat-cepat menyentuh bibirku.<br />
<br />
Sejurus kemudian mulut Beni mulai melumat bibirku, dimainkannya lidahnya dalam rongga mulutku, aku semakin terangsang, aku mulai lupa segalanya. Lumatan bibir Beni yg tadi hanya kubiarkan saja mulai kuberikan perlawanan, tapi saat ini bukan perlawanan tanda penolakan yg kuberikan tapi justeru lumatan mulut Beni kubalas dengan lumatan mulutku yg tdk kalah ganasnya. Tak hanya sampai disitu, tangan Beni mulai beraksi meremas kedua buah payudaraku secara bergantian dari luar daster yg kugunakan. Tak terasa mulutku mulai mengeluarkan lenguhan nikmat oh..oh..<br />
<br />
Aku semakin nekad saja, penis Beni yg selama ini hanya bisa kubayangkan akhirnya kuremas dengan ganas dari luar celana jeansnya. Melihat reaksiku Beni pun semakin ganas, setelah puas melumat bibirku giliran leherku, telingaku, dan pundakku yg digarapnya. Tdk sampai disitu tangan kanannya mulai mencari jalan masuk untuk meremas payudaraku secara langsung. Karena baju yg kupakai adalah baju terusan membuat aku harus mengangkat dasterku sampai kepinggang.<br />
<br />
Hal ini membuat paha mulusku terbuka, bukan itu saja CD putihku pun terlihat oleh Beni. Keadaan ini tdk disia-siakan oleh Beni, tangannya mulai mengusap paha mulusku, kemudian memekku walau dari luar CD yg kugunakan, tangannya terus naik menelusup kedalam pakaianku dan kedalam BHku dan meremas kedua payudaraku secara bergantian.<br />
<br />
Nikmat sekali yg kurasakan akupun melenguh lagi<br />
<br />
“oooh.. Ben…”<br />
<br />
Akupun semakin tergila-gila dibuatnya. Akupun mulai membuka ikat pinggang yg digunakan Beni, dia membantu menurunkan jeansnya sebatas lutut. Terlihat jelas oleh mataku tonjolan penis Beni dari balik CD hitam yg digunakannya, bahkan kepala penisnya agak menyembul sedikit keluar karena tak mampu ditutupi oleh CD nya. Tanpa membuka terlebih dahulu CD yg dikenakan oleh Beni, ku selusupkan tanganku kedalam CD hitamnya, tanganku mulai meremas penis Beni dari dalam CD hitamnya. seksigo<br />
<br />
Beni menjadi gelagapan, diapun berdiri bermaksud melepas daster yg kugunakan. Belum sempat tangannya membuka dasterku, kutepis tangannya kemudian disaat dia berdiri kuturunkan jeans dan CD hitam yg dikenakan Beni.<br />
<br />
Woow. . . asedikit histeris aku melihat betapa besar dan panjangnya penis Beni dalam kondisi tegang seperti ini, sambil jongkok dilantai kudekatkan tubuhku ke tubuh Beni yg sedang berdiri. Tanganku mulai mengocok penis besar Beni, sambil mengocok dan mengamati penis Beni , tiba-tiba muncul perasaanku ingin sekali mengulum penis gede itu.<br />
<br />
Secara refleks kudekatkan wajahku ke penisnya dan sejurus kemudian kumasukkan penis besar itu kedalam mulutku tak dapat seluruh penis Beni masuk kedalam mulutku saking panjangnya penis itu, kemudian akupun mulai mengulum penis besar dan panjang milik Beni tersebut. Kuperhatikan wajah dan mata Beni merem-melek merasakan sensasi akibat kulumanku pada penisnya.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian Beni mengangkat tubuhku hingga berdiri. Dilepaskannya dasterku kemudian BHku dan terakhir CD putihku. Matanya melotot kearahah memekku yg ditumbuhi bulu-bulu lebat yg memang kubiarkan tumbuh. Dalam kondisi telanjang bulat diangkatnya tubuhku diangkatnya kaki kiriku dan diletakannya diatas meja ruang tamu, kemudian Beni berjongkok kebawah tubuhku dan mulai menjilati memekku dari bawah. Mulutku meracau tdk karuan merasakan kenikmatan yg diberikan Beni, terlebih saat dia mengulum klitorisku. “Oohhh…. Ben, nikmat Ben…”<br />
<br />
“Ben… kamu hebat Ben…, lidahmu nakal Ben… ooohhh….” Racauku<br />
“Ben aku ingin penismu dimasukkan Ben… cepat Ben…. Ooohhh… ssshh…” Tdk ada lagi rasa maluku sebagai isteri orang, rasa maluku telah sirna digantikan oleh kenikmatan-kenikmatan yg diberikan bekas kakak kelasku ini.<br />
<br />
Beni tdk menjawab, kemudian dia menggendongku dan dipapahnya aku menuju kamarku yg merupakan kamarku bersama suamiku. Diletakannya aku diatas ranjang pengantinku tersebut, kemudian ditekuknya kedua kakiku dan dibukanya lebar-lebar terlihat jelas memekku dari pososo Beni.<br />
<br />
Kemudian diapun mulai memasukkan penis besar dan panjang tersebut secara perlahan kedalam memekku yg telah sangat basah.<br />
<br />
“Aahhh………” Teriakku merasakan nikmatnya tusukan Beni. Belum masuk sepenuhnya penis Beni, sementara memekku telah terasa penuh sesak.<br />
<br />
Tetapi Beni tdk menyerah, perlahan mulai dinaik turunkannya penisnya, dalam beberapa kali goyang dengan sedikit memaksa ditusukkannya penisnya sepenuhnya.<br />
<br />
“Aahh…Ben…” Jeritku merasakan nyeri sedikit tapi nikmat luar biasa.<br />
<br />
Tak dapat kurasakan betapa nikmatnya saat itu. Terasa ada ruang dalam memekku yg selama ini belum tersentuh, sekarang telah dimasuki oleh penis besar dan panjang milik Beni.<br />
<br />
Beni mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun. Pertama perlahan, semakin lama semakin cepat saja, membuatku menjerit dan meracau tdk karuan.<br />
<br />
“Bagaimana Vero, kamu suka” Celoteh Beni.<br />
<br />
Aku mengangguk malu.<br />
<br />
“Besar mana penisku dibanding suamimu” Tanya Beni.<br />
<br />
Aku tdk menjawab.<br />
<br />
“Besar mana penisku dibanding punya suamimu Vero?” Tanyanya.<br />
<br />
Akhirnya kujawab “Oohhh… besar punyamu Ben…”<br />
<br />
Gejolak yg terpendam Sambungan. . .<br />
<br />
Sekitar jam 5 sore itu kami pun pergi. Beni pulang sementara aku menjemput anakku dari les nya. Keesokan harinya suamiku pulang, kusambut suamiku dengan gembira. Suamiku pun tampak gembira atas sambutanku ada rasa bersalah dalam diriku tetapi seketika itu juga kutepis. Setelah itu kusiapkan air hangat untuk suamiku mandi. Malam itu kami habiskan waktu dengan bercerita, khusunya mengenai pekerjaannya selama 2 hari diluar kota. Kami tdk melakukan hubungan badan malam itu karena suamiku kecapaian.<br />
<br />
Besok paginya suamiku berangkat kerja untuk melaporkan hasil kerjanya selama 2 hari kepada pimpinannya. Seperti biasanya sebelum kekantor dia mengantarkan anak kami ke sekolahnya terlebih dahulu. Setelah sendirian dirumah kutelpon Beni, aku katakan pada Beni untuk melupakan semua yg terjadi dan menghentikan kegilaan kemarin, cukup sampai disitu dan aku tak ingin berjumpa lagi dengannya. Beni kecewa mendengar pernyataanku tersebut tetapi akhirnya dia bisa menerimanya.<br />
<br />
Kehidupanku kembali seperti biasanya, memang aku merasa berdosa tetapi demi keutuhan keluarga biarlah semua itu menjadi rahasia hidupku saja pikirku.<br />
<br />
Dua tahun telah berlalu sejak kejadian tersebut, sementara kehidupan keluargaku tambah harmonis saja. Karir suamiku semakin meningkat yg tadinya hanya sebagai staff sekarang sudah dipromosikan sebagai Asisten Manejer, bahkan kata suamiku dia segera akan menjadi Manejer, tetapi untuk mencapai jabatan itu dia harus melanjutkan studinya keluar negeri. Dengan meningkatnya karir suamiku, perekonomian keluargaku pun semakin membaik. Apabila dulu kami belum memiliki mobil pribadi hanya mobil inventaris kantor suamiku saja, sekarang kami telah memiliki sedan keluaran terbaru bermerk Honda.<br />
<br />
Beberapa bulan kemudian datang surat dari kantor pusat suamiku, yg isinya menyarankan suamiku untuk melanjutkan studinya keluar negeri dengan dibiayai oleh perusahaan tempatnya bekerja selama kurang lebih 2 tahun. Setelah kami berunding, akhirnya aku merelakan dia pergi, toh itu demi kebaikan keluarga kami juga.<br />
<br />
Seminggu kemudian suamiku pergi meninggalkan aku dan anakku untuk melanjutkan studinya keluar negeri. Sekarang dirumah ini hanya ada aku dan anakku saja, karena pembantuku sudah berhenti kerja 6 bulan lalu. Aku tdk berfikir untuk mencari penggantinya semua urusan rumah tangga sudah bisa aku lakukan sendiri.<br />
<br />
Tiga bulan setelah kepergian suamiku, timbulah peristiwa ini. Saat itu kira-kira 100 meter disamping rumahku dibangun sebuah gedung yg lumayan besar, yg tak kusangka bahwa perusahaan yg membangun gedung tersebut adalah perusahaan dimana Beni bekerja, sedangkan Beni bertugas mengawasi pembangunan gedung tersebut.<br />
<br />
Setiap pagi saat aku mengantar anakku sekolah atau kepasar selalu Veronica bangunan yg sedang dikerjakan itu dan beberapa kali juga kulihat Beni sedang mengawasi pekerjanya atau sedang mengangkat alat-alat berat membantu buruh kerjanya. Entah Beni tahu atau tdk bahwa sedan putih yg setiap pagi lewat itu adalah mobilku. Tetapi aku merasa Beni mengetahuinya karena setiap aku lewat, Beni selalu mengamati dengan serius dan selalu tersenyum.<br />
<br />
Hingga pada suatu hari kira-kira jam 3 sore, pada saat itu anakku sedang les sementara aku sedang menonton acara tv paforitku sendiri dirumah. Tiba-tiba ada yg mengetuk pintu rumahku, setelah kubuka kulihat Beni yg berada didepan dia tersenyum dan menyapa.<br />
<br />
“Hai Veronica, sudah lama kita tak bertemu ya”<br />
“Beni… aku kan sudah bilang kalo kita tak boleh ketemu lagi” Jawabku.<br />
“Jangan marah dulu dong Vero, aku kesini hanya mau minta kain perban sekalian mencuci lukaku ini” Kata Beni sambil memperlihatkan tangan kirinya yg terkoyak dan berdarah.<br />
<br />
Awalnya ingin kuusir saja dia, tetapi melihat lukanya yg cukup parah aku kasihan juga.<br />
<br />
“Ya udah, sini masuk biar kubersihkan dan kuobati” Jawabku spontan.<br />
<br />
Aku memang memiliki sedikit pengalaman mengobati luka-luka seperti itu, yg sejak dulu sudah biasa aku lakukan.<br />
<br />
Beni pun kuajak masuk menuju belakang, kemudian kubersihkan lukanya dengan air hangat, kutetesi lukanya dengan betadine kemudian kelilitkan perban ke pergelangan tangannya. Selama aku mengobati lukanya tersebut, Beni tak henti-hentinya mengamatiku dari ujung rambut hingga kaki. Seperti yg kukatakan sebelumnya kebiasaanku dirumah adalah memakai daster. Kebetulan daster yg kugunakan saat itu adalah daster yg berbahan tipis dan ujungnya pendek hingga 5cm diatas lutut.<br />
<br />
Disela-sela mengamati tubuhku Beni berkata.<br />
<br />
“Kamu semakin cantik aja Vero. Suamimu mana? Belum pulang kerja ya?”<br />
“Oh.. dia sedang kuliah diluar negeri” Jawabanku tersebut spontan keluar begitu saja, membuat aku menyesal mengapa aku harus jujur, bukankah ini memberi kesempatan buat Beni untuk berlama-lama dirumahku pikirku.<br />
“Pantas selama ini kuperhatikan kamu selalu sendirian menyetir mobilmu, mobil baru ya?” Tanyanya.<br />
<br />
Sambil berkata demikian Beni menggeser sedikit posisi duduknya sehingga membuat mataku melirik kearah bagian bawah Beni. Tertangkap oleh mataku tonjolan penis Beni yg besar dibalik celana jeansnya yg ketat. Aku sedikit menyesal mengapa harus mengalihkan pandanganku kearah itu, jangan-jangan hal ini disengaja oleh Beni untuk memancing arah pandangku. Aku sempat berpikir apa sih yg dipikirkan oleh Beni hingga membuat penisnya tegang seperti itu, dasar laki-laki makiku dalam hati. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Beni tadi.<br />
<br />
Setelah selesai memasang perban ditangan Beni aku pun berdiri ingin mencuci tanganku. Tiba-tiba Beni berdiri juga dan memegang tanganku kemudian berusaha memelukku. Kutepis tangannya dan aku berusaha mendorongnya dengan kedua tanganku.<br />
<br />
“Jangan Ben… hentikan!” Kataku sedikit berteriak.<br />
"Vero, aku kangen padamu” Kata Beni dengan terus berusaha memelukku.<br />
“Hentikan Ben..!” Kataku, kemudian kutampar wajah Beni dengan keras apalagi saat itu tanganku sedang memegang gunting yg kupergunakan untuk memotong perban tadi.<br />
<br />
Beni pun menghentikan tindakannya, kemudian mundur dan duduk diatas dipan dalam ruang keluarga tersebut sambil memegang pipinya yg tampak berdarah bekas tamparanku tadi. Aku menjadi iba lagi melihat Beni, kemudian kudekati dia dan berkata.<br />
<br />
“Maaf Ben, sakit ya” Kataku sambil memperhatikan pipi kiri bagian atasnya yg berdarah, mungkin kena ujung gunting saat kutampar tadi.<br />
<br />
Aku duduk tepat disebelah Beni, kutiup lukanya dan kubersihkan darahnya dengan kapas luka, kemudian kutempelkan Handy plast dipipinya yg luka tersebut.<br />
<br />
“Sekali lagi aku minta maaf ya Ben, lukamu jadi bertambah” Kataku.<br />
“Nggak apa-apa Vero, aku juga minta maaf sudah keterlaluan tadi” Kata Beni menghiba.<br />
Kuraih tangannya dan kukatakan.<br />
“Nggak apa-apa Ben, aku juga salah padamu” Jawabku.<br />
<br />
Beni mengangguk dan senyum, kemudian dia memelukku dengan lembut. Kali ini pelukannya tdk kutolak, kuanggap ini bentuk ketulusan maaf dari Beni.<br />
<br />
Agak lama Beni memlukku, perasaanku berkecamuk antara menghentikan pelukan Beni atau merasakan dekapan dada Beni yg bidang yg membuat darahku berdesir. Tanpa sadar tanganku yg tadi menggenggam tangan kiri Beni menjadi semakin kuat genggamannya bahkan cenderung meremasnya.<br />
<br />
Merasakan tindakanku tersebut, Beni kemudian mencium bagian belakang leherku. Hal itu membuatku menggelinjang, daerah tersebut adalah daerah sensitifku. Tangan kanan Beni yg sedari tadi menganggur mulai merayap menyisir bagian bawah dasterku, kemudian merayap masuk kedalam dasterku, mengelus pahaku bolak-balik. Bulu kudukku berdiri, birahiku muncul dengan dahsyat karena hampir 3 bulan sudah aku tdk berhubungan badan dengan suamiku. Untuk sekali lagi aku tak dapat menahan godaan dari laki-laki yg bukan suamiku ini.<br />
<br />
“Aah.. Ben” Kataku tak dapat menahan menyembunyikan perasaanku saat tangan Beni mulai masuk kebalik CD ku dan mulai mengusap-usap bibir memekku.<br />
<br />
Tak sampai disitu, jari-jari Beni mulai masuk mengaduk-aduk dalam memekku. Dua jarinya sekaligus masuk dalam memekku.<br />
<br />
Sudah terlanjur basah sekalian saja mandi pikirku. Aku pun mulai meremas-remas tonjolan penis Beni. Semakin lama remasanku semakin liar. Tak sampai disitu tanganku membuka kancing dan resleting jeans Beni tanpa membuka CD nya. Kumasukkan tanganku kebalik CD Beni terus kugenggam dan kuremas penis Beni secara langsung, terasa besar sekali ditanganku.<br />
<br />
Aku sudah lupa segalanya, aku pun turun dan berjongkok didepan Beni yg sedang duduk di dipan. Kuturunkan CD Beni tanpa melepasnya. Terpampanglah penis besar Beni yg berdiri tegak, aku semakin bergairah melihatnya. Kuremas dan kumasukkan dalam mulutku kemudian kujilati kepala penisnya.<br />
<br />
“Oohh…” Beni melenguh merasakan nikmat kulumanku pada penisnya. Jilatanku terus turun kebawah kujilati dan kukulum kedua biji pelir Beni. Beni meracau.<br />
“Oohh… nikmat Vero, pintar sekali kamu Vero, Oohh…” Racau Beni.<br />
<br />
Agak lama aku mengulum penis Beni, akhirnya Beni pun tak tahan. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya diatas dipan sementara dia jongkok didepanku. Diangkatnya dasterku keatas hingga pinggang, kemudian ditekuknya kakiku diatas dipan dan tanpa melepas CD ku, dibukanya CD ku dari dari samping hingga memekku kini nampak jelas di hadapannya. Sesaat kemudian lidahnya menjulur menggapai memekku, dijilatinya bibir memekku kemudian dimasukkannya lidahnya kedalam lubang memekku. Beberapa saat kemudian sambil lidahnya mengaduk-aduk lubang memekku jarinya ikut memainkan klitorisku.<br />
<br />
“Oohh… Ben, nikmat sekali Ben…” Racauku.<br />
<br />
Baru kali ini aku diperlakukan seperti itu, sungguh nikmat sekali rasanya.<br />
<br />
Beberapa lama kemudian diangkatnya tubuhku hingga berdiri, dilepasnya dasterku, bra ku, hingga CD ku. Aku pun sekarang telanjang bulat dihadapannya. Aku tak mau kalah kulepas kaos yg dipakai Beni, Beni membantu melepas jeans dan CD nya.<br />
<br />
Kini kami berdua telanjang tanpa sehelai benang pun. Diraihnya payudaraku kemudian diisapnya secara bergantian kedua buah payudaraku. Sambil mengulum puting payudaraku diangkatnya kakai kiriku dan diletakannya diatas dipan kemudian dimasukannya penis besarnya kedalam lubang memekku. Agak kesulitan nampaknya Beni mencari lubangnya, maka aku pun meraih penisnya dan kupandu menuju lubang memekku.<br />
<br />
Sluurp.. masuklah penis panjang dan besar Beni kelubang memekku sekali lagi.<br />
<br />
“Oohh…” Racauku nikmat. Baru kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi berdiri, sungguh nikmat sekali.<br />
<br />
Beni terus menggoyangkan pantatnya sambil mulutnya mengulum payudaraku secara bersamaan.<br />
<br />
“Ooohh… Ben… kamu hebat Ben… Ooohh… nikmatnya Ben…” Racauku tanpa malu lagi.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian tubuhku kejang, rasanya aku akan keluar. Sementara Beni terus menggoyangkan pantatnya semakin lama semakin cepat saja. Beni menggigit-gigit kecil bagian atas payudaraku sambil terus menggoyang.<br />
<br />
“Beni… aku mau keluar” Jeritku merasakan tubuhku semakin kejang<br />
“Tahan dulu Vero, kita keluar bersama-sama” Jawab Beni.<br />
“Ku keluarkan dimana Vero?” Tanya Beni lagi.<br />
“Keluarkan aja didalam Ben, jangan lepas penismu ya Ben…” Racau ku.<br />
<br />
Goyangan Beni semakin cepat dan cepat sekali, aku pun merasakan nikmat sekali.<br />
<br />
“Ben… aku keluar…” Jeritku<br />
“Aku juga keluar Vero… Aaargh…” Jerit Beni lagi.<br />
Akhirnya kami bersamaan keluar, kemudian roboh dan duduk diatas dipan sambil berpelukan mesra.<br />
<br />
Kurang lebih 20 menit istirahat, aku pun ijin untuk membersihkan badan dalam kamar mandi. Disaat aku mandi, Beni masuk dalam kamar mandi yg memang tdk kukunci.<br />
<br />
Tersentak aku kaget karena tiba-tiba Beni mendekapku dari belakang. Diremasnya kedua payudaraku dengan kedua tangannya. Setelah puas meremas payudaraku, tangan kanannya merayap turun dan sampai dibibir memekku. Jari telunjuknya mulai masuk mengaduk-aduk lubang memekku.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian diangkatnya kakikiriku dengan tangan kanannya, keseimbanganku pun hilang tanganku meraih pinggiran bak mandi dan bertumpu disitu. Yg membuatku tambah kaget, Beni memasukkan penisnya ke lubang memekku dari belakang.<br />
<br />
“Oohh… Ben…” Jeritku saat penis Beni masuk kedalam lubang memekku.<br />
<br />
Beni mulai menggoyangkan pantatnya. Baru pertama kali ini aku merasakan bersetubuh dalam posisi ini, ada rasa nyeri bercampur nikmat. penis Beni terasa panjang sekali masuk dalam memekku. Kembali terasa ada ruang dalam memekku yg selama ini belum tersentuh sekarang ditembus oleh penis panjang dan besar milik Beni ini. Rasa nyeri telah sirna sekarang yg terasa adalah nikmat luar biasa.<br />
<br />
Beni terus saja memaju-mudurkan pantatnya, semakin lama semakin cepat.<br />
<br />
“Plak. Plak. Plak” Bunyi peraduan goyangan Beni.<br />
<br />
Aku pun tak kalah ganas sambil Beni terus menggoyangkan pantatnya aku pun memberikan perlawanan dengan mengoyangkan pantatku yg semakin lama semakin liar.<br />
<br />
Aku semakin bergairah dan racauku pun semakin menjadi-jadi.<br />
<br />
“penismu nikmat Ben..” Jeritku<br />
“Nikmat mana sama punya suamimu” Tanya Beni<br />
“Jangan lecehkan aku Ben…” Jawabku<br />
“Kamu nggak mau dilecehkan ya sayang” Tanya Beni dengan semakin mempercepat goyangannya.<br />
Aku yg sudah terlanjur nikmat menjawab.<br />
“Ooohhh… lecehkan saja aku Ben…Ooohh…” Jeritku<br />
“penismu lebih nikmat dari punya suamiku Ben, lebih besar, lebih panjang Ooohh….” Racauanku sudah semakin lupa diri.<br />
<br />
Akhirnya…<br />
<br />
“Aku keluar Ben…Ooohhh….” Jeritku<br />
“Aku juga keluar Vero” Sambung Beni.<br />
<br />
Setelah beristiraha sejenak dikamar mandi, kami pun mandi bersama-sama.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-76060752343739539572016-07-16T18:30:00.000+07:002016-07-16T18:30:58.161+07:00Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Diana<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheiwjrZZhwvXjzkodICsj8IBVp08kADCGn4M5uub5py0D1eonF_k15ucTQMwgod3GMzUhcUJgKCIv1Rhsi6Q9DcMPY_oRJ3oql_LwpGbcIuneHOlUQOwUoYyG0Nx9e8lavlowFXCCAok9E/s1600/cewek+narsis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheiwjrZZhwvXjzkodICsj8IBVp08kADCGn4M5uub5py0D1eonF_k15ucTQMwgod3GMzUhcUJgKCIv1Rhsi6Q9DcMPY_oRJ3oql_LwpGbcIuneHOlUQOwUoYyG0Nx9e8lavlowFXCCAok9E/s400/cewek+narsis.jpg" width="400" /></a><br /></div>
<h2>
Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Diana</h2>
<br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Cerita Sex Terbaru | Punya pembantu emang enak, bisa bersih-bersih rumah, dan meringankan pekerjan istri, dan disaat saat kesepian kadang pembantu bisa juga diajak ngesex, apalagi kalo istri lagi gak ada dirumah. bisa asik ngesex bahkan dimandiin, berikut cerita sex terbaru nya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku sedang melamun sendiri dikamar, anak istriku sejak kemarin pulang kekampungnya di jawa.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku sendiri baru malas keluar, walaupun hari ini kantor libur hari sabtu. Tiba-tiba saja kudengar pintu kamarku diketok oleh orang.<br /><br />Baca juga :<br /><b>- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-dewasa-akhirnya-takluk-juga.html">Cerita Dewasa Akhirnya Takluk Juga</a></b></span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pak , permisi, Diana mau cuci kamar mandi bapak” terdengar suara pembantuku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Yah Masuk aja ” jawabku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diana pembantukupun masuk sambil membawa ember kecil dan yg membuat saya kaget, dia hanya memakai handuk besar yg membungkus dadanya yg besar dan pantatnya yg bahenol.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Waduh, pake handuk aja Din” kataku sambil menelan liur karena menyaksikan pemandangan yg membangkitkan adekku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Iya pak, biar ngak basah baju Diana” jawabnya sambil tersenyum manis dan lirikan matanya yg genit menuju adekku yg hanya di bungkus celana dalam saja.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kurang lebih 15 menit kudengar suara air yg disiram ke dinding kamar mandi</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Wah berarti dia sudah selesai mencuci kamar mandi, akupun cepat-cepat mencopot celana dalamku, dan langsung kutarik pintu geser kamar mandiku yg memang tdk pakai konci.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Eh ,pak, ” Diana terkejut, ketika melihat aku masuk dalam keadaa bugil, dia segera jongkok dengan keadaan telanjang bulat, sambil menutupi susunya dan menghadap kedinding kamar mandi membelakangiku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tapi tetap aja terlihat pantatnya yg bahenol, terlihat mengkilap , hitam, karena sekujur tubuhnya basah kena air ketika mencuci kamar mandi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun langsung mendekati closet sambil mengacungkan adekku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Iya Din, bapak mau kencing nih , udah ngak tahan , kamu sih lama banget cucinya”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku sambil pura-pura, mau kencing, tapi boro-boro mau keluar airnya, namanya juga adek lagi bediri , mana mau keluar kencingnya, mana mata sambil terus melihat kearah Diana yg telanjang bulat sambil jongkok.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Udah Din, ngak usah malu, ngak ada orang kok, cuma kita, Bapak aja ngak malu” Kulihat dia mulai berani mengintip kearah adekku, dia kaget melihat adekku yg sengaja kuacung-acungkan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Din, tolong minta air dong , untuk cuci ini adek bapak ” kataku, sambil menyodorkan adekku kuhadapannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan takut- takut dan malu, tangan satunya mengambil shower dan tangan satunya tetap menutupi susunya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ayo dong sekalian dicuciin” kataku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diapun mulai berdiri, dan meyirami adekku dengan shower, sambil matanya terus melihat adekku yg sudah tegang, Adekku ukurannya panjangnya sih biasa saja sekitar 15 cm,tapi gemuk banget , sudah banyak wanita yg kaget dengan ukuran diameter dan bentuk kepalanya yg membesar seperti pukulan gong.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ayo jangan cuma di siram, ambil itu sabun sekalian disabunin dong ”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kulihat dia agak kagok, tapi diambilnya juga sabun cair, dan dia mulai menyabuni adekku .</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ahhhh,,, enak Din, Cucinya yg bersih Din ”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Yah pak.” jawabnya sambil terus tertunduk dan menatap adekku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sekarang dia juga dalam keadaan telanjang bulat, tdkbisa lagi menutupi susunya , karena kedua tangannya sibuk menyabuni dan menyirami adekku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Susunya kelihatan benar besar ,masih bulat sekali dan keras sekali dengan pentil yg masih kecil tapi kelihatan sudah berdiri. sedang vaginanya kelihatan berupa garis, karena bulunya sudah tdk ada, mungkin dia sering mencukurnya, tapi terlihat jelas bekas bulu yg baru dicukur, makin membuatku nafsu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tangankupun mulai memegang susunya dan mengelusnya sambil berkata</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Din, Susu kamu bagus yah. masih montok banget”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pak Diana malu pak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ahhhh… . pak……jangan pak….”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tanganku memelintir pentilnya yg keras, dan tangan satunya sibuk memutar -mutar susu yg satunya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auwww pak……pakk….”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dia mulai mendesah, dan pegangannya ke adekku bukan hanya mengelus lagi,tapi mulai meremas dengan kencang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Mulutkupun mulai bergerilya menciumi susunya dan mulai lidahku mebelit-belit pentil susunya, pelan tanganku yg satunya turun meluncur kearah vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jariku menemukan bibir vaginanya yg udah licin, bibirnya tipis, aku, mulai mengorek-orek vaginanya dan mencari-cari kelentitnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuu pak…geli pakk….,Diana geli pak ”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku terus menjilati pentilnya dan tanganku, menemukan kelentitnya yg cukup besar, terasa sebesar biji kacang tanah, keras, licin dan enak sekali dimaenin dengan tangan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkkkk…Auuuuu…ZZZZZZ. pak Diana………..ngak tahan pak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tangannya sudah dengan kasar menggosoj adekku dan sampai kebijinya diperas dengan keras, sampai aku agak terasa sakit.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkk….ampun ….pak…Diana….enak.pakkk” desahnya, terus menerus.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pelan kuangkat sebelah kakinya , kusandarkan kakinya yg satu di atas bak mandi, lalu lulutku mulai turun kebawah mencari lubang vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kujilati bibir vaginanya, dan sambil lidahku masuk menjelajahi lubang vaginanya yg terasa masih kecil sekali. Lalu lidahku mulai menjilati dan mengulum biji kelentitnya yg sebesar kacang tanah, dan terasa keras serta licin sekali karena air nikmatnya yg banyak keluar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduhhhhhhhhh………..pak…….Diana nggak tahan pakkkkkkkkkk”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuuuuu……pakk Ampun pak………Diana enak banget pakkkkk, Vagina Diana diapain pak……. Auuuuuuuuuu ”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Memang belum pernah diginiin Din”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Belummmmpakkkk….enak ….banget pakkk.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuuuuuzzzzzzzzzzz…… enak pakkkkkkkkkkk”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Yuk kita keranjang Din .” sambil keseret kekamarku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Langsung kurebahkan dia diranjangku. langsung kuserbu susunya kujilati dan kugigit gigit kecil pentilya,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkkk……. enak pak…..UZZZzzzz….”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Lidahkupun mulai meluncur kebawah, mulai kujilati bibir vaginanya, kutarik dengan bibirku , pelan kubuka vaginanya yg hitam, sesuai dengan kulitnya yg hitam manis, bibir vaginanya pun hitam dengan bekas bulu yg dickur, makin membuat aku nafsu, pelan kubuka vaginanya, terlihatlah dalam vaginanya yg berwarna merah tua segar dengan keadaan basah sekali, sangat kontras dan menarik dengan warna bibir vaginanya yg hitam , ,kujilati dalam memenya, dan terlihat kelentitnya yg menonjol dengan menantang merah dan licin sekali, langsung kujilati dan kukulum biji kelentitnya. seksigo</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkkkkkkkkk…..aduh pak…..enak……ohhhhhhhhh..ohhhhhh”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diana menggerakkan vaginanya mendekati bibirku, terasa agak asin cairan yg keluar dari memenya, aku suka sekali melihat biji kelentitnya yg keras dan licin, terus kukulum, sehingga dia terus teriak dan mengangkat vaginanya tinggi-tinggi</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduh pak…ampun pak…..Diana nggak tahan pak…Ngentotin Diana pak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun berputat dalam posisi 69, dia dengan segera menarik adekku dan langsung dengan rakus mengulum batangnya, lalu turun kebijinya, kedua bijiku disedotnya, bukan main rasanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” auuuuuuuuhhh enak Din , terus Din……”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku terus menjilati dan menggigit biji kelentitnya, sambil menyedot cairanyg keluar,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">tiba-tiba kepalaku dikepitnya dengan keras, dan terasa adekku disedot dan digigit dengankeras oleh Diana,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkkkkk….Diana keluar pak…….Aya u……..uuuuu ”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dijepitnya dengan keras kepalaku , lalu ia lemas dan kakinya mulai terbuka lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduh pak, enak banget pak, Diana belum pernah diginiin sampe keluar”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Emang kamu udah sering Din, ” selidikku</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ngak pak , Diana baru pernah sekali dientot sama pacar dikampung, eh abis dientot di takut Diana Hamil, jadi dia lari dari kampung.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku mulai menjilati lagi, vaginanya yg semakin merah dalamnya, dan aku menggigit kecil kelentitnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduh..pak….kok..jadi enak lagi yah..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Diana rasanya mau enak lagi nih pak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah puas kujilati semua lubang dalam vaginanya, aku pun berputar dan mulai menindih tubuhnya. Pelan kugesek kepala penisku ke bibir vaginanya,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auiuuuu,,,,,,pak,,,,,kok,,,enak lagi yah…..aduh pa kkkk”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Pelan kucoba memasukkan adekku kedalam vaginanya , sulit sekali sebab lubangnya masih kecil sekali.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auu pak…pelan..pak…sakit….KONTOL bapak gede banget…”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” emang KONTOL pacarmu kecil Din”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Kecil pak, punya bapak gede banget apalagi kepalanya segede tinju Diana”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Bisa-bisa sobek vagina Diana pak….”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Pelan kudoron adekku memasuki vaginanya, terasa pedih karena sempit</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuuu pak,,,sakit pakk,,,,,pelan pelan pak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Pelan-pelan kepala penisku berhasil masuk sebatas kepalanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dia sudah menjerit-jerit kesakitan dan keenakan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduh pakkk….sakir,,,,enak….sakit…pak tapi enak:”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Gimana mau diterusin ngak Din, katanya sakit”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Terus pak biarin , mau jebol juga ngak apa yg penting enak” katanya sambil memelukku dengan erat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan tiba-tiba kudorong semua penisku kedalam vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuuuuuuuuuuu. poakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kudiamkan penisku masuk kedlam vaginanya terasa mentok sampai rahimnya</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diana juga terdiam, matanya melotot, sambil menggigit bibir bawahnya,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku senang sekali melihat gadis yg melotot ketika penisku mentok masuk kevaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pakkkkkkk…..sakit,,,,tapi enak banget pak, kontol bapak gede banget, sampe penuh vagina Diana”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">pelan mulai kugenjot keluar masuk vaginanya,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuhhhhh…sekarang enak banget pakkkkk..au….pakkkk”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Matanya tetap melotot setiap kali kepala penisku masuk mentok ke vaginanya</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Au…..Auu…..Au….” setiap kali kugenjot vaginanya Diana terus mengoce dan teriak</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku senang sekali dengan cewe yg berisik ketika di entot.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Lalu kuputar kaki satunya sehingga keatas, lalu dengan posisi miring kutusuk lagi vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aduh……….pakkk…….auuuu”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diana lebih menjerit dan melotot lagi, karena penisku makin masuk kedalam mentok.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pak ….k Diana udah ngak tahan mau keluar”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Sebentar Din, Bapak juga……….aaaaaa”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kupercepat genjotanku dengan cepat sekali</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Au–…au…auu……au…………………… pakkkkkkkkkkkk”</span></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Diana mengejang dan terasa vaginanya memijit dengan keras penisku, seakan penisku diperas. lalu akupun merasa sudah mau keluar, dengan hentakan terakhirkutekan keras vaginanya sambil menyemburkan maniku kevaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auuuuuuuuuuuu Niiiiiiiiiiiiing. bapa keluarrrrrrrrrrrrrrr”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">” Diana juga pakkkkkkkkkkkkkAZZZZZZZZZZzzzzzzzzzzzzz”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Lalu saya pun terjatuh diatas badanya.lemas, tapi enak banget,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Memang vagina hitam dan merah dalamya enak banget, pokoknya mantap banget bro, susah gue ceritain nikmanta seks dengan pembantuku. sampai sini dulu yah…</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-43801666306908418842016-07-13T18:33:00.002+07:002016-07-13T18:33:34.740+07:00Cerita Dewasa Akhirnya Takluk Juga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQBEFSZyps6SjDFGk5FxsD54tTiGKYDTxpNxsfliu6ybwGOPKnFtnwHb5yzvc5BQOhyphenhyphenghr-FsHFEL_rwmXjgwJiVPWw6LiXcERyZkJK6dQtWUYgfiepkFncK00CgISG-C33t6aGy9fdRrx/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Dewasa Akhirnya Takluk Juga" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQBEFSZyps6SjDFGk5FxsD54tTiGKYDTxpNxsfliu6ybwGOPKnFtnwHb5yzvc5BQOhyphenhyphenghr-FsHFEL_rwmXjgwJiVPWw6LiXcERyZkJK6dQtWUYgfiepkFncK00CgISG-C33t6aGy9fdRrx/s400/images.jpg" title="Cerita Dewasa Akhirnya Takluk Juga" width="300" /></a></div>
<h2>
Cerita Dewasa Akhirnya Takluk Juga</h2>
<br />
Umurku yang sudah 25 tahun sampai saat ini masih belum selesai kuliah, aku akui dalam akademis aku termasuk orang gagal, tapi kalau meluntuhkan hati wanita aku jagoannya, kali ini aku akan menceritakan kisahku yang nyata dimana aku menikmati memek perawan , kisah ini terjadi saat aku mendapat kos kost san baru, dari pagi sampai sore berputar putar UGM akhirnya aku mendapatkan tempat kost kostan yang aku dambakan.<br />
<br />
Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 aku yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep alang kepalang. Namanya Lisa, mahasiswi semester 3 di UGM.<br />
Pertama kali aku ngeliat dia, jantung aku langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali aku komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik.<br /><br />Baca juga :<br />- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-harapanku-kesampaian.html">Cerita Sex Harapanku Kesampaian</a></b><br />
<br />
Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Lisa mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam. Akhirnya sore besoknya aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya.<br />
<br />
Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu aku udah ready untuk tinggal di kosan baru aku. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan aku Lisa lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya.<br />
<br />
“wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati aku. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya aku keluar kamar dan samperin doi.<br />
“Hai.. lagi ngapain?” sapa aku sambil melempar senyum.<br />
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum aku. “Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya.<br />
<br />
Plaaakk.. aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Lisa sudah punya pacar, aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya..<br />
<br />
Siapa tau.. siapa tau.. aku menghibur diri. Aku perhatikan wajah manis Lisa. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Lisa gitu sih?” tanya Lisa risih.<br />
<br />
Aku tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Lisa punya tai lalat di pipi yah?” tanya aku. “Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap aku keumudian.<br />
<br />
“Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran.<br />
“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh aku. Lisa langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Lisa.<br />
<br />
Bahkan setelah cerita tai lalat itu, Lisa bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.<br />
“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” aku langsung aja nuduh.<br />
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.<br />
<br />
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh aku.<br />
Dia malah tertawa cekikikan. Aku senang.. Paginya, aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat aku.<br />
<br />
Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik aku. Alah.. Tiba-tiba aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Aku selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar aku.<br />
<br />
Ternyata disebelahnya kamar mandi! Aku coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Lisa! Aku begitu menikmati suara nyanyiannya.<br />
<br />
Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak aku berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.<br />
<br />
Setelah yakin orang tua Lisa sudah berangkat pergi berdagang dan Lisa pasti sendirian di rumah, aku nekat untuk ngintipin Lisa mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya aku bisa mencapai ujung tembok paling atas.<br />
<br />
Pelan-pelan aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Lisa sedang mandi sambil bernyanyi. Cerita Panas: Nikmatnya Memek Perawan Anak Ibu Kost | Lisa dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi.<br />
<br />
Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat aku liat secara jelas. Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas.<br />
<br />
Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan aku langsung mengeras. Lisa masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri.<br />
<br />
Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat aku serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, Lisa membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air.<br />
<br />
Diluar dugaan aku, ternyata Lisa mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya aku berfikir Lisa melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.<br />
<br />
Aku liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Lisa sedang masturbasi!” Baru kali ini aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas aku menonton Lisa yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.<br />
<br />
Secara tak sadar aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi aku sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Lisa. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan aku tak sanggup lagi menahan pijakan aku.<br />
<br />
Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Lisa jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya. “Mati aku kalo Lisa sampai tau!” batin aku terus cemas. Aku langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut.<br />
<br />
Aku segera turun dari dinding yang aku panjat buru- buru. Ternyata Lisa menyadari dirinya diintip. Lisa segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Aku segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Lisa, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus aku kalau dia ngadu ke ortunya.<br />
<br />
Ternyata aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Lisa yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk Lisa langsung tersibak, ia terjatuh. “Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut aku sambil membantu Lisa untuk berdiri.<br />
<br />
Aku langsung mengambil handuknya. Lisa tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Lisa tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.<br />
“Kak, ngintipin Lisa barusan yah?” tanya Lisa dengan menundukkan kepalanya.<br />
<br />
Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi. Aku jadi ngerasa bersalah.<br />
“Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” aku ucapin itu dengan nada memelas. Lisa cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak.<br />
<br />
Matanya berkaca-kaca. Aku jadi tambah merasa bersalah. “Blum ada lho yang ngeliat Lisa gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih. Akhirnya aku anterin Lisa ke kamarnya. Aku bimbing dia menuju kamarnya.<br />
<br />
Dibenak aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Lisa, aku malah memeluknya.<br />
Terlintas dipikiran aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. “Lisa maafin kakak ya..” aku bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Lisa mengangguk. Dari pelukan, aku beralih mendekap Lisa.<br />
<br />
Aku cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Lisa dari luar handuknya.<br />
“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Lisa kaget. Dalam fikiran aku, kepalang basah mandi aja!<br />
Tanggung ketahuan ngintipin Lisa mandi, kenapa gak aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! Aku dorong Lisa ke tempat tidurnya.<br />
<br />
Pintu kamarnya segera aku kunci. Handuknya dengan mudah aku lepas. Bibir Lisa aku lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan aku menjamah payudaranya yang montok. Lisa berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.<br />
<br />
“Kakaaaakk..” Lisa berteriak. Aku mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Aku bisa dihajar masa.<br />
Akhirnya aku menghentikan aksi brutal aku. Aku mutusin untuk membujuk Lisa pelan-pelan.<br />
Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya aku ngomong pelan-pelan “Lisa, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Lisa. Kakak gak mungkin menyakiti Lisa karena kakak sayang banget sama Lisa..” bisik aku pelan-pelan ke Lisa.<br />
<br />
Aku cium leher Lisa, tangan aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.<br />
“Kakak, Lisa mohon jangan kak” Lisa memelas ketakutan. “Lisa tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Lisa.<br />
<br />
Kakak Sayang sama Lisa.” Bujuk aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong aku. Lisa ketakutan setengah mati. Aku terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Lisa.<br />
<br />
Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Aku terus mainkan itu pelan-pelan.<br />
<br />
“Kakak.. Lisa mohon, Lisa masih perawan kak.. Lisa takut..” Lisa masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya. Aku cuma jawab permohonan Lisa dengan ciuman dan kuluman dibibirnya.<br />
<br />
Aku terus lumat bibir Lisa dan bibir vaginanya dilumat jari tengah aku. Perlahan aku masukin jari tengah aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Lisa sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, aku jadi yakin kalau sebenarnya Lisa juga menikmati permaikan aku.<br />
Lisa juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat. “Lisa, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Lisa tenang aja yaa..” Belum lagi Lisa memberikan persetujuannya, jari tengah aku sudah menikam masuk ke vaginanya.<br />
<br />
Akhirnya jawaban Lisa Cuma erangan dan rintihan. Aku terus mainkan dengan memasukkan jari tengah aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari aku! “Kakak.. Lisa takut kak..” Lisa terus menceracau.<br />
<br />
Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Aku yakin Lisa sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Lisa mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi.<br />
<br />
Seperti yang aku liat barusan di kamar mandi. Aku makin sibuk. Tangan kiri aku membelai rambutnya, mulut aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan aku memasukkan jari kedalam liang vagina Lisa yang makin banjir dengan cairan dan licin.<br />
<br />
Akhirnya aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera aku lucuti semua pakaian aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera aku tindih tubuh Lisa yang terkapar. “Lisa, kita coba masukin yuk..<br />
<br />
Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Lisa dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Aku makin bersemangat. Perlahan aku gosok-gosokin penis aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Lisa. Lisa yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.<br />
<br />
Setelah penis aku licin dengan cairan Lisa, perlahan aku tusukin penis aku ke dalam liang kemaluan Lisa. Walaupun pekerjaan aku halus dan pelan, tetap saja Lisa merintih kesakitan. Sekarang penis aku bercampur dengan cairan licin dari Lisa dan darah keperawanannya. Lisa menangis.<br />
<br />
Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..” Aku gak mau ambil pusing. Aku sibuk dengan mendobrak vagina Lisa yang sangat sempit agar batang kemaluan aku bisa masuk lebih dalam lagi.<br />
<br />
Dibantu dengan cairan pelicin Lisa yang sudah banjir, penis aku bisa masuk semuanya. Aku terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan aku. Sesekali aku cium dan jilatin leher Lisa hingga ke payudaranya.<br />
<br />
Kemudian putinya aku hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya aku liat tanda-tanda Lisa akan orgasme. Segera aku pacu kecepatan goyangan aku. Aku pun pengen keluar dan klimaks. Akhirnya Lisa lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma aku didalam memeknya.<br />
<br />
“ahhh.. Ahhhh.. Lisa..” Aku **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya. Lisa pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.<br />
<br />
Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis aku belum aku cabut. Batang kemaluan aku itu aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Lisa. Aku terus perhatikan wajah cantik Lisa yang termenung sayu.<br />
<br />
Sesaat aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Lisa. Kembali aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Aku tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan “Lisa, mau gak jadi pacar kakak?” Lisa hanya diam.<br />
<br />
Aku tau dia udah punya pacar. Tapi aku sama sekali gak tau apa yang mau aku katakan selain itu kepada Lisa. Aku pasang kembali celana dan keluar dari kamar Lisa. Lisa masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Aku udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan aku barusan.<br />
<br />
Setelah itu aku langsung berkemas di dalam kamar kos aku. “Mungkin setelah ini Lisa akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan aku bakal di usir” pikir aku. Siang harinya, aku sudah selesai beres-beres barang-barang.<br />
<br />
Aku pengen cabut duluan sebelum aku di usir sama orang tuanya Lisa. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke aku. Ternyata pintu kamar kos aku diketuk. Setelah aku buka ternyata Lisa. Aku persilahkan Lisa masuk.<br />
<br />
Lisa pun masuk kedalam kamar aku. Dia liat aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Lisa. Aku cuma diam. “Kakak gak boleh pergi! Lisa takut.. gimana kalau Lisa sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Lisa lirih.<br />
<br />
“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Lisa ya..” pinta aku. Lisa hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis.<br />
<br />
Aku jadi kasihan, akhirnya Lisa aku peluk lagi. Seminggu setelah itu, aku dan Lisa Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi.<br />
<br />
Akhirnya, aku bisa ngajakin Lisa untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar aku, padahal orang tuanya ada dirumah. Ternyata Lisa selalu diliputi gairah.<br />
<br />
Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Lisa sudah berani menelan habis sperma yang aku semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.<br />
<br />
Walaupun status hubungan aku belum jelas hingga saat ini, aku tetap menjalani ini sama Lisa. Lisa tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Lisa lari ke aku. Hampir setiap malam Lisa mampir ke kamar aku buat gituan.<br />
<br />
Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar aku. Sejak saat itulah, Lisa ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Aku pernah nanya ke Lisa, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Lisa bilang belum.<br />
<br />
Tapi setelah aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan aku sama Lisa sampai ke sesuatu yang bahkan gak aku duga.<br />
<br />
Lisa bilang kalau dia membayangkan dientotin dua orang, yaitu aku dan pacarnya. Hehehee… kadang aku gak habis pikir, mengapa cewek yang dulu pemalu dan lugu ini bisa jadi liar kayak gini.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-9751488480568310922016-07-11T18:28:00.000+07:002016-07-11T18:28:57.433+07:00Cerita Sex Harapanku Kesampaian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiolmnoFohEKZLOY-t9Ap9wdefNnrxFgUsHRMdGRkT7E4UNmQsc2WEA8qTquowV_eOe2IANItgQ8PQha2RUq2BoYi8dpqbyoIYFn72-Tfy8d6QvO_fHVgW-0prBo_ErS-dRjByfmuvbNQnp/s1600/1+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Harapanku Kesampaian" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiolmnoFohEKZLOY-t9Ap9wdefNnrxFgUsHRMdGRkT7E4UNmQsc2WEA8qTquowV_eOe2IANItgQ8PQha2RUq2BoYi8dpqbyoIYFn72-Tfy8d6QvO_fHVgW-0prBo_ErS-dRjByfmuvbNQnp/s320/1+%25281%2529.jpg" title="Cerita Sex Harapanku Kesampaian" width="240" /></a></div>
<h2>
Cerita Sex Harapanku Kesampaian</h2>
<br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Steve, William, dan Agung teman kuliah saya yang berasal dari Singapore, Malaysia dan Indonesia juga terdiam menunggu tibanya bus tersebut di hotel yang akan didiami selama empat malam. Kemacetan di jalan raya semakin bertambah</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Apalagi ketika bus keluar dari highway dan menuju jalanan yang lebih kecil. Dengan tidak sabaran saya memperhatikan jam tangan saya yang sudah menunjukkan pukul 16:45. Di ufuk barat, mentari musim dingin mulai menyembunyikan dirinya.<br /><br />Baca juga :<br />- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-eksebishi-bersama-ipar.html">Cerita Sex Eksebishi Bersama Ipar</a></b></span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Come on, lets go out for nice dinner…” Steve yang sekamar dengan saya mengajak makan malam. Memang, perut saya yang kosong sudah meminta sesuatu buat dicerna. Siraman air hangat sewaktu mandi menghilangkan keletihan tubuh saya dan mengantinya dengan perasaan lapar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Berjalan kaki, kami menyusuri kota Paris. Kota ini begitu istimewa, keramaian dan kemacetan jalannya mengingatkan saya pada London. Tetapi design bangunan dengan ukiran dan patung-patungnya sangat mencolok dan berbeda. Hampir setiap bangunan mempunyai ciri khasnya masing-masing dan begitu indah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sebuah Chinese restaurant di Boulevard Montmarte menarik minat kami. Perut-perut yang keroncongan akhirnya berteriak kegirangan ketika nasi dan beberapa lauk menganjalnya. Memang perut Asia kami lebih menikmati nasi dibandingkan roti.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan tambahan energy dari makanan, perjalanan menyusuri kota Paris dilanjutkan kembali. Di sepanjang jalan Boulevard Montmarte ini hadir toko yang banyak menjual parfum, pakaian dan makanan. Louis Vuitton, Giorgio Armani, Christian Dior, dsbnya seakan-akan berlomba memamerkan produk-produk terbarunya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Eh, Hard Rock Café Paris!” seru William tiba-tiba, “Lets have some drinks.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Segelas Southern Comfort memberikan kehangatan kepada tubuh saya. Duduk berempat di café yang masih sepi, kami membicarakan keindahan kota yang menakjubkan ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Selesai minum, kami berjalan keluar melalui toko yang menjual sourvenir Hard Rock. Tertarik oleh kaos hitam special edition café tsb, saya mengantri di belakang dua orang cewek yang lumayan manis. Perhatian saya segera tertuju ke mereka ketika mereka mengobrol. Mereka menggunakan bahasa Indonesia! Aneh rasanya mendengar bahasa tersebut di tempat yang begitu jauh.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Hallo, dari Indonesia ya?” sapa saya ramah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Mata kedua gadis di depan saya terbelalak, kaget.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Iiiyaaa…” jawab gadis yang berdiri di depan saya. Tubuhnya yang kecil tertutup oleh jaket tebal berwarna hitam. Rambutnya yang pendek dicat merah dan matanya yang bulat terlihat jernih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Perkenalan pun berlanjut, gadis tersebut bernama Diana dan temannya bernama Elisabeth. Sungguh enak mengobrol menggunakan bahasa yang sudah lebih dari satu tahun tidak pernah saya pakai.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Alangkah sayangnya, pertemuan sekitar 10 menit tersebut harus berakhir ketika mereka berjalan meninggalkan café tersebut bersama teman-teman mereka. Entah karena suasana Paris yang romantis, atau kerinduan akan cewek setanah air, atau karena mata Diana yang bulat dan jernih, jiwa saya seakan-akan terbang bersama mereka. Saya termenung melihat mereka menghilang di keramaian kota.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Bodoh! Goblok! Kenapa tidak meminta nomor telepon? Atau e-mail? Penyesalan datang melingkupi diri saya sesudah pertemuan tersebut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Perasaan menyesal ini semakin menggelora ketika keesokan harinya saya mengunjungi menara Eiffel. Seandainya saja saya bisa menikmati keromantisan kota Paris bersama Diana. Seandainya…</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sang Pencipta ternyata mengasihani jiwa yang penat menahan dahaga kasih sayang ini. Di bawah Eiffel tower Sang Pencipta menunjukkan kekuasaannya. Diana bersama temannya berdiri di salah satu kaki Eiffel Tower, menunggu kesempatan untuk naik ke menara tersebut. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Segera saya membeli empat tiket yang berharga total 180 franc dan ikutan mengantri.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Diana…” panggil saya, “Ketemu lagi!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ehh… kamu…” dia kaget. Tetapi dari sinar matanya saya tahu kalau dia juga merasa senang. Dan ini membuat jiwa saya melayang-layang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Pembicaraan akrab berlanjut kembali. Diana dan teman-temannya kuliah perhotelan di Switzerland. Dia sudah lebih dari 3 tahun di sana dan ini adalah tahun terakhirnya. Teman-temannya berasal dari sekolah yang sama, cuma beberapa dari mereka masih berada di tingkat pertama atau kedua.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saya berusaha selalu berdekatan dengan Diana, dan mengenalnya lebih jauh. Jangan mau kehilangan dia lagi… bisik hati saya. Di lantai dua Eiffel Tower kami berfoto bersama.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saat mempunyai kesempatan berdua, saya berbisik di telinganya, “Semalaman saya memikirkan kamu.” Matanya yang bening menatap saya dan dia berbisik lirih, “Saya juga.” Ingin rasanya saya berteriak dan melompat kegirangan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“On the romantic Seine’s river bank, the lovers go hand by hand.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Perjalanan menggunakan kapal menyusuri sungai Seine melewati 22 jembatan merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Dari kapal yang kami tumpangi, kami bisa melihat pasangan yang sedang mabuk cinta bergandengan tangan dan berciuman di tepi sungai yang membelah kota Paris tersebut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Bulu kuduk saya merinding ketika kami melewati gereja Notre Dame yang terkenal dengan cerita The Hunchback of Notre Dame-nya. Bangunan yang persis sama dengan bangunan di film kartun yang saya tonton. Di sebelah saya Diana terlihat termenung, entah apa yang sedang dipikirkan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“When you pass this oldest bridge in Paris, close your eyes and make your wish. It will come true.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saya menutup mata saya dan diam-diam menyatakan harapan saya. Diana juga menutup matanya dan menyatakan harapannya. Seandainya saja saya tahu apa yang dia minta, akan saya penuhi apapun keinginannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Melalui jalan mendaki menuju gereja Sacre Coeur, saya mencoba memegang tangan Diana yang tertutup sarung tangan merahnya. Dia tidak menolak! Di sebelah saya Steve terlihat akrab dengan Elisabeth. Mereka bercanda dengan mesranya. Memang, di kota ini cinta mudah sekali bersemi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jam baru menunjukkan pukul 17:30, namun mentari sudah bersembunyi di peraduannya. Dari halaman gereja berwarna putih yang terletak di atas bukit ini, saya kehilangan kata-kata saya. Di depan saya terpampang kota Paris dengan lampu-lampunya yang berwarna-warni, begitu menakjubkan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dari kejauhan terlihat Eiffel Tower yang terang benderang. Saya memberanikan diri untuk memeluk tubuh Diana. Pelukan yang tidak saya lepaskan sampai kami kembali ke kamar hotel mereka.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saya berbaring di kasur sambil melanjutkan pelukan saya. Lengan Diana melingkari leher saya dan kepalanya menyender di dada saya. Di kasur sebelah saya Steve dan Elisabeth sedang bercanda mesra.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kekuatan cinta saya membuat saya berani mencium pipinya, tanpa mempedulikan Steve dan Elisabeth. Diana cuma tersenyum misterius. Ciuman saya kemudian berlanjut ke bibirnya yang merah merekah. Terasa bibirnya yang sedikit kering karena dinginnya angin musim dingin.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kegilaan kami bertambah ketika Elisabeth memadamkan lampu kamar. Dari sinar yang masuk lewat jendela, saya bisa melihat mata Diana yang sendu. Seperti magnet, bibir saya kembali tertarik ke bibirnya, saling berpagutan dengan mesranya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Perlahan Diana menarik selimut menutupi tubuhnya. Saya menganggap tindakan dia sebagai undangan untuk melakukan hal yang lebih jauh. Saya ikutan menyusup ke dalam selimut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jari-jari tangan saya mulai bergerilya menyusuri sepasang gunung Diana yang masih tertutup sweater. Usaha mencari puncak gunung tersebut agak terganjal oleh tebalnya sweater dan bra yang masih dikenakannya. Namun kekenyalan gunung tersebut membuat tangan saya betah bermain di sana, meremas dan meremas.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian tangan saya menyusup ke balik sweaternya dan menyusuri kulit perutnya yang mulus menuju dadanya. Dengan lincah jari tangan saya menyusup ke branya. Ketika ujung gunung kembarnya tersentuh, tanpa ampun jari-jari tangan saya bermain di sana.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Jari tangan Diana ternyata tidak tinggal diam. Kedua tangannya beralih ke ikat pinggang saya dan berjuang melepasnya. Jari tangannya yang cekatan berhasil melepas ikat pinggang saya diikuti celana jeans dan celana dalam saya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Ketika terlepas, saya menendang celana tersebut keluar. Batang kemaluan saya yang terkekang berjam-jam segera berontak menunjukkan kekuatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Belaian tangan Diana membuat batang tersebut mencapai kekerasan dan ukuran maksimumnya. Tidak sabar, Diana membuka sendiri celana jeans dan celana dalamnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sesudah itu dia berbaring membelakangi saya, sepasang pinggul montok dan mulus menekan batang kemaluan saya, menan- tang dia untuk bertindak lebih lanjut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan tubuh masih tertutup selimut, jari tangan saya menuju daerah kemaluannya. Terasa oleh tangan saya rambut yang keras dan pendek. Rupanya rambut tersebut dicukur! Jari tangan saya akhirnya bermain di daerah klirotisnya, memutar dan kadang menggosok dengan cepat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sekali-kali jari tangan saya masuk ke dalam liang kewanitaannya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Mata saya beralih sebentar ke kasur sebelah. Steve dan Elisabeth rupanya tidak mau kalah, terlihat tubuh mereka yang juga tertutup selimut saling menindih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya saya menggerakkan batang kemaluan saya yang sudah tidak sabar menuju rongga fovaritnya. Dari belakang saya mencoba memasukkan batang tersebut, lumayan susah. Dengan tuntunan tangan Diana, akhirnya batang tersebut berhasil menyusuri goa kewanitaannya yang sudah basah kuyub.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Cengkraman otot liang kewanitaan Diana pada batang kemaluan saya membuat saya memejamkan mata. Saya menggerakkan batang kemaluan saya, keluar masuk, keluar masuk. Jari tangan saya masih bermain di daerah klitorisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ahhhh…” terdengar desahan Steve. Rupanya dia sudah mencapai pulau kenikmatan bersama Elisabeth.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Sekitar 5 menit kemudian, Diana menjerit histeris tanpa mempedulikan kehadiran Steve dan Elisabeth di ruangan tersebut. Satu badai kenikmatan sudah dilalui.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kamu di atas ya…” bisik Diana dengan nafas terengah-engah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saya mengambil posisi di atas, Diana dan kembali memasukkan batang kesayangan saya. Kegiatan keluar masuk yang tidak pernah membosankan tersebut kembali berlanjut. Goyangan pinggul Diana menambah kenikmatan yang saya rasakan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tanpa kami sadari, selimut yang menutupi tubuh kami terbuka memamerkan kekekaran tubuh saya dan sepasang buah dada Diana yang menjulang indah. Saya membungkukkan tubuh berusaha menjangkau puncak gunung tersebut dengan lidah saya. Karena tubuh saya yang jauh lebih tinggi, saya tidak berhasil melakukannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tiba-tiba terasa ada kepala di samping saya. Saya tercegang, rupanya Elisabeth sudah berdiri di sebelah tubuh Diana. Matanya yang sayu menatap wajah Diana. Perlahan dia mendorong tubuh saya ke atas dan dia menggerakkan mulutnya yang munggil ke gunung kembar Diana.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dia menjulurkan lidahnya dan bermain di sana. Diana membuka matanya yang tersenyum. Dia membelai rambut Elisabeth!</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Gila! Kata pertama yang melintas di kepala saya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Peduli Amat! Kata kedua yang membuat saya memutuskan untuk jalan terus.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Saya memperbaiki posisi saya, tangan saya menahan sepasang kaki Diana yang tertekuk membentuk sudut 90 derajat dengan tubuhnya dan dengan posisi berlutut saya memasukkan batang kemaluan saya setelah sebelumnya menganjal pinggulnya dengan bantal.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Selanjutnya hujaman batang kemaluan saya semakin ganas, sementara lidah Elisabeth masih bermain di dada Diana. Tidak terlukiskan dengan kata teriakan histeris Diana saat itu. Teriakan Diana, pemandangan lidah Elisabeth yang sedang bermain di buah dadanya Diana</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Dan perasaan sayang yang menggebu-gebu membuat saya tidak bisa bertahan lama walaupun segala teknik menahan ejakulasi sudah saya keluarkan. Akhirnya batang kemaluan saya menumpahkan cairan putihnya di dalam tubuh Diana.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">Tetesan air mata mengantar perpisahan kami berpisah. Saya kembali ke Amsterdam dan dia kembali ke Swiss. Sampai saat ini, harapan saya saat melewati jembatan tertua di kota Paris tidak terpenuhi. Sebenarnya harapan saya adalah, “Hidup berbahagia bersama Diana selamanya!”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Saya tidak pernah bisa mempercayai lelaki kembali. Tiga tahun lalu di sini, Paris, saya menyerahkan milik saya yang paling berharga kepada pria yang sangat saya sayangi. Ternyata dia penipu, dia sudah beristeri. Luka tersebut meninggalkan bekas yang sangat dalam dan tidak ada satu lelakipun yang bisa menyembuhkannya, saya berbahagia bisa bertemu dengan kamu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Georgia, Times New Roman, Bitstream Charter, Times, serif;"><span style="line-height: 24px;">“Diana… Diana… mengapa kamu tidak mau memberikan kesempatan kepada saya? Akan saya buktikan bahwa tidak semua lelaki itu bangsat! Cinta memang mengakibatkan luka, namun luka tersebut hanya bisa disembuhkan kembali oleh cinta.” Cuma itulah yang bisa ucapkan ketika membaca mail terakhirnya. </span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-33438788369576622302016-07-10T18:05:00.000+07:002016-07-10T18:05:43.278+07:00Cerita Sex Eksebishi Bersama Ipar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdql0IvKV-IZmbTS0OvtqrPV4zM2K-OQrcSXZss5gfW57KwH88wH5tfi3R8lutZHUKqhWsEPny-l2vMDdj0lKmhW3eoc6cLSsZQGsVuH2zXN79eB2fnyrQLC3nv05F-oWhP0vc2Jia8PO1/s1600/tumblr_ntop7vLHeq1ubr2rmo1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Eksebishi Bersama Ipar" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdql0IvKV-IZmbTS0OvtqrPV4zM2K-OQrcSXZss5gfW57KwH88wH5tfi3R8lutZHUKqhWsEPny-l2vMDdj0lKmhW3eoc6cLSsZQGsVuH2zXN79eB2fnyrQLC3nv05F-oWhP0vc2Jia8PO1/s320/tumblr_ntop7vLHeq1ubr2rmo1_500.jpg" title="Cerita Sex Eksebishi Bersama Ipar" width="320" /></a><br /></div>
<h2 style="text-align: center;">
<b>Cerita Sex Eksebishi Bersama Ipar</b></h2>
<br />
Cerita Sex Terbaru | Salah satu pengalaman Daku yg terbilang spesifik adalah bersama adik iparku yg Jablai semampai, sensual dan sedikit agresif…. serta cukup vulgar bila berpakaian di rumah.<br />
<br />
Awalnya seeh Daku ekstra Muna dan agak Jaim dengan Adik Iparku yg kerap Caper ke Daku.<br />
<br />
Kelembutannya yg utama bukanlah dati tutur kata dan busananya tetapi justeru dari kulitnya yg bersih, putih Harum Mewangi….. yah pegimana ngak wangi kalo setiap hari mandi pake sabun, keramas dengan sampo … lanjut pake parfum…<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-junarti.html"><b>Cerita Sex Junarti</b></a><br />
<br />
Sejak menikah, selama beberapa tahun Daku tinggal di Mertua Indah dengan seorang Adik ipar wanita yg masih lajang serta seorang Kakak Ipar Wanita yg bercerai dan beberapa keponakan cewek menjelang ABG. Ditengah kerumunan wanita-wanita itulah Daku berada.<br />
<br />
Karena kebiasaanku yag pulang kantor pada malam hari, maka biasanya Daku pulang kerumah pada situasi yag sudah cukup sepi…… jadi karena kondisi maka Daku pun kerap bercinta dengan isteri pada tengah malam. kadang kita bercinta didalam kamar tidur, kadang bercinta di ruang utama rumah karena memang sudah sepi.<br />
<br />
Suatu kali sehabis Daku puas bergumul cumbu dengan isteriku saling meremas-remas dan menjilati penuh nafsu seluruh bagian tubuh yg sensitif….. tanpa sengaja Daku tiba-tiba nelihat pintu kamar tidur adik iparku ternyata terkuak sedikit. Entah sudah berapa lama pintu itu terbuka.. walau sedikit … Daku sempat berfikir apakah adik iparku tadi sebetulnya bangun dan melihat Diriku bercumbu nafsu dengan kakaknya …. atau terlintas dalam benak-Ku apakah memang baru kali ini pintu itu terkuak sedikit… jangan-jangan…… ah… sudahlah Daku tak peduli…<br />
<br />
Hubungan-Ku dengan Nina, adik ipar-Ku itu memang cukup AIYSS (Aik Ipar Yg Saling Sayang) cenderung lebih manja ketimbang isteri-Ku sendiri… dia sugnguh gaul, pintar menyanyi dan banyak kawan, pacar pun punya malah cenderung punya lebih banyak kawan lelaki daripada wanitanya … tapi entah mengapa dia tetap saja sering caper ke diri-Ku… yaah Daku sih happy azza… mungkin Daku betul-betul Zantan kali yaa.. ha..ha..ha…ha.. bisa aja … yaah namanya juga karangan … hi…hi…hi….<br />
<br />
Lanjut ah, ini bener kok pengalaman nyata … ngapain bo’ong ama orang lain entar Daku kalo pembohong kan kagak bakalan punya kawan banyak .. tul ngak ?<br />
<br />
Beberapa hari kemudian… Ce’illah … seperti biasa Daku mengajak isteri bercinta di ruang tamu pada malam hari saat seisi rumah sudah tidur. Tapi kali ini sebelum bercumbu, terlebih dahulu Ku perhatikan pintu kamar tidur adik ipar-Ku … Ooohh…. ternyata tertutup rapat… berrati aman….. karena letak kamar tidur adik iparku berhadapan dengan sofa ruang tamu maka walaupun terkuat hanya sedikit tentunya Nina, sang adik iparku dapat mengintip dengan leluasa permainan cumbu nafsu diriku dengan isteri tersayang…..<br />
<br />
Karena kita berdua sudah yakin semuanya yg ada di rumah telah tertidur pulas di kamarnya masing-masing maka Daku berbegas mengatur posisi …. untuk memulai percumbuan dengan isteriku… dimana Daku lebih suka duduk dibawah sofa sementara isteriku duduk di atas sofa. Permainan langsung di seputar wilayah Paha dan Memek adalah kegemaran utama-Ku.<br />
<br />
Menciumi-menjilat-jilat sambil mengigit-gigit lembut sepasang paha sekel istaeri-Ku adalah menu pembukaan cumbu nafsu diri-Ku yg paling sering Ku lakukan….. disaat menggelinjang antara geli-geli-nikmat… menahan sentuhan bibir dan lidah-Ku di sepasang pahanya, biasanya isteri-Ku tdk sabar untuk menanti hisapan Ku pada Memek-nya.. tapi disitulah letak permainannya… Daku sering menahan diri untuk berlama-lama di sekitar paha hingga mendekati Memek… sesekali saja menjilati kelentit dan liang memek Isteri-Ku sekedar mengecek apakah Isteri-Ku sudah mulai mencapai orgasme melalui cairan genitalnya atau belum…<br />
<br />
Bila ternyata memek isteri-Ku sudah mulai basah… tanda-tanda orgasme .. maka Daku mulai lebih sering menjilat-jilati dan menghisap kelentit dan daging memek isteriku secara perlahan-lahan… dengan cara seperti ini<br />
<br />
Daku bisa berlama-lama menyenangkan Isteriku megngigil menahan nikmat.. terlebih saat cairan memeknya yg mulai mengalir deras keluar Ku reguk hingga tak bersisi… eehhhmmm… memainkan lidah di ujung kelentit dan di didnding Memek bisa membuat tubuh isteriku bergetar kuat …. semakin dia bergerak menjauh dari kepalaku.. semakin kukejar dan kutempel permukaan memek isteriku…. aahhh……. Aaauuww … di saat Isterku mulai bangkit berdiri karena tak tahan menerima hisapan Diriku pada Memeknya… semakin Ku kencangkan cengkeraman lingkaran tangan-Ku pada sepasang pantat Isteri-ku… sementara kepalaku kutempelkan erat-erat kehadapan memeknya…..<br />
<br />
Paa… Papa… udah… aaauuhhh… ooohhh.. Paa… ngak tahan ….. Jerit lirih terlontar dari isteri-Ku….<br />
<br />
kalau sudah seperti ini…. apa boleh buat… dari pada membangun kan orang se isi rumah… yah kulepaslah dekapan Ku di Memeknya…<br />
<br />
Setelah Daku puas bercumbu nafsu dengan isteriku selama satu jam lebih … akhirnya aku beristirahat menonton tv… sementara isteri-Ku cepat berlalu masuk ke kamar……..<br />
<br />
Namun, belum lama aku menonton teve …. kulihat pintu kamar Nina, adik ipar-Ku itu yg tadinya tertutup rapat ternyata sudah terkuak kembali, sedikit hanya terbuka beberapa cm. Ku perhatikan, kali ini kamar tidurnya gelap ….. tdk biasanya …..<br />
<br />
Setelah menunggu beberapa saat, karena penasaran Daku menghampiri kamar tidur Nina…. oouu memang terbuka, lalu dengan hati-hati, perlahan-lahan Ku buka pintu kamar tidur Nina… ku intip dengan seksama …uugghh…. samar-samar dalam keremangan kamar Kulihat Nina tertidur dengan tertelungkup…. tapiii… Ammbbooiii… Nina tidur tdk mengenakan bad cover… sementara daster mininya terserak menyembulkan sepasang paha dan pantat yg padat…. saking penasaran ingin melihat apakah Nina tertidur dengan sepasang pantat yg terbuka menantang … maka kuhampiri kasur dimana Nina tertidur…<br />
<br />
Aaahh… baru dua-tiga langkah memasuki kamarnya … kaki kanan ku menyentuh sepotong kain… segera kuambil kain itu … ouwwah..aahh… ternyata celana dalam mungil milik Nina berwarna gelap yg berserak dilantai… saat kuambil dan kupegang… mmmhhhh…. CD Nina basah….. tanpa sadar kucium CD Nina …. uugghhhh… wangi khas cairan Memek….<br />
<br />
Kini Daku semakin curiga…. jangan-jangan Nina memang mengintip percumbuan Daku dengan Isteri-Ku dari balik pintu kamarnya yg gelap….. ah.. aku pun betul-betul penasaran … segera kudekati Nina dikasurnya… dia masih tertidur menelungkup dengan wajah menghadap pintu…. kearah diriku … tapi setelah kuperhatikan dengan teliti sepasang pantatnya yg terbuka penuh memang tdk mengenakan celana dalam… alias polos…..<br />
<br />
Antara penasaran sekaligus terangsang kemontokan paha dan pantat Nina…. dengan spoantan kunyalakan lampu meja belajarnya…. emmhh… benar-benar mulus, kenyal, putih nian sepasang pada dan pantat Nina… ooohhh… Daku berdecak kagum… sambil menelusuri lekuk liku daging Paha dan Pantat Nina…… sambil terus memegangi dan sesekali menciumi CD Nina yg basah dengan cairan Memeknya…..<br />
<br />
Tiba-tiba saja terlintas dibenak-Ku untuk mengecek apakah Nina betul-betul sudah tertidur pulas dari tadi … ataukah dia berpura-pura tidur karena tadi dia sebenarnya mengintip KU bercumbu….. maka CD dan sarung yg kukenakan sengaja Ku lepaskan …. dalam jarak dekat didepan wajah Nina …. hanya dengan mengenakan kaus singlet ditubuh sementara perutku ke bawah sudah polos Daku pun ber-Eksibisi….<br />
<br />
Sembari menelusuri pemandangan Indah sepasang Paha dan Pantat Nina yg putih montok, Daku pun ber-Onani dalam jarak teramat dekat dihadapan wajah Nina…. mmmhhh….. aaaahhhh… sengaja Daku bergumam lirih…. menikmati Keindahan dan kenikmatan ber-Onani di Depan Nina sambil tdk lepas memperhatikan lekuk-lekuk daging Paha dan Memek Nina…. oooohhhh… saaat K0ntol-Ku mulai menegang-kencang- dengan ujung yg … Mengkilau….. k<br />
<br />
ulirik wajah Nina… kuperhatikan Mata Nina… ooohhhh…. ternyata bulu matanya yg lentik .. bergerak-gerak dan bergetar-getar lembut tanda dirinya tdk tidur dan sedang aktif melilhat Daku ber-Onani di hadapannya dengan K0ntol yg semakin panjang, besar, menonjolkan uliran urat yg kencang dengan daging ujung K0ntol yg berwarna pink mengkilat…..<br />
<br />
Karena sudah terlanjur ….. juga karena sudah terlalu nikmat melakukan Onani jarak dekat di wajah Nina…. Daku pun semakin semangat memainkan tangan kanan-Ku mengocok-ngocok lembut batang K0ntol-Ku ….<br />
<br />
Mengetahui bahwa Adik Iparku Tersayang juga terkesima mengintip K0ntol-Ku dari balik bulu matanya yg lentik.. Daku benar-benar bergairah melakukan Onani….. Aahhhh…. oouuuwww…. Nina… desah-Ku lembut.. tanpa sadar… Syeer…syeer…. kutahan… dan kukendalikan aliran sperma-Ku yg keluar dari ujung k0ntol-Ku…. Dengan menengadahkan telapak kanan kualirkan tetesan air mani-Ku ketangan… lalu cairan tersebut ku oleskan ke batang K0ntolku sehingga seluruh K0ntolku hingga daging Ujungnya semakin mengkilat licin…..<br />
<br />
Dengan olesan cairan sperma-Ku yg kental dan licin maka tangan kananKu semakin lincah leluasa berOnani… mmmhhh….. Daku pun semakin hot ber-Onani mengeluar masukkan ujung-batang K0ntolku dalam genggaman tangan.. sembari menggoyang-goyangkan pantatku layaknya bersenggama…. ooouuuuuu…. kukperhatikan bulu mata Nina semakin terbuka agak lebar… jelas sudah kalau Nina sedang menikmati keindahan Batang K0ntol-Ku dan Goyangan-Goyangan Erotis-senggama-Ku …. oohh… ouw… kulihat gerak bibir senyum manis terpancar dari wajah Nina karena dirinya tampak senang sekali memandangi buah zakar dan Ujung-Batang K0ntol-Ku…. yg terus besar, tegang dan mengkilat….<br />
<br />
Baru kusadari kemudian, tangan kiri Nina ternyata bergerak-gerak perlahan dari balik tubuhnya yg mengarah pada<br />
Memeknya… ooouuu.. Nina juga sedang bermasturbasi rupanya…. mengetahui hal itu.. Daku semakin bernafsu melakukan ONinai dengan Hot ku percepat gerakan Onani K0ntol-Ku keluar masuk Genggaman tangan … den …. Crott…. crrott… crottt… syyerr….. Air Mani-Ku keluar Deras dari Ujung K0ntol-Ku lalu kutumpajkan ketelapak tangan kiri-Ku…. tanpa bisa dicegah… Tubuh Nina pun ikut yg tidur tertelungkup mengigal-bergetar cukup kuat saat dirinya melihat dengan jelas pancaran Sperma-Ku yg mengalir muncrat ke telapak tangan …. aaahhhh Ninai…<br />
<br />
Dengan seluruh Sperma yg ada kubasuh lagi batang K0ntol-Ku yg tetap tegang…. …crrek…creekk.. crreekk… suara onani terdengar dari gesekan tangankananku yg penuh air mani …. sementara itu kuperhatikan Nina sudah lebih aktif menggerak-gerakkan tangan kirinya ke tengah-tengah pangkal pahanya… seluruh badan Nina kini sudah terlihat bergerak-gerak sebagai tanda dirinya sangat terangsang…. ooouuu…Nikmatnya..<br />
<br />
Setelah puas ber-Onani sampai sperma-Ku habis-kering… secara demonstratif Daku mencium celana dalam Nina yg basah yg dari tadi kupegang terus….. dalam posisi tidurnya yg pura-pura itu … kulihat Nina tersenyum lebih lebar dari sebelumnya tanda dirinya pun ikut senang menikmati eksibisi sensual yg membahagiakan….<br />
<br />
EKSIBISIi Nina ….<br />
<br />
Tanpa kuduga …. baru sekitar 15 menit Daku beritirahat tidur-tiduran sambil memejamkan mata di sofa ruang tamu…. dari kamar tidurnya Nina keluar dengan mengenakan handuk saja yg dililitkan ditubuhkan…. kulirik dari balik mataku yg pura-pura terpejam…. Nina menghampiri diriku di Sofa… daannnn… aaiiihhhh…. aku terkejut….. saat Nina membuka handuknya lalu dihampar di meja dan dia duduk di tepi meja tepat dihadapan wajahku …..<br />
<br />
Di ruang tamu yg terang benderang … tentunya Daku dapat melihat jelas seluruh Tubuh Nina yg Aduhai Indahnya.. sepasang daging Payudara Nina tampak kenyal montok dengan puting susunya yg mencuat kencang kemerahan ….. Pinggangnya yg ramping …… serta kulit pahanya yg putih, halus sintal….<br />
<br />
Setelah duduk begitu dekat didepan wajahku… tanpa ragu sedikit pun Nina duduk mengangkang …. kedua pahanya dibuka lebar-lebar dengan ujung kaki jarinya yg menjinjit … Nina mulai memperlihatkan Keindahan pangkal paha, daging Memek dan kelentinya ygn mengkal merekah berwarna merah muda … dengan posisi duduk mengangkang dekat wajahku… Nina dengan atraktif membuka bibir Memekya… Oooohhh… Kekagumanku semakin bertambah terhadp bagian Genital Nina…. yg mempertontonkan kelembutan, kelenturan, grunjulan daging bagian dalam Memek Nina…. cerita sex<br />
<br />
syyeerrr… sekujur tubuhku mulai memanas…. tegang…..<br />
<br />
Seolah sudah tahu kalau diri-Ku sedang menonton peragaan Memek Nina,,,, Dia pun lantas dengan lembut mempermainkan bibir-bibir Memeknya yg kadang di kuak lebar .. lalu digesek-gesekkan dengan kedua tangannya …. aahhhh… ooohhh Nina …. aku berdesah dalam hati…. menahan rangsangan yg luas biasa…<br />
<br />
Dengan gerakan-gerakan yg sangat mesra dan erotis Nina mengelus-elus dengan cepat ujung kelentitnya… diselang-seling dengan gerakan-gerakan tangannya dilipatan pangkal pahanya … lalu … dia pun mengingal-ngigal sambil menguak-kan Memeknya lebar-lebar …. mmhhh…… ingin sekali rasanya Daku mengelus-elus Memek Nina yg merekah Indah itu…… aauuuhh…<br />
<br />
Seolah tahu akan niatku itu, Nina tanpa Ku duga meraih tangan kanan-Ku lalu … telapak tangan kanan ku di elus-eluskannya secara lembut ke Daging Memeknya …. sssyyyeeerrr…. K0ntol ku menegang tinggi ….. sehingga Nina melihat dengan jelas dari sembulan sarung-Ku…<br />
<br />
Dengan tersenyum manis Nina lantas berdiri semakin dekat dengan wajah ku … Dalam posisi berdiri mengangkan tangan kanan-Ku diselipkan … di jepit di antara kedua pahanya – tepat di tempelkan di daging Memeknya ….<br />
<br />
Dengan posisi itu, Daku yg pura-pura tiduran di sofa… tetapi tangan kanan Ku di kepit Pangkal Paha Nina… yg berdiri di depanku …. tanpa bisa ku tebak .. Nina melakukan surprise …. seperti naik kuda-kudaan … Pangkal Paha Nina … Memek Nina degesek-gesekkan di sepanjang pergelangan tangan hingga ke lengan Ku mendekati pangkal lengan ….<br />
<br />
Aaauuuwww… tubuh ku tanpa bisa dicegah ikut bergetar ….. K0ntol Ku pun kian Menegang<br />
<br />
Sementara Nina semakin Asyik masyuk menikmati gesekan-gesekan lembut pangkal Paga-Memeknya ke sepanjang lengan kananku…… Ssyyyeerrrr… Ssyyyeeerrr….. Ssyyyeerrr…. tiba-tiba dari memek Nina keluar cairan agak kental yg hangat …….. Ooooooo…… Crreettt..Creeettt..Crreeettt.. dari ujung K0ntol Ku keluar cairan sperma …..<br />
<br />
Melihat Ujung k0ntolku yg mengeluarkan Sperma dan membasahi sarung …. Nina pun mengecup-ngecup menyerup cairan yg membasahi sarung-Ku …. tindakan Nina ini seolah hendak melakukan revanche atas Diriku yg menciumi Celana Dalamnya yg basa…..<br />
<br />
Oooo… usngguh-sungguh kejutan yg kudapat dari Nina … Adik Iparku Tersayangng…<br />
<br />
Setelah selesai mengecup-ngecup dan menyerup-nyerup sarungku yg basah oleh Sprema …<br />
<br />
Nina dengan lembut membersihkan sisa-sisa cairan Memeknya yg masih membasahi legnanku….<br />
<br />
Lagi-lagi Nina membuat kejutan dengan… tiba-tiba dia menggesek-gesekkan Payudara dan Puting Susunya<br />
kenyal dan kencang ke Bibir Ku…. Oooouuuwwww…. Ninaii…..<br />
<br />
Aaahh Gilanya Nina mencium Bibir Ku bukan dengan Bibirnya tetapi dengan Memeknya yg di oles-oles kan ke Mulut Ku…. mmmhhhh…ooohhh Ninaiii…. Harum Mewangin Nian Memek Mu Naaa…..<br />
<br />
demikian Al kisah Awalku ber Eksibisi dan Ber-Eksibisionis dengan Nina Adik Ipar-Ku tersayang….Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-23577543199376251752016-07-09T16:51:00.003+07:002016-07-09T16:51:40.778+07:00Cerita Sex Junarti<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlC9_1ruNYsiLAYGTizef0octQ9GKLBqpLSXqMa2eMdLX3cMX0hXqhlB0mCBB8XZzxX86IguLICt_4g-thjKSgqJRc7nzqh4IBGn7ShpmxeS5fffSDvg09GuqTPtxu7LpnOOsy5iFdReU4/s1600/SPG+Seksi+Bisyar+3.jpg" imageanchor="1"><img alt="Cerita Sex Junarti" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlC9_1ruNYsiLAYGTizef0octQ9GKLBqpLSXqMa2eMdLX3cMX0hXqhlB0mCBB8XZzxX86IguLICt_4g-thjKSgqJRc7nzqh4IBGn7ShpmxeS5fffSDvg09GuqTPtxu7LpnOOsy5iFdReU4/s400/SPG+Seksi+Bisyar+3.jpg" title="Cerita Sex Junarti" width="300" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<h2>
Cerita Sex Junarti</h2>
<br />
Junarti begitu tak sampai hati melihat keadaan mamanya, nyonya Emma, di dalam keadaan usia tua masih terus bekerja membanting tulang semata – mata karena hanya untuk makan sehari – hari. Bagaimana nyonya Emma tdk harus demikian, karena sejak kematian tuan Rudolf suaminya tak ada lagi yg memberikan makan mereka selain dengan cara yg demikian itu.<br />
<br />
Cerita Sex Terbaru | Sedangkan disisi lain nyonya Emma hanya hidup seorang diri di desa Briming yg lengang dan tdk banyak memberikan pola kerja selain daripada menjahit pakaian – pakaian orang – orang di sekitar kebun anggur itu. Ia untuk bekerja seperti mereka – mereka nyonya Emma betul – betul sudah tak kuat. Usianya yg memasuki empat puluh lima tahun itu sangat membuat ia semakin lemah, apalagi ia sudah mulai merasakan adanya sakit rematik, sehingga pekerjaan yg semestinya dikerjakan oleh kaum lelaki itu sungguh membuat ia tdk bisa sama sekali, selain hanya dengan cara menjahit pakaian – pakaian orang yg ada di sekitar kebun anggur itu.<br /><br />Baca juga :<br />- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-menembus-batas.html">Cerita Sex Menembus Batas</a></b><br />
<br />
Pekerjaan nyonya Emma memang tdk terlalu berat, tetapi justuru di mata Junarti merupakan suatu pukulan bathin karena tak sampai hati melihat mamanya yg sudah dimakan usia tua itu masih terus bekerja keras hanya dikarenakan semata – mata untuk makan sehari – hari.<br />
Cerita Dewasa | Di kala tegang – tegangnya pikiran Junarti memikirkan orang tuanya, tiba – tiba tuan Michael Dorby si pemilik kebun anggur itu datang ke rumahnya dan sekaligus meminta kepada orang tuanya agar Junarti dapat diajak ke Switzerland untuk dijadikannya sebagai tenaga penyalur di negara kincir angin itu.<br />
<br />
Mengetahui maksud baik Michael Dorby sudah barang tentu diterima nyonya Emma. Untuk itu ia langsung menyerahkan puterinya itu untuk dibawa Michael Dorby ke Switzerland.<br />
“Saya memang sudah semestinya beristirahat dan di samping itu sudah waktunya buat Junarti mencari kehidupan sendiri. Bawalah dia, tapi tolong jaga anak saya itu baik – baik, tuan….” kata nyonya Emma menjawab permintaan juragan kebun anggur itu.<br />
<br />
“Ow, masalah keselamatan diri puteri nyonya, saya yg bertanggung jawab…” kata tuan Michael Dorby memberikan keyakinan kepada orang tua itu.<br />
“Lalu rencana tuan, Junarti hendak tuan jadikan apa di kota besar itu ?” seketika nyonya Emma mendesak bertanya. Tuan Michael Dorby tersenyum kecil dan menghela napas panjang.<br />
<br />
“Penyalur. Setelah anggur kami ini diproduksi menjadi minuman. Jadi di Switzerland Junarti kami tempatkan di sebuah toko besar dan di situlah dia akan kami berikan kepercayaan untuk menangani permasalahan jual beli. Selain untuk mengajarkan dia supaya menjadi orang cerdik, dia juga memiliki wajah menarik yg semata – mata dapat mengundang rasa senang kaum pembeli, nyonya….” sahut lelaki yg bertubuh gemuk serta pendek dan berkepala botak itu kepada nyonya Emma sambil tersenyum.<br />
<br />
Pembicaraan yg agak panjang dan mendetail itu akhirnya semakin membuat mengerti nyonya Emma. Maka setelah itu sepetang – petang harinya juga lelaki bandar anggur itu mengajak Junarti berangkat menuju Switzerland dengan mengendarai kereta api. Bukan main senangnya perasaan Junarti di kala lelaki setengah baya itu mengajaknya pergi ke kota besar. Selain dia memang sudah merasa jemu dengan keadaan desa Breming yg sepi itu, ia juga merasa mempunyai kewajiban untuk menjadi seorang yg mandiri dan sekaligus dapat meringankan beban mamanya yg sudah lama menjanda itu.<br />
<br />
Tiba di Switzerland dengan mengendarai sebuah taksi dodge kuno, gadis yg masih di bawah umur itu dibawa Dorby ke sebuah kios besar yg berisikan berbagai bentuk dan model jenis minuman keras. Ketika melihat keadaan toko yg besar dan luas itu semula Junarti agak bingung dengan ketdkmengertiannya. Tetapi setelah dua hari berselang dan telah diajar dengan baik cara – cara menghadapi kaum pembeli akhirnya Junarti menguasai pekerjaannya itu.<br />
<br />
Pada suatu malam, di kala waktu sudah menunjukan pukul sembilan lewat di kala toko sudah tutup, Junarti berlalu ke dalam kamar mandi yg letaknya di bagian dalam toko itu. Dia tampak sudah begitu lelah dan tubuhnya yg sejak tadi berkeringat melayani pembeli yg membludak sudah membuahkan aroma bau yg kurang sedap. Gadis yg baru menginjak dewasa dan bertubuh padat sekali serta montok itu bermaksud hendak mandi.<br />
<br />
Tetapi alangkah terkejutnya ketika tiba di muka pintu kamar mandi itu. Seperti orang terkesima, ia melihat Dorby dalam keadaan telanjang bulat tengah menunduk membelakangi pintu kamar mandi asyik sekali mengocok – ngocok kemaluannya yg diborehkannya sabun miyana.<br />
Gila…..? sentak Junarti di dalam hati terpaku melihat tubuh gemuk pendek bagai babi itu dalam keadaan telanjang bulat dan seolah – olah tdk memperdulikan apapun yg terjadi ketika itu. Kocokan – kocokan telapak tangan pada batang pelernya itu membuat bunyi yg berdecak – decak di antara busa sabun mandi.<br />
<br />
“Akkkkh,” desah gadis itu lagi mulai merasakan adanya kelainan di dalam dirinya sewaktu melihat adegan tersebut.<br />
Jantungnya mendadak bergetar keras dan tubuhnya menjadi gemetaran. Sedangkan kelentitnya terasa berdenyut – denyut seketika, dan akibat menahan nafsu itu tiba – tiba terasa cairan agak kental dan licin mengalir keluar dari pelupuk liang memeknya.<br />
<br />
Dorby tampak megap – megap menyeringai dengan kepala tertatap menghadap keatas langit – langit kamar mandi itu. Sedangkan pinggulnya yg padat dan berlipat – lipat karena lemak itu tampak bergoyang – goyang ke muka belakang mengikuti gerakan telapak tangan yg mengkocok kocok kemaluannya. Dan selang beberapa saat tiba – tiba lelaki itu terdengar mengerang dengan suara serak – serak parau yg kemudian dilanjutkan dengan meluncurnya denyut – denyut cairan yg memancar keluar dari lubang kemaluannya. Cairan yg tampaknya kental berwarna putih itu, mendenyut – denyut terlempar jauh sampai membentur dinding tembok kamar mandi.<br />
<br />
“Gila…?” kata hati Junarti yg masih tegak terpaku menyaksikan ulah sang majikan yg sinting sendirian itu. Ia betul – betul menjadi terangsang hebat, dan sekaligus membuatnya menjadi resah tak menentu. Namun sedemikian tegangnya keadaan yg dialami Junarti ketika itu, sedikitpun ia tdk bergerak dengan wajah tertatap lurus mengarah ke arah Dorby yg tampak mulai mencuci kemaluannya dengan air.<br />
Setelah selesai membasuh kemaluannya lelaki itu bermaksud hendak keluar dari kamar mandi tersebut, tetapi alangkah terkejutnya ia di kala membalikkan tubuh tiba tiba menjumpai Junarti yg berdiri tegak di muka pintu dengan sikap penuh keterpanaan.<br />
<br />
“Haiii….kau……kau………….” sentak Dorby dan berusaha menutupi kemaluannya dengan kedua belah telapak tangannya. Wajahnya merah padam seperti menahan malu.<br />
“Sedang apa kau disitu?” sambungnya berusaha menggapai handuk yg tergantung di sebelah kiri dan sekaligus menutupi pinggangnya dengan handuk itu.<br />
“Sa…..saya ingin mandi tuan………” sahut Junarti dengan wajah agak pucat dan gugup.<br />
Betapa dia tdk harus menjadi demikian? Di kala lelaki setengah baya itu membalikkan tubuh, dengan jelas mata Junarti melihat sesuatu yg menggantung masih sedikit tegang itu sungguh panjang dan besar. Dan bulu jembut di bagian pangkal peler. Hal yg demikian itu sungguh membuat Junarti menjadi tak kuasa menghadapi keadaan.<br />
<br />
“Sa…….saya lelah, tubuh saya sudah bau oleh keringat. Sedang apa tuan tadi di sini sendirian?” sambung Junarti lagi.<br />
Melihat sikap Junarti yg bertanya itu, sedangkan perasaan gelisah mulai pudar dirasakannya lalu dengan senyuman yg dipaksa – paksakan lelaki itu menjawab.<br />
“Saya sedang membersihkan kemaluan saya yg amat kotor oleh kotoran. Kalau kau mau mandi, mandilah dulu…….” ujar lelaki itu dan kemudian langsung berusaha keluar dari kamar mandi itu.<br />
<br />
Di kala lelaki itu berlalu lewat ruangan di muka pintu, Junarti berusaha melangkahkan kakinya maju sekalipun dirasakannya ketika itu dadanya berguncang hebat. Dan di kala ia telah masuk ke dalam kamar mandi itu dan tak memperdulikan lelaki yg sudah berlalu meninggalkan kamar mandi, dengan di sertai tubuh yg gemetaran ia mengunci pintu dari dalam kamar mandi.<br />
<br />
“Aaaaah…….” desah perempuan itu di kala ia meraba bagian kemaluannya yg sudah telanjang bulat.<br />
Telapak tangan kanannya yg berusaha meraba kemaluannya itu merasakan adanya cairan – cairan kental dan licin sudah memenuhi rongga yg ada di liang memeknya. “Aku rupanya sudah mengeluarkan air nafsu, ooooohhhhh…………..” sambungnya lagi di dalam hati dan kemudian meredupkan kedua matanya di antara yg sedikit terangkat.<br />
<br />
Kobaran rangsangan mendadak datang menggangu jiwa perempuan itu. Darahnya terasa mendesir kuat dan kemudian membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat. Sedangkan jantungnya terasa kian berdegup keras dan membuat dadanya tergetar – getar. Tubuhnya gemetaran menahan rangsangan yg sudah tdk terkendalikan itu. Dan di seluruh bagian dalam kemaluannya semakin banjir oleh derai derai air maninya sendiri.<br />
“Oouuuuuuukh……..eeeeeessssstttttttt………” rintih perempuan itu berusaha menggosok – gosok bagian permukaan kemaluannya dengan telapak tangan.<br />
<br />
Dan kemudian khayalannya melayg tinggi teringat kepada masa masa lalunya yg pernah dialaminya bersama Jhose, bekas rekannya satu sekolah di sebuah yayasan orang – orang tdk mampu.<br />
Jhose betul – betul membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat dan nyaman. Kemaluannya yg besar dan panjang itu sungguh membuat ia mendelik – delik menahan nikmat yg tiada tara. Tetapi sayangnya kenikmatan yg sangat itu tdk bisa diulanginya lagi. Setelah Jhose selesai menamatkan sekolahnya, lalu pemuda itu pergi ke George dan kemudian bekerja di sebuah pabrik perkayuan. Sejak itu Junarti sudah tak pernah berjumpa lagi dengan pemuda yg pernah memikat hatinya itu.<br />
<br />
Sambil terus menerus mengusap – usap permukaan lubang memek yg di tutupi rapat oleh bebuluan jembut. Khayalan terus menggelinyg membayangkan kejadian – kejadian yg pernah dirasakannya bersama Jhose.<br />
“Uuuukkh, sayang kau tak ada disini Jhose, kalau seandainya saja kau ada disini alangkah nyamannya tubuhku ini. Tentunya kita berdua akan mendesah – desah merasakan nikmatnya sentuhan antara kelamin kita. Ooooh, Jhoss….” kata perempuan itu terpejam – pejam dan terus menggosok – gosok permukaan memek, yg semakin lama semakin banjir oleh denyut – denyut air mani karena menahan nafsu yg berkobar itu.<br />
<br />
Namun di kala asyik – asyiknya perempuan itu menghayal dan merasakan nikmatnya sentuhan telapak tangan yg mengusap – usap permukaan liang memek, tiba – tiba pintu yg tertutup terkunci itu terdengar diketuk orang dari luar. Khayalan Junarti sudah melayg tinggi itu mendadak sayup dan kecut karena keterkejutan.<br />
<br />
“Siapa di luar?” sentaknya seraya bergegas menutup bagian tubuhnya dengan handuk. Dan kemudian dari luar kamar mandi terdengar suara menyahut.<br />
“Aku Jun, buka pintu. Ada sesuatu yg ketinggalan di dalam kamar mandi….” suara dari luar menyahut yg lain tdk adalah Dorby. Ded! Jantung Junarti agak berdetak kaget. Sedangkan keningnya mengernyit berpikir – pikir.<br />
<br />
“Mau apa boss? Akh biarlah aku buka pintu ini, kalau dia mau biarlah akan aku penuhi seleranya daripada mengonani seperti tadi…..?” bisiknya di dalam hati dan kemudian tangannya mulai memutar anak kunci.<br />
<br />
“Celanaku tertinggal, aku tdk bisa mengambil pakaian kalau dengan hanya mengenakan handuk seperti ini….” kata Dorby yg tampak tegak di muka pintu dengan tubuh yg hanya ditutupi selembar handuk.<br />
Namun mata pria itu tampak berbinar tajam memperhatikan tubuh Junarti yg hanya ditutupi selembar handuk juga. Namun di bagian atas dia melihat sepasang buah dada yg bulat besar dan montok sama sekali tak tertutup oleh handuk.<br />
<br />
Dan seketika itu pula tubuhnya tiba tiba menjadi bergetar menahan nafsu ingin rasanya ia menjilat dan melumat puting susu yg tampak mencuat ke muka itu. Namun untuk itu ia masih belum berani melakukannya. Ia mempunyai pikiran, apa pendapat nyonya Emma kalau dia sampai melakukan ke kurang ajaran terhadap putrinya itu. Alangkah malunya ia seorang juragan anggur telah melakukan hal kriminil yg semata – mata membuat nama baiknya menjadi tercemar.<br />
<br />
Maka seketika di kala itu ia berpura – pura melangkah masuk dengan tujuan ingin mengambil pakaiannya yg tergantung di dinding sebelah kiri kamar mandi itu. Tetapi tak ubahnya pepatah mengatakan pucuk dicinta ulampun tiba, mendadak setelah ia berada di dalam kamar mandi itu, dan di kala baru saja ia hendak menggapai pakaiannya yg tergantung tiba – tiba Junarti mendekati dan kemudian handuk yg melingkar di pinggangnya di tarik lalu Junarti pun berusaha melepaskan handuknya pula. Sehingga kedua tubuh yg ada di dalam kamar mandi itu sudah dalam keadaan terlanjang bulat.<br />
<br />
“Gila….? kau mau apa…?” cetus juragan anggur itu dengan kepura – puraan dan dengan kedua mat membelalak.<br />
“Tuan tdk perlu khawatir, saya mengerti semenjak nyonya Melinda meniggal dunia setahun yg lalu, tuan sudah kehausan. kita tdk berbeda tuan…. saya pun haus tuan….” seloroh Junarti bagai tak sadarkan diri membuka ucapan demikian.<br />
<br />
“Haaaa?” sentak lelaki itu dengan mata agak membelalak karena penuh keterkejutan.<br />
Namun di kala perempuan itu selesai menghabiskan kalimat ucapannya, tiba – tiba ia merasakan denyut – denyut kemaluannya yg lama kelamaan bangkit tegak berdiri. Dan di kala milik lelaki itu bangkit menegang, darah di sekujur tubuh Junarti terasa menyirap kuat dan sekaligus membuat tubuhnya menjadi hangat karena menahan rangsangan. Ia betul – betul merasa gemas melihat sesuatu yg semula bergelayut itu tiba – tiba berdenyut – denyut dan kemudian tegang dengan kerasnya. Dadanya seketika berdegup keras, tulang – tulang di seluruh tubuh terasa tergetar dan seketika saja ia melangkah mendekati lelaki itu.<br />
<br />
“Biarlah di kamar mandi ini kita lakukan tuan….” ujar Junarti lagi dengan disertai tatapan mata sayu, dan kemudian melangkah mendekati.<br />
“Rasanya tak ada halangan sekalipun kita lakukan di tempat kosong seperti ini….”<br />
Dorby tercengang diam. Namun di hatinya ketika itu, dia memang betul – betul mengharapkan itu bisa terjadi.<br />
<br />
Sementara Dorby terdiam bengong sambil menghela napas panjang, ketika itu Junarti memperlihatkan tubuhnya yg kuning langsat itu. Dorby mulai menggeraygi paha Junarti lalu ke atas dan sampailah ke puncak yg ditujunya.<br />
<br />
“Oh….akh Dorby jangan ditusuk pakai jari aaakhhhh…..” kata Junarti sambil menggelinjang.<br />
Sejak kematian istrinya nyonya Melinda, ia memang betul haus akan persetubuhan dan rindu sekali menikimati sentuhan lembut dari seorang wanita. Tetapi memang keadaan dirinya yg kurang menarik, wanita-wanita tdk begitu bernafsu untuk melayaninya. Muka buruk, hidungnya pesek, kulitnya hitam dan bentuk postur tubuhnya gemuk pendek serta kepala pun botak itulah penyebab wanita-wanita kurang menyenanginya.<br />
<br />
Namun kali ini seperti katak merindukan hujan, tiba-tiba hujan itu turun dengan derasnya. Begitulah yg ada di dalam hati lelaki itu. Maka seketika ia memandang bagian selangkangan paha Junarti yg tampak rimbun oleh bebuluan yg keriting dan panjang sampai menepis ke bagian bawah pusarnya. Dan ketika tatapan itu terjadi tubuhnya mendadak menjadi gemetaran karena menahan nafsu.<br />
<br />
Di bawah pinggang yg ramping dan berkulit putih itu ia melihat pinggul Junarti padat, sekal dan berlipat-lipat. Di bagian atas pinggang perempuan itu ia melihat sepasang buah dada yg bulat, padat dan dihiasi puting susu yg tampak sudah mencuat tegak berdiri. Seketika lelaki itu menelan air ludah akibat menahan nafsu, dan dibiarkannya perempuan itu mulai merendahkan tubuhnya, duduk berjongkok sambil menggenggam batang peler.<br />
<br />
“Juuuuuhhh…” erang suara Dorby menyeringai di kala telapak tangan pegawainya itu mulai menyentuh batang kemaluannya.<br />
Jantung yg sudah terasa berdegub menggetarkan dada terasa semakin menjadi-jadi. Apalagi setelah itu Junarti tampak mulai mendekatkan bibirnya kearah bagian kepala zakar. Dan dia mengerti kalau perempuan itu ingin melakukan sesuatu, maka seketika itu ia perlahan-lahan mengangkat mukanya memandang keatas langit-langit kamar mandi itu, berusaha menikmati apa yg dilakukan Junarti saat itu.<br />
<br />
“Aaaaaakkkhh…” erang lelaki itu lagi dengan wajah tegang merah padam. Seketika sentuhan ujung lidah yg lembut menggelenyar itu menepis di bagian lubang kemaluannya. Sungguh tak terbayangkan betapa indah keadaan yg ada, sekalipun hanya terjadi di dalam kamar mandi.<br />
<br />
Junarti tdk menghiraukan kegelisahan lelaki itu. Tdk diperdulikannya Dorby yg tampak sudah menggeliat-geliat menahan nikmat dan diantar tubuh yg gemetaran. Setelah selesai ia menjilat-jilat bagian lubang perkencingan lelaki itu, lalu seluruh bagian kapala zakar itu diulasnya dengan penuh mesra dan perasaan dengan permukaan lidahnya secara menyeluruh.<br />
<br />
Dorby tampak semakin resah gelisah tak menentu. Diantar desah-desah mulut yg menahan rangsangan itu, ia tampak menggeliat tak karuan. Dan kemudian saking tak sadarnya kedua telapak tangannya bergerak yg kemudian meremas-remas rambut Junarti, sehingga rambut menjadi acak-acakan tak menentu.<br />
<br />
Tetapi hal itu tak menjadi problem bagi Junarti. Bahkan dengan sikap histeris yg dilakukan lelaki yg sudah tdk sadarkan diri itu, ia semakin menjadi senang, gemas seperti ada suatu kelebihan yg membuat ia menjadi serius untuk menjilat-jilat kapala zakar itu.<br />
<br />
Lama perempuan itu mengulas-ulaskan lidah yg semakin lama keadaan kapala zakar itu semakin bersih berkilat dan basah kuyup oleh cairan air ludah. Namun hal yg demikian itu bukanlah sesuatu yg mengurangi semangat Junarti untuk menjilat-jilat itu, bahkan sebaliknya dengan keadaan yg ada itu merupakan salah satu spirit yg memberikan semangat untuk mengadakan aksi itu.<br />
<br />
Sesaat keadaan kepala peler kian basah kuyup oleh deraan air ludah. Dan kemudian jilatan itu mulai turun ke bagian batang peler, sehingga keadaan kemaluan lelaki duda itu kian menegang keras dan penuh dilingkari oleh urat-urat yg besar melingkari seluruh bagian batang zakar. Di kala seluruh batang zakar itu telah tersapu seluruhnya oleh ujung lidah perempuan itu, dan keadaan k0ntol kian basah kuyup barulah perempuan itu bangkit dari jongkoknya.<br />
<br />
“Uuuuffhh..” desahnya dengan suara terdengar serak parau.<br />
Sesaat di kala posisi Junarti sudah tegak berhadap-hadapan dengannya, lalu dengan secara otomatis seperti yg pernah dilakukannya dengan istrinya dahulu, lelaki bertubuh gemuk pendek itu menggantikan posisi Junarti.<br />
<br />
Perlahan-lahan ia merendahkan tubuhnya duduk berjongkok dan menghadapi bagian selangkangan Junarti. Di kala melihat bebuluan yg keriting panjang dan berwarna pirang itu, guncangan dadanya semakin terasa. Sedangkan kedua kaki yg tertekuk duduk berjongkok itu terasa bergetar karena menahan nafsu yg sangat meluap-luap.<br />
“Eeeeekkhh…” erang suaranya dengan serak, sedangkan kedua belah tangannya bergerak mulai menyentuh bagian bibir memek perempuan itu.<br />
<br />
Pada saat jemari kedua belah telapak tangan lelaki itu mulai menyentuh bagian pentingnya, tak ayal Junarti langsung mengerang lagi.<br />
“Ooooww…aaakkkhhh”.<br />
Tetapi suara itu sudah tak terpedulikan lagi oleh Dorby. Di kala jari-jarinya mulai menyibak bulu dan kemudian membengkek bibir memek itu, ia melihat dengan jelas isi memek yg sudah tampak basah kuyup oleh air mani yg sekaligus membuat keadaan yg ada didalamnya tampak berkilat seperti terkena pernis. Benda yg bergerindil berwarna kemerah-merahan dan berkilat seperti terkena pernis itu sungguh membuat kobaran rangsangan yg ada di dada lelaki itu kian meluap. Maka tak banyak pikir lagi lelaki itu langsung mengeluarkan ujung lidahnya dan kemudian bibir memek yg menguak lebar itu dijilat dngan penuh perasaan.<br />
<br />
“Aaaaauuuuww…” pekik Junarti menahan nikmat.<br />
Mata perempuan itu terpejam-pejam dan nafasnya seketika menjadi menyengal-nyengal. Sentuhan lidah yg lembut dan basah itu sungguh memberikan kenikmatan yg tiada tara. Dan semakin perempuan itu resah blingsatan tak karuan, semakin pula semangat Dorby untuk melahap-lahap bibir memek itu dengan lidahnya. Seru, mesra dan senang sekali tampaknya Dorby mengadakan aksi yg demikian itu.<br />
Setiap sentuhan yg agak menekan di permukaan bibir memek yg tipis dan peka itu, semakin pula perempuan itu mendesah dan sedangkan dari pelupuk memeknya mendenyutkan cairan kental dan semata-mata membuat keadaan di liang memek itu basah dan berkilat bentuknya.<br />
<br />
Bibir memek yg terjegal oleh jemari lelaki itu semakin lama semakin melebar di kala kedua jari-jari itu kian menekan ke arah luar. Dan semakin bibir memek itu terkuak lebar, semakin pula mata Dorby melihat isi bagian bagian dalam yg bergerunjul lembut dan basah, kemudian dengan penglihatannya itu semakin pula ia merasakan kobaran nafsu di dadanya.<br />
<br />
Sehingga bagai seekor hewan jantan yg buas tengah menjilat-jilat daerah mangsa, sedemikian pula sikap dan aksi yg dilakukan lelaki itu. Penuh nafsu, penuh gairah, penuh semangat di balik rangsangannya yg bergelora.<br />
Bibir memek yg terjilat-jilat itu, semakin lama semakin banjir oleh denyut-denyut air mani yg keluar dari pelupuk memek. Dan cairan yg membanjir itu akhirnya menepis keluar sampai tersentuh oleh ujung lidah lelaki itu.<br />
<br />
Tetapi dengan tersentuhnya cairan lengket dan licin itu di lidah Dorby, ia tampak semakin blingsatan. Semakin bernafsu dan cairan itu kemudian ditelannya. Cairan yg ditelannya itu tak ubahnya bagai susu kental yg penuh dengan kenyamanan.<br />
<br />
Lama Dorby menjilat-jilat bagian bibir memek dan tak ayal tepian bibir memek sampai ke bagian permukaan bebuluan yg menutupi permukaan lubang kemaluan itu pun tak luput menjadi basah kuyup oleh karena terjilat-jilat. Keadaannya pun tampak bersih agak kemerah-merahan dan sudah basah kuyup oleh air serta berkilat tampaknya.<br />
<br />
Setelah sekian lamanya lelaki itu menjilat-jilat bibir memek, lalu ia pun berusaha menghela nafas panjang dan kemudian bangkit dari duduk berjongkoknya. Kemudian lengan kirinya langsung dilingkarkannya ke bagian pinggang perempuan itu dan kemudian sambil merengkuh, bibir Junarti dikecupnya kuat-kuat dan sedangkan telapak tangan kanannya bergerak meremas-remas payudara yg sudah menyekal keras itu.<br />
<br />
“Uuuufffhh….” Suara Junarti mendesah dan karena mulutnya terhisap kuat oleh mulut lelaki itu.<br />
Tetapi menikmati rengkuhan kuat dari lelaki itu, Junarti menggeliat-geliat. Di antara mulutnya yg tersedot itu, ia merasakan sentuhan nyaman pada bagian payudaranya yg teremas-remas itu. Tetapi Dorby tdk memperdulikan sikap perempuan yg tampak sudah blingsatan itu, semakin ia merasakan perempuan itu menyengal-nyengal merasa nikmat, ia semakin menekuk pinggang perempuan itu seraya terus menerus meremas-remas payudara perempuan itu. Bukan main nyaman keadaan yg diterima Junarti ketika itu. Seakan-akan dendam yg selama ini terlupakan tunai sudah diterimanya.<br />
<br />
Serangan Dorby yg demikian cukup berlangsung lama. Dada keduanya semakin terasa terguncang kuat oleh degup-degup jantung yg seakan-akan tak pernah mau berhenti. Tubuh semakin terasa bergetar-getar. Nafas terdengar memburu deras dan air keringat dingin pun mulai terasa menepis di seluruh tubuh keduanya.<br />
<br />
“Uuuuukkhh….tuuuaan…enak….” desis mulut Junarti dengan kedua mata terpejam-pejam. Nafas tersengal-sengal, sedangkan tubuhnya yg masih terengkuh kuat itu menggeliat-geliat bagai seorang penari striptase.<br />
<br />
Tetapi sikap perempuan itu tdk diperdulikan Dorby. Di antara tubuh yg terasa semakin tergetar-getar, ia kemudian melepaskan kecupan itu dan kemudian sambil kian menekuk pinggang perempuan itu, bibirnya didekatkannya ke bagian puting susu yg berada di sebelah kiri dada perempuan itu. Puting susu yg berwarna agak kecoklat-coklatan dan telah mencuat tegak berdiri itu lalu dijilatinya beberapa saat. Junarti kembali tampak semakin menggeliat-geliat. Sentuhan ujung lidah yg lembut dan tiba di puting susu kirinya, ia merasakan titian nafsu kian meningkat. Merasakan sekujur tubuhnya kian nyaman dan segar, sehingga akibat menahan rangsangan yg kian bergelora itu akhirnya denyut-denyut air mani di liang memeknya kian membanjir dan membecek.<br />
<br />
Setelah selesai menjilat-jilat beberapa saat lamanya, lalu lelaki itu mulai menghisap pelan-pelan puting susu itu. Junarti kian resah salah tingkah menghadapi itu. Blingsatan! Sedangkan nafasnya terde ngar mendesah seperti sulit untuk dinafaskannya. Dan dikala ia telah selesai menjilat-jilat dan melumat puting susu sebelah kiri kemudian lelaki itu melanjutkannya lagi ke bagian puting susu sebelah kanan, sehingga lama kelamaan kedua puting susu itu tampak semakin mencuat tegak berdiri dan keadaannya pun sudah tampak basah kuyup oleh air ludah Dorby.<br />
<br />
Selang beberapa saat setelah selesai menjilat dan melumat kedua puting susu itu, sampai keadaan payudara Junarti semakin menyembul mengeras karena terangsang hebat lalu lelaki itu mulai bergerak merubah pola permainannya lagi.<br />
<br />
Perempuan itu dihelanya sampai ke tepian bak mandi yg terbuat dari porselin. Kemudian kedua tangan Junarti disuruhnya memegang tepian tembok porselin itu. Di kala perempuan itu mengikuti perintahnya, kemudian lelaki itu langsung mengangkat kaki sebelah kiri Junarti yg kemudian diletakkannya di bahu kirinya. Dan kemudian setelah posisi Junarti setengah menungging dengan kedua telapak tangan memegang tepian tembok bak, telapak tangan kiri Dorby langsung menahan kaki Junarti yg ada di pundaknya, sedangkan telapak tangan kanannya bergerak menggenggam batang zakarnya yg sudah menegang keras ke muka itu.<br />
<br />
Lalu kepala zakar yg sudah tergenggam itu diarahkannya ke permukaan lubang memek. Di kala kepala kemaluannya tepat berada di permukaan lubang kemaluan perempuan itu, perlahan-lahan lelaki itu menekan pantatnya ke muka dan…..<br />
“Blluuuuuueeeess…….”.<br />
<br />
Zakar itu turut maju ke muka di kala pantat Dorby bergerak maju, dan kemudian langsung menyeruak masuk membelah bibir memek yg keadaannya sudah basah kuyup oleh cairan-cairan kental dan licin.<br />
Sesaat k0ntol yg telah menyrobot masuk itu perlahan-lahan terus menggesek bergerak sampai amblas seluruhnya membenam di lubang memek. Di kala pergesekan itu terjadi dengan cara perlahan-lahan, keduanya merasakan sentuhan lembut, licin yg sangat memberikan kenikmatan. Tak ayal kedua mata insan yg sudah dalam keadaan telanjang bulat itu langsung memejamkan matanya.<br />
<br />
“Aaaaakkkhhh….uuufff….” rintih Junarti merasakan sekujur tubuhnya basah kuyup oleh curahan manisnya air madu dalam khayalan. Darahnya menyirap kuat menggelusur dan kemudian membuat hangat.<br />
“Uuuuhhh….” erang Dorby dengan suara terdengar serak-serak parau seperti terdesak oleh tingginya tensi rangsangan. Kepalanya seketika menghadap ke atas langit-langit kamar mandi tiu, sedangkan kedua belah matanya tampak terpejam-pejan menikmati nyamannya perasaan di kala itu.<br />
<br />
Tangan kiri yg menahan kaki kiri Junarti yg berada di atas pundaknya semakin erat. Sedangkan telapak tangan kanan yg semula menggenggam batang k0ntol kemudian bergerak berusaha meremas-remas payudara kanan Junarti. Dan ketika peler itu sudah amblas masuk seluruhnya di liang memek, lalu perlahan-lahan lelaki bertubuh gemuk pendek itu menghela pantatnya ke belakang, dan kemaluannya yg sudah amblas di liang memek perlahan-lahan bergerak keluar.<br />
<br />
Dan di kala peler itu beringsut sampai sebatas kepala zakar yg masih terjepit di belahan bibir memek, lalu Dorby menekan pantatnya lagi ke muka, peler itu pun begerak maju perlahan-lahan ke muka. Dan di kala kepala zakar itu telah membentur pelupuk kemaluan Junarti yg lembut dan licin, perlahan-lahan menghela pantatnya ke belakang, perlahan-lahan k0ntol yg keras tegang itu beringsut mundur sampai sebatas kepala kemaluannya saja yg masih terjepit di belahan memek.<br />
<br />
Dan kemudian sambil mendesah-desah lelaki itu kembali menekan pantatnya ke muka, sedangkan peler pun bergerak perlahan-lahan lagi ke muka. Dan di kala peler itu sudah membenam amblas masuk di lubang memek, lalu perlahan-lahan Dorby menghela pantatnya kembali ke belakang kembali. Hal yg semacam itu dilakukan Dorby berulang-ulang dengan cara estafet, dan disertai gerakan yg tampak erotis sekali.<br />
<br />
Gerakan yg penuh dengan perasaan itu, berlalu dengan penuh penghayatan. Dan hasil dari aksi yg demikian sungguh membuat keadaan keduanya seakan-akan tengah berada di alam surga yg penuh dengan keindahan serta kenyamanan. Seolah-olah tdk ada lagi yg lebih menyenangkan, lebih memberikan kenikmatan dan kenyamanan selain dengan cara itu.<br />
<br />
Gerakan pinggul Dorby yg bergerak maju mundur, lama kelamaan semakin lancar karena denyut-denyut air mani yg terus menerus mengalir dari pelupuk liang memek. Air mani yg agak kental dan licin membuat renyahnya sentuhan serta mudahnya gerakan k0ntol yg keluar masuk itu. Air itu adalah kodrat yg merupakan bahan pelumas memperlancar persetubuhan. Dan akibat gerakan yg berlangsung tak henti-henti itu akhirnya membuat air mani semakin mengalir keluar dan membanjir sehingga tak ayal membuahkan suara-suara mendecak membecek.<br />
<br />
” Crep…crep…crep…jrot…jret….” decak-decak becek yg tak ubahnya bagai lumpur yg terpijak-pijak kaki bajak di tengah sawah.<br />
Suara-suara itu pun sesungguhnya merupakan bahan spirit yg membuat keduanya semakin mengkhayal jauh tinggi menepis keatas awan. Semakin lupa dengan keadaan diri dan tengah apa ketika itu mereka. Yg ada di dalam pikiran keduanya hanyalah menikmati sentuhan-sentuhan lembut menggelenyar dan membuat sekujur tubuh terasa nyaman.<br />
<br />
Lama Dorby terus menggoyah-goyahkan pantatnya maju mundur, dan dengan keadaan setengah menungging dengan kaki kiri tergantung di bahu lelaki itu, Junarti mengimbanginya dengan cara mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Sehingga bibir memek tampak mengempot kedalam ketika peler bergerak masuk ke liang memek dan merekah keluar ketika peler itu bergerak keluar. Keadaan bibir memek itu tak ubahnya bagai klep yg mengulas-ulas dinding-dinding batang k0ntol dengan cara lembut dan di antara sentuhan-sentuhan kelentit. Gerakan yg tak henti-henti itu pun semakin membuat keadaan batang zakar basah kuyup oleh deraian air mani perempuan itu hingga keadaannya tampak berkilat seperti polesan pernis.<br />
<br />
Desah-desah nafas keduanya terdengar menyengal-nyengal seperti orang terserang penyakit sesak nafas. Dan karena agak lamanya gerakan yg tak henti-henti itu akhirnya membuat tubuh mereka basah kuyup oleh air keringat yg mengucur deras. Sedangkan kepala yg menghadap ke atas langit-langit kamar mandi itu bergoyah ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan pantat yg mereka lakukan serta tak ayal membuat rambut mereka menjadi acak-acakan. Dada mereka terguncang keras karena degup-degup jantung dan seluruh tulang-tulang yg ada di tubuhnya terasa bergetar.<br />
<br />
Namun semua yg ada itu bukanlah merupakan suatu penghalang atau kendala bagi keduanya untuk meniti naik ke puncak orgasme. Bahkan sebaliknya semua yg terasa mengganggu konsentrasi persetubuhan itu, adalah merupakan spirit yg memberikan rangsangan untuk berlalu terus meraih puncak klimaks.<br />
<br />
“Eest…uuuwww..aakkhh…eesstt…” desis-desis mulut Junarti tak henti-henti dengan kedua belah mata mendelik-delik menahan nikmat yg teramat dalam.<br />
“Uuuukkhh….eekkh…akhh…uuff…” erang suara Dorby tak henti-henti dan terdengar serak-serak parau.<br />
Gerakan pantat keduanya terus berlangsung dengan serasi, erotis dan bergerak dengan cara erotis. Sedangkan sekujur tubuh semakin lama semakin terasa bergetar karena begitu kuatnya sentuhan nikmat yg mereka terima.<br />
<br />
Hampir 2 jam mereka berada di dalam kamar mandi itu. Posisi dan aksi mereka tetap seperti biasa. Sedangkan decak-decak membecek akibat pergesekan kedua kemaluan itu semakin lama semakin terdengar kuat. Dan semakin telinga mereka mendengar suara-suara itu keduanya mulai mempercepat gerakan pantat mereka, sehingga tak ayal bibir memek itu memble ke kiri dan ke kanan di kala Junarti menggoyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan.<br />
<br />
Semakin kuat gerakan pantat itu akhirnya keduanya merasakan adanya perubahan di dalam tubuh. Sel-sel dan hormon yg tersembunyi di tulang-tulang sum-sum keduanya terasa bergerak keluar dan kemudian mengalir menuju ke kantung sperma. Dan di kala sel-sel dan hormon itu sudah masuk ke kantung sperma, lalu tubuh keduanya terasa menegang kencang. Di kala tubuh mereka mulai tegang, gerakan itu dilakukan keduanya dengan cepat dan kuat sekali. Sehingga selang beberapa kali lelaki itu menghujamkan pantatnya maju mundur, tiba-tiba terdengar suara pekikan histeris dari mulut Junarti.<br />
“Ooooouuuwww….eeeeesssstt…..” suara permpuan itu dengan kedua mata terpejam.<br />
<br />
Di saat lelaki itu menghempaskan pantatnya kuat-kuat tiba-tiba ia merasakan sel-sel yg sudah berkumpul di dalam kantung sperma, bergerak keluar dan kemudian meluncur keluar lewat dari lubuk memeknya.<br />
<br />
“Seerr….seerr…seerr…” denyut-denyut sel-sel yg berubah menjadi sperma, cairan yg hangat dan kental kemudian kian membanjir di liang memek.<br />
Di kala denyut-denyut sperma itu memancar keluar, tubuh Junarti yg semula tegang kencang, mendadak menjadi lemas tak berdaya sama sekali.<br />
<br />
“Aaaaahhh….” erang Junarti kembali dan kemudian dengan keadaan lemas tak berdaya dan seluruh liang memeknya terasa ngilu, ia membiarkan lelaki itu masih terus aktif menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur.<br />
<br />
Sedangkan sebaliknya Dorby yg mengerti kalau pegawainya itu sudah mengeluarkan air kental, dan dia faham kalau perempuan itu sudah tdk berdaya sama sekali, maka seketika sambil memeras-meras payudara semakin kuat, ia lalu menghujamkan rudalnya maju mundur dengan cepat dan lebih kuat. Decak-decak suara yg terdengar kian membecek itu sama sekali sudah tak terpedulikan olehnya. Dan hanya selang beberapa kali ia menghempaskan pantatnya maju mundur, tiba-tiba tubuhnya semakin terasa menegang kencang dan….<br />
<br />
“Croott…creett….seerr….seerr…”<br />
“Aaaaaaaaakkkkhhhh…” erang suara Dorby yg terdengar tak ubahnya bagai raungan suara harimau.<br />
Hormon yg sudah berkumpul di kantung sperma terasa bergerak keluar lewat dari lubang perkencingannya.<br />
“Jret…jret….jret…” denyut-denyut hormon yg berubah menjadi sperma kemudian kian membanjir di pelupuk liang memek itu.<br />
Mata lelaki itu mendelik-delik di kala ia merasakan denyut-denyut cairan hangat dan kental itu memancar keluar. Dan tubuh yg semula terasa menegang kencang, tiba-tiba berbalik menjadi lemas tak berdaya sama sekali.<br />
<br />
“Uuuuuukh…” desahnya lagi, dengan keadaan sisa-sisa tenaga yg masih ada, lalu perlahan-lahan kaki Junarti yg masih berada di pundaknya diturunkannya dan di kala kaki perempuan itu berada di permukaan lantai, perlahan-lahan lelaki itu mencabut k0ntol yg masih terbenam di lubuk memek.<br />
“Aaaaahhhh…..” suara Junarti masih merasakan sisa kenikmatan di kala lelaki itu mencabut k0ntolnya dari memek.<br />
<br />
“Eeeekhhkh…” suara Dorby pula dan kemudian berusaha memegang batang k0ntolnya yg sudah basah kuyup oleh air mani yg bercampur dengan sperma mereka berdua, dan setelah itu, bagai orang yg kelelahan sehabis berlari jauh keduanya pun terjerembab menjatuhkan di atas lantai, dengan posisi punggung keduanya bersandar ke dinding tembok sebelah kanan kamar mandi tersebut.<br />
<br />
Demikianlah akhir dari cerita ini yg berakhir dengan tdk ada yg buruk bagi iblis untuk sesuatu yg menjerumuskan, dan tak ada yg baik bagi bisikan iblis yg terkandung dalam kehidupan yg layak dan wajar.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-28849335722540075352016-07-08T15:56:00.001+07:002016-07-08T15:56:22.812+07:00Cerita Sex Menembus Batas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJasBTrAj5o4MLGZx-civoDPxK000qRO2_eEN19MFENZHEDsiLWf1UpL-l6WmHpfqr74hR99r9gMJ-MlaX0Xnpz1BFnv4aLiX6-2iKjgx_qjS0tZAjOUJ0daZxrS4qU7UhxuweftkeL4kH/s1600/1_cewek_cantik_seksi_hot_11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Menembus Batas" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJasBTrAj5o4MLGZx-civoDPxK000qRO2_eEN19MFENZHEDsiLWf1UpL-l6WmHpfqr74hR99r9gMJ-MlaX0Xnpz1BFnv4aLiX6-2iKjgx_qjS0tZAjOUJ0daZxrS4qU7UhxuweftkeL4kH/s400/1_cewek_cantik_seksi_hot_11.jpg" title="Cerita Sex Menembus Batas" width="308" /></a></div>
<h2>
Cerita Sex Menembus Batas</h2>
<br />
Sudah lama aku mengenal tamuku yg bernama sebut saja Margo, seorang chinese yg bekerja sebagai pemasaran di Maspion, dia merupakan salah satu tamu langgananku yg pada mulanya adalah teman biasa di bisnis jual beli mobil bekas, pekerjaan “sampingan” sekaligus kamuflase.<br />
<br />
Dia mengetahui profesiku yg lain secara kebetulan tak kala diajak teman temannya untuk “hunting”, dan ternyata salah satu gadis yg dibooking adalah aku, melalui seorang GM, jadi aku tdk menygka sama sekali kalau “kepergok” seperti ini, begitu juga diapun tak menygka bertemu aku dalam posisi seperti ini. Tentu saja kami berdua terkejut tapi sama-sama tak mungkin mengelak.<br />
<br />
Cerita Ngentot | Aku kenal istri dan keluarganya, termasuk adik-adiknya karena kami memang sangat dekat. Sungguh suatu keadaan yg sama sekali lain dan tdk disangka sebelumnya, aku merasa begitu rikuh dan kulihat dia juga mengalami hal yg sama. Ingin rasanya aku lari keluar kembali ke mobilku, tapi tentu saja si GM akan kecewa dan mencoretku dari daftarnya, padahal GM itu banyak memberi orderan dan aku tak ingin hal itu terjadi. Harapan satu satunya adalah aku tdk melayaninya.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-cika-pembantu-gemesin.html"><b>Cerita Sex Cika Pembantu Gemesin</b></a><br />
<br />
Dia ditemani kedua temannya begitu juga aku dengan 2 gadis lain yg dikirim oleh GM yg sama. Saat kami dikenalkan satu persatu, tertangkap sorot mata aneh menatapku tajam, aku tak bisa menerjamahkan sorot mata itu, dengan tersipu malu dan wajah bersemu merah aku memalingkan tatapanku dari sorotnya, tak sanggup melawannya.<br />
<br />
Tanpa memberi kesempatan teman temannya, dia langsung memilih aku, membuatku semakin bertambah rikuh, rasanya tak mungkin melakukan dengan orang yg selama ini kukenal sebagai seorang teman dalam batas pertemanan, tak tega rasanya menghianati Wenny, istrinya yg kuanggap sebagai seorang teman.<br />
<br />
Berenam kami menuju ke Stasium di Tunjungan Plaza, sepanjang jalan aku dan Margo terdiam tanpa bicara, sejuta kecamuk dalam pikiran kami masing masing, tak tahu harus mulai dari mana. Sungguh berbeda dengan kedua temannya yg banyak canda dan tawa dengan kedua gadisnya.<br />
<br />
Aku tahu bahwa aku harus bertindak profesional, tapi dalam bisnis ini, emosi dan perasaan tetap memegang peranan yg besar, itu manusiawi.<br />
<br />
Keadaan sedikit tertolong karena dia harus nyetir BMW-nya sehingga kekakuan kami tdk terlalu terbaca teman temannya, mereka pasti pikir si Margo diam karena konsentrasi pada setirannya, mereka tentu tdk memperhatikan bahwa tak sejengkalpun tubuhku disentuhnya, tdk seperti mereka yg dibelakang yg tangannya sudah menggerayg ke seluruh tubuh pasangannya masing masing.<br />
<br />
Detak pekik House musik dan geliat birahi para pengunjung di lantai dance tak mampu mencairkan kekakuan di antara kami, bahkan saat lagu “Lemon Tree” kesukaanku berkumandang nyaring, tetap tak mampu menggerakkan kakiku menuju lantai dansa, begitu kaku, begitu juga Margo yg tak berani mengambil inisiatif mengajakku turun, kalau saja dia mengajakku pasti aku tak kuasa untuk menolak tapi hal itu tak terjadi. Padahal sudah sering kali aku turun sama dia saat bersama istrinya ke diskotik.<br />
<br />
Butir butir extasi yg mereka bagikan, hanya kugenggam di tanganku. Kami sama sama terpaku membeku dalam panasnya alunan hentakan house music.<br />
<br />
Pukul 01.00 kami meninggalkan diskotik menuju Hotel Tunjungan yg hanya bersebelahan dengan komplek pertokoan itu. 3 jam yg panjang kualami penuh kebekuan, tak seujung rambutpun dia menyentuhku apalagi mencium atau meraba tubuhku, meskipun kesempatan itu sangat luas terbentang.<br />
<br />
Ketika kami memasuki kamar masing masing, kekakuan diantara kami masih ada bahkan terasa semakin membeku. Aku tak tahu harus berbuat apa.<br />
<br />
“Aku nggak nygka kalau kita bisa bertemu dalam keadaan seperti ini” katanya setelah menyalakan Marlboronya, inilah kata pertama yg ditujukan padaku sejak ketemu 4 jam yg lalu.<br />
<br />
“Aku juga” jawabku singkat sedikit bergetar, keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku, kebiasaan kalau aku dalam keadaan gugup.<br />
“Selanjutnya gimana nih” tanyanya, entah pura pura atau memang karena rikuh.<br />
“Terserah kamu saja, aku ikut” jawabku masih bergetar.<br />
<br />
Margo beranjak dari tempat duduknya menghampiriku, dia duduk disampingku, jantungku berdetak kencang dan semakin kencang saat dia memelukku. Bukan pertama kali dia memelukku seperti ini, bahkan mencium pipiku pun sudah sering dia lakukan meskipun di depan istrinya, tapi semua itu tentu saja dalam konteks yg lain.<br />
<br />
Aku hanya diam saja sambil meremas tanganku semakin erat ketika dia mulai mencium pipiku, sungguh terasa lain ciumannya dibandingkan sebelum sebelumnya, ada getaran aneh menyelimuti hatiku, kembali aku tak tahu harus berbuat apa.<br />
<br />
Ciuman Margo sudah menyusur ke leharku, kurasakan tangannya gemetar saat mulai mengelus elus buah dadaku, jantungku semakin berdetak kencang saat tangan gemetar itu menyusup dibalik kaosku, terasa dingin ketika menyentuh kulit buah dadaku.<br />
<br />
Sesaat aku hanya terdiam saat bibirnya mulai menyentuh bibirku, dilumatnya dengan lembut bibir merahku sembari menuntun tanganku ke selangkangannya, terasa menegang. Tanpa kusadari ternyata dia sudah membuka resliting celananya hingga tanganku langsung menyentuh kejantanannya yg masih terbungkus celana dalam.<br />
<br />
Aku mulai membalas kulumannya ketika tanganku sudah menyusup dibalik celana dalamnya dan mulai meremas remas kejantanan sobatku ini.<br />
<br />
Menit menit selanjutnya terlupakan sudah siapa Margo sebelumnya, terlupakan sudah si Wenny istrinya yg cantik, aku kembali berada dalam duniaku, seorang gadis panggilan yg sedang bekerja memuaskan tamunya, meskipun demikian aku masih tak tega memandang wajah gantengnya, setiap kali kulihat wajahnya aku selalu teringat akan istrinya, jadi aku selalu berusaha untuk memalingkan wajahku atau memejamkan mata saat wajah kami berhadapan.<br />
<br />
Harus kuakui ternyata Margo seorang yg sabar dan romantis, kuluman pada bibir dan putingku serasa begitu nikmat dan penuh perasaan, akupun tanpa malu mulai mendesah nikmat dalam buaian sobatku.<br />
<br />
Perlu hampir 1 jam bagi kami untuk saling menelanjangi, tubuh bugil kami sudah beralih ke atas ranjang, Margo melanjutkan ciumannya pada sekujur tubuhku tapi tampaknya masih ada keraguan untuk menjilati selangkanganku, begitu juga aku, seakan ada penghalang yg mencegahku mengulum k0ntolnya.<br />
<br />
Ketika tubuh telanjangnya hendak menindihku, tiba tiba terdengar bunyi telepon. Dengan agak malas dia mengangkat telepon, rupanya teman temannya telah lama menyelesaikan satu babak, padahal kami baru akan mulai. Mereka menanyakan apakah akan melanjutkan hingga pagi, dia menanyaiku dan kujawab terserah. Akhirnya diputuskan untuk nginap.<br />
<br />
Sebelum kembali ke pelukanku, Margo mengambil HP dan menghubungi istrinya untuk memberitahu kalau dia pulang pagi dengan alasan menemaniku di diskotik, entah apa dalam benak Wenny karena tdk ada iringan musik pada backgroundnya. Kami memang sering ke diskotik sama sama hingga menjelang pagi jadi bukan sekali ini Margo pulang pagi. Dia memberikan HP-nya kepadaku.<br />
<br />
“Hai Wen, sorry malam ini aku pinjam suamimu tanpa permisi” kataku.<br />
“Ya udah, tolong jaga dia jangan sampai lupa pulang, yg penting pulang dengan selamat biar dengan botol kosong” katanya ditutup dengan ketawa ciri khasnya, kami memang sudah biasa bergurau bebas, aku jadi semakin merasa bersalah melihat begitu percayanya dia padaku.<br />
<br />
Tapi ini adalah bisnis bukan aku berselingkuh dengan suaminya tapi dia yg mem-bookingku, hiburku dalam hati.<br />
<br />
Margo kembali menghampiriku yg masih telentang telanjang di atas ranjang, kami harus mulai lagi dari awal. Kali ini tiada lagi keraguan diantara kami meski aku tetap tak bisa menatap wajahnya. Dengan memejamkan mata, kusambut lumatan bibirnya sembari meremas remas kejantantannya yg sudah lemas. Dia mulai berani mendesah, akupun demikian saat bibirnya mendarat di puncak bukitku.<br />
<br />
Kujepit pinggangnya dengan kakiku saat sedotannya semakin kuat sambil menyapukan kepala k0ntolnya ke bibir memekku, kubuka sedikit mataku menatapnya, ternyata dia menatapku dengan penuh perasaan, tak sanggup aku menatapnya lebih lama, kututup kembali mataku rapat rapat dan semakin rapat saat k0ntolnya mulai menerobos memasuki liang memekku.<br />
<br />
Entahlah, tdk seperti pada tamuku lainnya, kali ini kurasakan getaran getaran aneh menyelimuti diriku, semakin dalam k0ntol itu melesak masuk, semakin keras getaran itu seiring kerasnya degup jantungku yg berdetak kencang. Aku telah menodai persahabatan yg selama ini kubangun, aku telah menghianati Wenny yg begitu percaya padaku. Tapi perasaan nikmat dan semakin nikmat perlahan mengusir rasa bersalah dan segala keseganan antara aku dan Margo.<br />
<br />
Kejantanan Margo perlahan penuh perasaan mengocokku diiringi cumbuan dan lumatan pada bibirku yg kubalas dengan tak kalah gairahnya, dan akupun semakin kelojotan dalam dekapan hangat suami sahabatku ini takkala ciumannya menyusuri leherku.<br />
<br />
Berdua kami mengayuh biduk birahi menyeberangi lautan nafsu, lenguh dan desah kenikmatan mengiringi perjalanan kami. Beberapa menit kemudian kamipun telah sampai ke seberang kenikmatan, hanya berselang beberapa detik setelah Margo menumpahkan semua cairan birahinya ke rahimku, aku menyusulnya menggapai puncak kenikmatan dari suami sobatku.<br />
<br />
Tubuh lemasnya langsung terkulai menindihku, napas kami menyatu mengiringi denyut jantung yg berdetak kencang, hembusan napasnya menerpa telingaku, aku kembali terbuai akan kehangatannya meski perlahan gairah kami mulai menurun.<br />
<br />
Beberapa saat suasana hening, entah apa yg berkecamuk dalam pikirannya, apakah menyesal telah meniduri temannya ataukah puas telah menikmati tubuhku, hanya dia yg tahu. Bagiku tugas melayani seorang tamu telah kulaksanakan, kebetulan dia adalah teman dan suami sobatku, itu adalah diluar kehendak kami masing masing.<br />
<br />
Mungkin karena sama sama segan, permainan kami biasa biasa saja, bahkan relatif singkat, tak ada pergantian posisi seperti umumnya, baik dari dia maupun dari aku sendiri.<br />
<br />
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi ketika telepon berbunyi, dengan segan Margo menerima, yg pasti dari temannya di kamar sebelah.<br />
<br />
“Hei, kamu yg ke sini atau aku yg ke sana, si kampret satu itu sudah pulang soalnya” kata suara dari seberang sayup sayup kudengar, aku tak tahu maksudnya.<br />
“Kali ini nggak bisa Jon, kita sendiri sendiri aja deh” jawabnya.<br />
“Kok kamu gitu sih, mentang mentang dapat yg si cantik Lily terus nggak mau berbagi, kawan macam apa itu” dari seberang terdengar dengan nada tinggi, aku masih nggak tahu maksudnya.<br />
<br />
Margo diam sejenak, menatapku dalam dalam seakan hendak mengatakan sesuatu.<br />
<br />
“Dia mau ke sini” katanya pelan.<br />
“Emang sudah selesai? Mau check out? Malam malam begini? Tanggung amat” tanyaku nggak ngerti.<br />
“Enggak, mau pindah bergabung ke sini sama ceweknya”<br />
“Pindah? Bergabung? Trus?” tanyaku semakin tak mengerti.<br />
<br />
Dia diam sejenak.<br />
<br />
“Trus.. Trus.. Ya disini.. Ber.. Berempat” jawabnya terpatah patah, kulihat mimik muka bersalah di wajahnya.<br />
“Sorry ya, aku telah membawamu ke situasi seperti ini, sudah kebiasaan untuk bertukar pasangan atau bersamaan pada akhirnya” lanjutnya sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya, sepertinya untuk menutupi rasa bersalahnya.<br />
<br />
Sebenarnya aku tdk keberatan melakukan hal itu, toh sudah sering kulakukan, tapi ini di depan Margo, ada keengganan tersendiri yg menjadi penghalang, entahlah perasaan jaga image masih kuat kurasakan. Disamping itu, aku agak kaget mendapati kenyataan bahwa Margo yg kukenal cukup pendiam, meski aku cukup yakin sebelumnya dia bukan tipe suami yg setia, ternyata menjalani petualangan seperti ini dengan teman temannya, sungguh jauh dari penampilan keseharian yg terkesan pendiam.<br />
<br />
“Terserah kamu saja lah, toh kamu boss-nya” jawabku lirih berusaha memberi kesan terpaksa, takut kalau dia tahu kalau aku sudah sering melakukan permainan seperti ini.<br />
“Ly, kamu boleh menolak, bebas kok, paling resikonya aku dijauhi teman teman dan dibilang egois”<br />
“Janganlah kalau sampai ditinggal teman teman hanya masalah beginian, malu kan” aku menghibur.<br />
“Sebenarnya aku nggak rela kalau kamu harus melayani orang lain, apalagi dihadapanku, tapi semua terserah kamu deh”<br />
<br />
Aku diam sejenak memikirkan kalimat yg “innocent” untuk menjawab kata IYA, tak tega rasanya mengatakan kalau selama ini akupun selalu melayani orang lain, apa bedanya dengan sekarang.<br />
<br />
“Okelah kalau itu maumu” jawabku sembari mengambil rokok yg ada di jarinya, kulihat sorot mata aneh dari matanya. “Jon, kamu ke sini aja deh” akhirnya dia meminta temannya untuk datang.<br />
<br />
Sambil menunggu kedatangan si Josua, aku mandi membersihkan tubuh terutama memekku dari sisa sisa keringat maupun sperma Margo.<br />
<br />
Tak lebih 10 menit kemudian, teman Margo sudah berada di kamar, ternyata gadis yg datang bersamanya adalah Lenny, bukan Cindy yg tadi bersamanya, rupanya dia telah melakukan pertukaran dengan sebelumnya.<br />
<br />
“Len, bukannya dia tadi sama Cindy, kok sekarang sama kamu, sudah tukeran rupanya ya” bisikku ketika aku dan Lenny berada di kamar mandi berdua.<br />
“Gila tuh si Josua, kuat banget, dan malam ini dia bakal dapat 3 cewek berurutan” bisiknya pelan.<br />
<br />
Kamipun tertawa cekikan di kamar mandi.<br />
<br />
Dengan berbalut handuk di dada, aku dan Lenny keluar kamar mandi, Margo duduk di sofa sementara Josua sudah telentang di ranjang, keduanya sudah dalam keadaan telanjang.<br />
<br />
Lenny langsung mengambil posisi di antara kaki Margo, aku mau tak mau harus langsung menuju ranjang melayani Josua. Kejantanan Josua yg sudah tegang memang mengagumkan, meski tdk terlalu panjang tapi cukup besar diameternya dengan hiasan otot melingkar terlihat semakin kokoh.<br />
<br />
Josua langsung menarik tubuhku dalam pelukannya, dilemparkannya handuk penutup tubuhku dan tubuh telanjang kami saling berangkulan.<br />
<br />
Kubalas lumatan bibirnya dengan tak kalah gairah, desahankupun terlepas bebas tatkala bibir dan lidahnya mempermainkan kedua putingku bergantian. Sesaat kulirik Margo sudah merem melek menikmati sapuan bibir mungil Lenny pada k0ntolnya sambil meremas remas kedua buah dadanya yg sedikit lebih besar dari punyaku. Sudah sering kudengar kemahiran Lenny dalam ber-oral, kini kulihat sendiri bagaimana bibirnya menyusuri k0ntol Margo dengan bergairah.<br />
<br />
Perhatianku kembali beralih ke Josua saat dia membalik tubuhku dibawahnya, lidahnya dengan lincah menari nari dikedua putingku, menyusur turun hingga selangkangan dan kembali bergerak liar saat mendapati klitorisku. Kombinasi antara jilatan dan kocokan jari jari tangannya di memek membuatku menggeliat dan mendesah dalam nikmat sambil meremas remas kepala Josua yg berada di selangkanganku.<br />
<br />
Tiba tiba aku dikagetkan teriakan Lenny, rupanya aku terlalu asik melayg layg hingga tak memperhatikan mereka telah berganti posisi, kepala Margo sudah berada di antara paha Lenny sedang asik menjilati memeknya, ternyata itu yg membuat Lenny menjerit nikmat.<br />
<br />
Meskipun cumbuan permainan oral Josua begitu nikmat, aku banyak membagi perhatianku pada Margo dan Lenny, sekedar ingin tahu bagaimana permainan Margo bila dengan gadis lain setelah aku mengalami dengannya biasa biasa saja. Baru sekarang aku tahu ternyata Margo juga seorang great fucker, dengan telaten dia menyusuri seluruh lekuk tubuh Lenny dengan lidahnya, bahkan hingga jari jari kaki tak luput dari sapuan lidahnya, terang saja membuat Lenny kelojotan tak karuan. Andai saja dia tadi melakukannya padaku. Beruntunglah Wenny bisa mendapatkan cumbuan seperti itu setiap saat.<br />
<br />
Perhatianku terganggu saat tubuh Josua sudah mekangkang di atas dadaku, menyodorkan kejantanannya ke mukaku, segera kuraih, kukocok sejenak dengan tanganku lalu kujilati kepala k0ntolnya, terasa asin akan cairan yg sudah menetes keluar. Beberapa detik kemudian k0ntol Josua sudah lancar mengisi mulutku, keluar masuk mengocoknya.<br />
<br />
Puas mengocokkan k0ntolnya ke mulutku, Josua bergeser ke bawah, mengatur posisinya diantara kakiku, aku membuka lebih lebar saat kepala k0ntolnya menyapu bibir memek dan perlahan menyeruak membelah celah celah sempit liang kenikmatanku. Perlahan tapi pasti k0ntol itu melesak semakin dalam, namun gerakan penetrasi terganggu ketika Margo dan Lenny berpindah ke ranjang di samping kami sehingga mengharuskan kami sedikit bergeser memberi tempat pada mereka. Terpaksa Josua menarik keluar k0ntolnya yg sudah setengah jalan menyusuri liang kenikmatanku.<br />
<br />
Aku dan Lenny telentang berdampingan dengan kedua laki laki sudah siap diantara selangkangan kami masing masing. Namun sebelum Josua melesakkan kembali k0ntolnya, Margo bergeser ke kepalaku, menyodorkan k0ntolnya tepat di atas mulutku. Segera kuraih dan kumasukkan ke mulutku, hal yg tadi tdk kami lakukan, bersamaan dengan k0ntol Josua mulai meluncur masuk liang memekku. Sesaat kuhentikan kulumanku ketika Josua sudah melesakkan seluruh batang kejantanannya, terasa penuh dibandingkan dengan Margo sebelumnya. Akupun melanjutkan kulumanku pada Margo ketika Josua memulai kocokannya. Hanya beberapa menit Margo mengocok mulutku kemudian beralih ke mulut Lenny, rupanya dia hendak membandingkan antara kulumanku dengan Lenny.<br />
<br />
Tubuh Josua sudah menindihku, sodokan k0ntolnya semakin cepat dan keras penuh nafsu gairah, akupun mengimbangi dengan jeritan dan desahan nikmat sembari menjepitkan kakiku di pinggangnya. Bibir Josua tak pernah lepas dari tubuhku, menyusur leher, pipi, bibir lalu kembali ke leher.<br />
<br />
Kulihat Margo masih mengocok bibir Lenny sambil memperhatikan expresi kenikmatan yg terpancar di wajahku, expresi yg tdk aku tunjukkan saat bersamanya dan aku yakin dia mengetahui itu, sesekali jari tangannya dimasukkan ke mulutku yg tengah menengadah mendesah, akupun membalas dengan kuluman dan mempermainkan lidahku pada jari jarinya.<br />
<br />
Berulangkali tubuhku terhentak terkaget tapi nikmat merasakan hentakan keras dari Josua, kudekap tubuhnya semakin rapat seakan tubuh telanjang kami menyatu dalam nikmatnya birahi.<br />
<br />
Josua mengangkat tubuhnya, masih tetap mengocokku dengan tubuh setengah jongkok, justru kurasakan k0ntolnya semakin dalam tertanam. Bersamaan dengan itu, Margo sudah berada di antara kaki Lenny bersiap melesakkan k0ntolnya tapi dia tdk langsung memasukkannya, justru lebih suka melihat wajahku yg tengah mendesah sambil mengamati bagaimana k0ntol temannya keluar masuk menyodok memek sobat istrinya ini.<br />
<br />
Aku sudah tak memperhatikan lebih jauh lagi karena sodokan Josua semakin liar dan nikmat, namun kemudian kudengar desah dan jerit kenikmatan dari Lenny mengiringi desahanku. Dengan irama goyangan yg berbeda, kedua laki laki itu mengocok kami berdua, simfony desah kenikmatan memenuhi kamar yg penuh aroma birahi. Kutatap wajah ganteng Josua yg penuh expresi nikmat birahi.<br />
<br />
Berulang kali tatapan mataku beradu pandang dengan Margo, rupanya meskipun sedang mengocok Lenny yg cantik, tapi tatapan matanya lebih sering tertuju pada wajahku yg tengah mendesah nikmat merasakan kocokan temannya, apalagi Josua mengocokku dengan gerakan yg liar dan tak beraturan diselingi dengan hentakan keras yg membuatku menjerit jerit nikmat.<br />
<br />
Josua membalik tubuhku disusul kocokan dari belakang, posisi dogie, Margo mengikutinya. Begitu juga ketika kami berganti lagi posisi, aku di atas, diapun meminta Lenny untuk di atas.<br />
<br />
Kami bercinta seolah berlomba ketahanan, entah sudah berapa lama dan berapa kali ganti posisi telah kami lakukan. Diluar dugaanku, ternyata Margo bisa bertahan lebih lama, ketika kami di posisi dogie, Josua tak bisa bertahan lebih lama lagi, tanpa bisa dicegah lagi, diapun memuntahkan spermanya di memekku diiringi teriakan kenikmatan, kurasakan denyutan denyutan nikmat menerpa dinding dinding memekku meski tdk terlalu kuat.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian Josua menarik keluar k0ntolnya, akupun menggelosor tengkurap dengan napas yg menderu setelah permainan panjang. Belum sempat aku mengatur napasku, Margo menarik pantatku, memintaku kembali nungging, meskipun capek tapi aku tak tega menolaknya, sepertinya sedari tadi dia sudah memendam keinginan untuk kembali menikmati tubuhku.<br />
<br />
Aku hendak mencegahnya saat k0ntolnya sudah di ambang pintu memekku, nggak enak rasanya kalau dia harus menyetubuhiku sementara sperma Josua masin di dalam, aku ingin membersihkan dulu, tapi terlambat, sepertinya dia tak peduli, dengan sekali dorongan keras, k0ntol Margo kembali memasuki liang memekku, terasa masih ada celah kosong saat k0ntolnya melesak semuanya.<br />
<br />
Berbeda dengan sebelumnya, tanpa membuang waktu lagi, kali ini Margo mengocokku dengan penuh nafsu, begitu keras dan cepat sambil menghentakkan tubuhnya pada pantatku, diiringi tarikan pada rambutku, sungguh liar permainannya kali ini, sangat berlawanan dengan yg tadi. Akupun tak mau kalah, kuimbangi dengan menggoyangkan pantatnya melawan gerakannya, desahan kami berdua saling bersahutan, kecipuk suara cairan memek bercampur sperma tak kami hiraukan, terlupakan sudah bahwa Margo adalah suami dari sobat karibku, yg ada hanyalah nafsu dan birahi diantara kami.<br />
<br />
Aku minta mengubah posisi, kali ini aku di atas, ingin kutunjukkan bagaimana goyangan pinggulku membobol pertahanan terakhirnya. Dengan sisa sisa tenaga karena aku sudah beberapa kali orgasme saat dengan Josua tadi, akupun bergoyang liar di atasnya, ingin kuberikan apa yg kuyakin belum pernah dia alami bersama Wenny, istrinya, entah kenapa aku jadi ingin membuktikan bahwa aku tak kalah dengan si istri yg sobatku itu.<br />
<br />
Kami bercinta dengan penuh gairah, jauh melebihi apa yg telah kami lakukan tadi, sepertinya kami sudah mengeluarkan watak asli permainan kami yg cenderung liar.<br />
<br />
Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua, aku begitu bersemangat, begitu juga dia, tak kuhiraukan ternyata justru aku yg mencapai orgasme lebih dulu, sungguh luar biasa stamina Margo, jauh dari perkiraanku, kalau aku tak mengalami sendiri tentu sulit untuk percaya bahwa dia begitu perkasa di ranjang.<br />
<br />
Menit demi menit berlalu hingga aku tak kuasa lagi menahan orgasme yg kesekian kali, sementara dia masih belum terlihat tanda tanda ke arah sana, dan akhirnya akupun menyerah dalam dekapannya.<br />
<br />
“Sudah.. sudah.. Ah.. Ampun, aku menyerah”, dan akupun terkulai lemas di atasnya, tak mampu lagi menggoyangkan pinggulku.<br />
“Ya sudah, istirahat sana” katanya seraya mendorong tubuhku turun dari atasnya, dan akupun menggelepar di sampingnya.<br />
<br />
Permainan Margo tdk berhenti sampai disitu, dia menghampiri Lenny yg dari tadi mengamati kami bercinta sambil berbaring di atas ranjang sembari mempermainkan klitorisnya. Begitu Margo menghampirinya, Lenny langsung mengambil posisi telentang dengan kaki terbuka lebar, tapi Margo justru memintanya nungging. Dengan irama kocokan yg liar dia mengocok Lenny dengan posisi dogie.<br />
<br />
Aku meninggalkan mereka, membersihkan sperma lalu menyusul Josua duduk di sofa mengamati permainan Margo dan Lenny, terus terang aku terkagum dengan keperkasaan sobatku ini, entah bagaimana Wenny bisa melayani suaminya itu sendirian kalau di rumah.<br />
<br />
“Gila itu orang, kuat banget mainnya” komentarku sembari berbagi Marlboro dengan Josua.<br />
“Dia sih paling kuat diantara kelompok kami berlima, hampir tak pernah dia booking cewek sendirian, biasanya langsung 2 orang, kalau nggak gitu kasihan ceweknya” jawab Josua mengagetkanku, sungguh jauh dari penampilan biasanya yg terlihat pendiam.<br />
<br />
Cukup lama mereka bercinta di atas ranjang, sudah beberapa kali berganti posisi sebelum akhirnya mereka menggapai orgasme hampir bersamaan ketika posisi Margo sedang di atas.<br />
<br />
Mereka berpelukan beberapa saat sebelum Margo turun dari tubuh Lenny, tampak wajah kepuasan bercampur kelelahan dari mereka.<br />
<br />
Beberapa menit mereka sama sama menggelepar di atas ranjang sambil mengatur napas yg menderu. Margo berdiri menghampiriku, duduk menjepit aku dan Josua, diambilnya Marlboro yg ada di tanganku dan menghisapnya kuat kuat.<br />
<br />
“Sorry Ly, aku harus segera pulang, ntar istriku curiga dan aku nggak boleh ke diskotik lagi” katanya sambil mengepulkan asap rokoknya.<br />
“Kamu tinggal aja disini nemenin Josua dan Lenny besok siang aku telepon lagi, oke?” lanjutnya.<br />
<br />
Aku hanya diam saja tak tahu harus ngomong apa, tanpa menunggu jawaban dariku, dia beranjak mengenakan pakaiannya tanpa membersihkan tubuh terlebih dahulu.<br />
<br />
Margo memanggilku ke kamar mandi.<br />
<br />
“Sebenarnya aku tak tega melakukan ini, tapi harus kulakukan, apa yg kita lakukan barusan hanyalah sekedar bisnis, nothing personal, dan tdk ada yg berubah di antara kita termasuk dengan Wenny maupun Iwan adikku, kamu ngerti kan” katanya sembari memberikan segebok uang 50 ribuan.<br />
<br />
Aku hanya mengangguk tanpa kata, 100 persen setuju apa yg dia katakan.<br />
<br />
“Boleh aku minta satu hal?” tanyaku.<br />
“Apa itu?” jawabnya, tanpa menunggu lagi reaksinya aku jongkok di depannya, kubuka resliting celananya dan kukeluarkan k0ntolnya yg lemas.<br />
“Sekedar tip, memberi apa yg belum aku berikan” jawabku sambil memasukkan k0ntol itu ke mulutku.<br />
<br />
Margo diam saja, k0ntolnya kupermainkan dengan lidahku, kususuri sekujur batang hingga pangkalnya, perlahan mulai menegang dalam genggaman dan mulutku, selanjutnya k0ntol tegangnya sudah meluncur cepat keluar masuk mengisi rongga mulut diiringi desah kenikmatan.<br />
<br />
Lima menit sudah aku melakukan oral, tanpa kusadari tanganku ikutan mempermainkan klitorisku sendiri seiring dengan kocokan pada mulutku. Aku tak kuasa menolaknya ketika dia menarik tubuhku berdiri dan memutar menghadap cermin di kamar mandi, dengan sedikit membungkuk, dari belakang Margo melesakkan k0ntolnya ke memekku.<br />
<br />
“Kita quickie saja yaa” bisiknya seraya mendorong masuk k0ntolnya, segera kurasakan sodokan demi sodokan yg semakin keras dari belakang menghantamku diiringi dekapan dan remasan dikedua buah dadaku, sesekali ciuman pada tengkukku yg membuatku semakin menggeliat dalam dekapannya.<br />
<br />
Pantulan bayangan kami di cermin membuat suasana semakin bergairah, apalagi belaian lembut pada rambutku yg kurasakan begitu penuh perasaan meski kocokannya makin menjadi jadi.<br />
<br />
“Aku mau keluar” bisiknya beberapa menit kemudian, segera kudorong tubuhnya mundur hingga k0ntolnya terlepas dan akupun langsung jongkok di depannya.<br />
<br />
“Keluarin di mulut” kataku, tanpa menunggu reaksinya, kumasukkan kejantanannya kembali ke mulutku, entah kenapa rasanya aku ingin memberikan apa yg kuyakin belum pernah dia dapatkan dari istrinya.<br />
<br />
Dan tak lama kemudian diapun menyemprotkan sisa sisa spermanya di mulutku, kujilati batang kejantanannya hingga bersih lalu kumasukkan ke celananya.<br />
<br />
“Salam untuk Wenny” kataku saat menutup reslitingnya, dia hanya tersenyum mencubit pipiku.<br />
<br />
Aku membersihkan tubuhku dengan air hangat ketika Margo pamit pulang, ketika aku kembali ke kamar, ternyata Lenny sedang bergoyang pinggul di pangkuan Josua, mereka melakukannya di sofa. Kuhampiri mereka dan duduk di samping Josua, dia meraih tubuhku dan mencium bibirku, sembari tangannya meremas remas buah dadaku bergantian.<br />
<br />
Sisa malam kami habiskan dengan penuh birahi, bergantian Josua menyetubuhi aku dan Lenny, dilayani 2 gadis cantik dan sexy seperti aku dan Lenny, tentu membuat laki laki bertambah gairah dan ada tambahan energi tersendiri untuk menunjukkan ego keperkasaannya. Akhirnya kondisi fisik jualah yg menjadi pembatas antara keinginan dan kenyataan, kamipun istirahat dan terlelap dalam kelelahan tak kala sang mentari sudah menampakkan sedikit berkas sinarnya di ufuk timur, entah jam berapa itu.<br />
<br />
Aku terbangun saat kudengar HP-ku berbunyi, Lenny dan Josua masih terlelap disampingku, matahari sudah tinggi, terang menampakkan sinarnya. Ternyata salah seorang tamu langganan lain yg ingin kutemani makan siang nanti, orderan baru.<br />
<br />
Jarum jam menunjukkan hampir ke angka 11, cukup lama kami tertidur tadi.<br />
<br />
Perlahan kutinggalkan Josua dan Lenny, aku mandi untuk bersiap menemui tamuku berikutnya di Hotel Westin (sekarang JW Marriot) di Embong Malang. Josua dan Lenny baru bangun ketika aku sudah rapi berpakaian dan ber-make up.<br />
<br />
“Sorry, aku ada janji siang ini, aku tinggal dulu ya” sapaku.<br />
“Kamu tetap sexy meski sudah berpakaian, bahkan semakin membuat penasaran yg melihatnya” jawab Josua sambil menghampiriku, dipeluknya tubuhku dari belakang dan diremasnya buah dadaku.<br />
“Wah banyak orderan nih” celetuk Lenny.<br />
“Selamat bekerja sayang” bisik Josua tanpa melepaskan tangannya dari dadaku.<br />
“sudah ah, ntar kusut pakaianku ini, aku nggak bawa ganti nih” jawabku sambil menggelinjang karena bibirnya sudah menempel di telingaku, akupun menghindar menjauh.<br />
<br />
Setelah menerima pembayaan dari Josua, akupun meninggalkan mereka yg masih telanjang menuju ranjang lain dengan permainan yg lain pula.<br />
<br />
Sejak kejadian itu, sengaja atau tdk, aku jarang bertemu berdua dengan Margo seperti sebelumnya, begitupun dengan istrinya, rasanya nggak ada muka untuk ketemu Wendy, kalaupun mereka ngajak jalan bareng, aku pastikan harus ada istrinya, selebihnya semua berjalan seperti biasa.<br />
<br />
Akibatnya, aku justru lebih dekat dengan si Iwan, adiknya yg terkenal Playboy itu, dengan wajah yg imut tak susah baginya untuk mendapatkan cewek dan aku yakin sudah tak terhitung cewek yg jatuh ke pelukannya dan berhasil dia bawa ke ranjang.<br />
<br />
Lebih 2 bulan setelah kejadian itu, aku makan siang berdua dengan Iwan di Bon Cafe, sungguh sial ternyata ketemu sama Josua yg menggandeng seorang gadis, atas ajakan Iwan mereka akhirnya bergabung dengan table kami.<br />
<br />
Kamipun makan sambil ngobrol berempat, entah keceplosan atau disengaja, Josua bercerita betapa hebat permainanku di ranjang, terutama permainan oral, dia kira aku sudah pernah melakukan dengan Iwan. Iwan yg selama ini mengenalku sebagai teman menatapku seakan tak percaya, aku menghindari tatapannya sambil mengumpat kelancangan Josua, tentu saja dalam hati.<br />
<br />
“Selamat bersenang senang, sorry aku nggak bisa gabung dengan kalian, ada acara sama dia” kata Josua sambil menunjuk gadis disebelahnya.<br />
“Dia senang rame rame lho, tanya Margo kalo kamu nggak percaya” bisiknya lagi sebelum meninggalkan kami.<br />
<br />
Aku terdiam dengan muka memerah, malu karena kedokku dibongkar dihadapan temanku sendiri.<br />
<br />
Sepeninggal Josua kami terdiam, entah apa yg terlintas dalam benaknya, kulirik sesaat, ternyata Iwan melototi tubuhku, seakan berusaha menembus dibalik pakaianku.<br />
<br />
“Kita pulang yuk” ajakku melihat suasana sudah nggak enak lagi.<br />
“Lho, katanya mau shopping di Galaxy”<br />
“Nggak jadi ah, lain kali aja” tolakku, dan kamipun beranjak pergi.<br />
<br />
Sepanjang jalan kami sama sama terdiam hingga tiba didepan tempat kos, aku langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.<br />
<br />
Beberapa hari kemudian setelah aku selesai melayani tamu di Hotel Sheraton, kulihat missed call di HP-ku, dari Margo, entah kenapa aku kok ingin meneleponnya, padahal biasanya aku cuekin saja missed call dari dia.<br />
<br />
“Ly, ketemu yuk, kangen nih” katanya dengan suara memelas tak seperti biasanya, pasti dia lagi ada maunya, dan aku yakin maunya tak jauh dari urusan ranjang.<br />
<br />
Meski aku berusaha menghindari hal seperti ini, tapi tak dapat dipungkiri akupun merindukan keperkasaannya di atas ranjang, apalagi tamuku barusan tdk bisa memuaskanku, jadi sebenarnya ini hanyalah masalah timing yg tepat. Setelah berpura pura menolak dan dia terus merajuk, akhirnya aku sanggupi permintaannya.<br />
<br />
“Oke Hotel Sheraton kamar 816″ kataku karena tamuku tadi sudah pulang dan aku belum check out, sekalian saja kumanfaatkan sisa waktu yg ada, daripada terbuang sia sia, check in mahal mahal cuma dipakai 2 jam.<br />
<br />
Baru saja HP kututup, dia telepon lagi.<br />
<br />
“Ly, boleh nggak bawa teman”<br />
<br />
Aku yg sudah tergadai nafsu karena birahi yg tak tertuntaskan barusan hanya mengiyakan tanpa tanya lebih lanjut siapa temannya.<br />
<br />
Sambil menunggu kedatangannya, aku segarkan tubuhku dengan air hangat, berendam sejenak untuk menghilangkan rasa capek setelah hari ini melayani 3 tamu sejak pagi tadi. Belum setengah jam aku berendam, bel pintu berbunyi, pasti Margo sudah datang, pikirku.<br />
<br />
Masih dengan telanjang, kubuka pintu dan aku langsung kembali masuk bathtub.<br />
<br />
“Tunggu ya, aku mandi dulu biar segar dan wangi, santai saja anggap rumah sendiri” jawabku meneruskan acara berendam tanpa buru buru menyelesaikan, kalau dia nggak sabar pasti menyusulku ke kamar mandi.<br />
<br />
Ternyata dia tdk menyusulku hingga kuselesaikan mandiku. Tanpa mengenakan penutup, dengan telanjang aku ke kamar, bersiap untuk menumpahkan segala birahi dengan keperkasaan Margo.<br />
<br />
“Aku sudah siaap” teriakku sambil melompat ke ranjang, dan baru kusadari ternyata yg duduk di sofa bukanlah Margo melainkan si Iwan, adiknya.<br />
<br />
Begitu tersadar, aku berusaha menutupi tubuhku dengan apa yg ada disekitarku, tapi terlambat, Iwan sudah menubruk tubuh telanjangku dan menindihnya.<br />
<br />
“Ly, nggak usah sok alim, aku selalu membayangkan sejak diceritakan Josua tempo hari, kebetulan saat kutanya Margo dia malah ngajak membuktikan” bisiknya sambil menindih tubuhku, akupun tak bisa berontak.<br />
<br />
Didekap tubuh Iwan yg atletis ditambah wajah imut yg menempel dekat wajahku, akupun takluk akan kekuatannya, disamping itu akupun tak sunggu sungguh untuk berontak, hanya reaksi spontan melihat laki laki yg tdk diharapkan melihat tubuh telanjangku.<br />
<br />
“Oke.. Oke, mana Margo” tanyaku.<br />
“Sebentar lagi dia datang, aku disuruh tunggu di lobby tapi kupikir lebih baik langsung aja aku bisa ngobrol sambil nunggu kedatangannya, ternyata aku mendapatkan lebih dari yg kuharapkan” jawabnya sambil mengendorkan dekapannya.<br />
<br />
Begitu dekapannya longgar, kudorong tubuhnya hingga terjengkang telentang, ganti aku menindihnya.<br />
<br />
“Kalian bersaudara memang nakal, ini namanya jebakan pada teman sendiri” kataku setelah menguasai emosiku.<br />
“Tapi nggak marah kan?” jawab Iwan, aku hanya menjawab dengan ciuman pada bibir Iwan dan dia membalas dengan bergairah, sedetik kemudian tangannya sudah berada di dadaku, menjelajah dan meremas remas.<br />
“Ih nakal ya” bisikku disela lumatan bibirnya.<br />
“Tapi suka kan” balasnya, kulumat bibirnya sambil mempermainkan lidahku hingga bertaut lidah dengan lidah.<br />
<br />
Iwan kembali membalik dan menindih tubuhku, bibirnya beranjak menyusuri pipi dan leherku, berhenti pada kedua puncak bukitku.<br />
<br />
“Bagus.. Kencang dan padat.. Indah” pujinya sambil mengulum dan menyedot putingku.<br />
<br />
Aku mendesah geli meskipun cumbuannya tak sepintar kakaknya tapi cukup membuatku mendesah melayg. Bibir dan lidahnya sudah sampai ke perut dan terus turun hingga ke selangkangan, aku menjerit ketika lidahnya menyentuh klitorisku, tapi dia justru semakin memperlincah gerakan lidahnya, dan akupun semakin menggeliat dalam kenikmatan.<br />
<br />
Aku tak tahu mana yg lebih lihai bermain oral apakah dia atau kakaknya karena Margo belum pernah melakukannya padaku, siapapun yg lebih pintar yg jelas Iwan telah membuatku melayg karena jilatannya pada memekku.<br />
<br />
“Eh, kamu kok masih pake pakaian gitu, curang deh, sini aku lepasin” kataku ketika sadar bahwa dia belum melepas pakaiannya.<br />
<br />
Kudorong tubuh Iwan hingga telentang lalu aku melucuti pakaiannya satu persatu hingga menyisakan celana dalamnya yg tampak menonjol pada bagian selangkangan, ketika kuraba dan kuremas tonjolan itu, begitu keras menegang. Segera kulorot celana dalamnya dan aku terkaget melihat ukuran kejantanannya, tdk terlalu panjang bahkan relativ lebih pendek dari umumnya tapi diameternya begitu besar, tak cukup tanganku melingkarinya.<br />
<br />
Membayangkan k0ntol besar itu akan memasuki memekku, tiba tiba otot memekku terasa berdenyut denyut dengan sendirinya. Ini bukanlah k0ntol terbesar yg pernah kupegang, tapi dengan panjang yg tdk terlalu maka k0ntol itu kelihatan begitu gede di genggamanku, dan otot memekku semakin berdenyut keras melihat postur tubuhnya yg berotot, ramping dan sexy, jauh lebih menggairahkan tubuhnya dibandingkan kakaknya, apalagi rambut kemaluannya dicukur habis, pentesan banyak gadis yg tergila gila padanya.<br />
<br />
Kukocok dan kuremas remas sebentar k0ntol tegang di genggamanku, lalu kususuri lidahku pada seluruh batang dari ujung hingga pangkal, dia mulai mendesis kenikmatan.<br />
<br />
Agak susah aku memasukkan k0ntol itu ke mulutku tapi dengan segala usaha akhirnya k0ntol itupun bisa meluncur keluar masuk membelah bibir mungilku. Sembari mendesah, tangannya tak henti menekankan kepalaku pada selangkangannya, seakan memaksaku untuk memasukkan k0ntolnya lebih dalam ke mulutku.<br />
<br />
Kami berganti posisi 69, aku di atas, tdk seperti saat pertama kali bercinta dengan Margo yg penuh kecanggungan dan kekakuan, kali ini aku bebas lepas mencurahkan segala expresiku untuk menikmati bercinta dengan Iwan.<br />
<br />
Gerakan lidah Iwan yg liar kubalas dengan sapuan liar pula pada k0ntolnya, aku lebih sering menjilati dari pada mengulum batang gede itu.<br />
<br />
Puas saling bermain oral, Iwan kembali menelentangkan tubuhku, posisi tubuhnya sudah siap untuk segera melesakkan k0ntolnya. Jantungku tiba tiba berdetak kencang seiring otot memekku berdenyut ketika kepala k0ntol yg besar itu mulai menyapu bibir memek.<br />
<br />
Aku memejamkan mata sambil membuka kakiku lebar lebar menunggu apa yg akan terjadi, entah sakit entah nikmat. Rasa pedih mulai terasa ketika k0ntol itu perlahan mulai melesak masuk padahal memekku sudah basah, dan semakin nyeri tak kala tertanam semua. Aku tak berani menggerakkan kakiku, k0ntol itu terasa begitu mengganjal gerakanku di selangkangan. Perlahan Iwan memulai gerakan memompa namun kuberi isyarat untuk menghentikan dulu.<br />
<br />
“Sebentar, penuh nih” bisikku bercampur desah.<br />
<br />
Namun dia hanya menurut beberapa detik, selanjutnya dia mulai gerakannya tanpa memperhatikan isyaratku. Gerakan memompa yg perlahan semakin lama semakin terasa nikmat, rasa nyeri berangsur menjadi nikmat dan semakin nikmat ketika dia mulai mempercepat gerakannya, aku sangat berharap dia bisa seperkasa kakaknya.<br />
<br />
Begitu rasa nyeri hilang, jeritan kesakitankupun berubah menjadi jeritan kenikmatan, tubuh atletis Iwan menempel erat di dadaku, ada rasa geli saat dada yg berbulu itu menyentuh putingku, tapi justru semakin menambah rangsangan, apalagi perutnya yg rata tak terasa mengganjal di perut. Kamipun semakin erat berpelukan saling mentransfer kenikmatan.<br />
<br />
Sebenarnya aku agak keberatan ketika dia minta posisi dogie, aku masih ingin merasakan lebih lama dekapan tubuh atletisnya, jarang sekali mendapatkan cumbuan dan belaian laki laki seperti dia, apalagi dengan k0ntol yg gede meskipun relatif pendek.<br />
<br />
Begitu tubuhku nungging, segera Iwan melesakkan kembali k0ntolnya, kali ini tanpa rasa nyeri saat mulai menerobos menguak liang sempit memek. Gerakan memompa Iwan terasa begitu penuh perasaan meskipun terkadang diiringi sodokan sodokan keras, aku merasa dia begitu romantis saat menyetubuhiku. Rabaan dan ciuman di tengkuk mengiringi gerakan kami, akupun semakin menggeliat tak karuan.<br />
<br />
“Sshh.. Aduuh.. Ennaak.. Truss.. Truss.. Yg keraass” tanpa malu aku mendesah memintanya lebih keras menyodokku, rasanya k0ntol besar itu masih kurang masuk ke memekku, ada bagian lain di dalam yg belum tersentuh.<br />
“Enak mana sama Margo” katanya tanpa memperlambat kocokannya. “Enak.. Inii, lebih keraass” jawabku sejujurnya dan mulai meracu.<br />
<br />
Tak lama kemudian aku sudah berada di atasnya, kutekankan pinggulku lebih dalam sekan hendak melesakkan k0ntol yg tdk panjang itu lebih dalam lagi, alangkah enaknya kalau k0ntol yg gede itu lebih panjang lagi, paling tdk sama dengan punya kakaknya, tapi itulah kenyataannya, gede tapi pendek tapi tetap saja enaak.<br />
<br />
Kugerakkan tubuhku di atasnya dengan liar, antara turun naik dan berputar seperti hula hop, Iwan merem melek sambil meremas remas buah dadaku. Kutatap wajahnya yg sedang mengerang kenikmatan, rasanya tak bosan menatap wajah imut dan dadanya yg bidang. Dan ternyata itu membawaku lebih cepat menuju puncak kenikmatan, tanpa bisa menahan lebih lama lagi, akupun menjerit dalam nikmatnya orgasme.<br />
<br />
Sebenarnya aku nggak mau orgasme duluan, perjalanan masih panjang, masih ada Margo yg sebentar lagi datang, kalau sampai orgasme tentu energiku akan banyak terkuras dan akan kelelahan sebelum perjalanan berakhir. Tapi itu hanyalah keinginan, kenikmatan yg kudapat dari Iwan terlalu sayang untuk ditahan tahan, dan terpaksa aku menyerah dalam pelukan dan kegagahan Iwan.<br />
<br />
Aku terkulai lemas dalam pelukan Iwan, terbalaskan sudah kekecewaan pada tamuku sebelumnya, bahkan melebihi apa yg aku harapkan, begitu puas rasanya. Tapi ternyata Iwan tak berhenti sampai disini, tanpa mempedulikan aku yg sedang lemas dalam dekapannya, dia membalik tubuhku dan langsung menindihnya.<br />
<br />
Kembali tubuh kekar itu menghimpit nikmat tubuhku, kocokan Iwan mulai cepat dan liar namun masih saja kurasakan penuh perasaan. Hanya beberapa kocokan kemudian, gairahku kembali naik dengan cepatnya, apalagi bibir Iwan tak pernah lepas dari leher, dada dan bibirku.<br />
<br />
Kedua kakiku naik di pundaknya, terasa kejantanannya semakin dalam melesak di memek, lebih nikmat rasanya. Kuimbangi gerakannya dengan sebisa mungkin menggoyang pinggulku, tentu lebih susah dengan kaki di atas pundaknya. Kami berdua benar benar terhanyut dalam buaian birahi, terlupakan sudah Margo yg belum juga datang.<br />
<br />
Akhirnya akupun untuk kedua kalinya tak bisa bertahan, kuraih orgasme kedua darinya, namun kali ini diapun menyusulku ke puncak birahi, hampir bersamaan kami saling memberikan denyutan. Sperma Iwan terasa begitu banyak membanjiri liang memekku, kudekap erat tubuh Iwan hingga kurasakan hembusan napasnya menerpa telingaku.<br />
<br />
Ketika Iwan turun dari tubuhku, k0ntolnya tercabut keluar, memekku serasa kosong dan tetesan sperma sepertinya meleleh keluar membasahi sprei. Kamipun telentang berdampingan dengan napas yg masih senin kamis.<br />
<br />
“Kamu hebat, 2 kali aku dibikin orgasme” kataku setelah beberapa saat terdiam sambil menumpangkan kepalaku di dadanya yg bidang.<br />
“Kamu juga hebat, kalau cewek lain sudah terkapar minta berhenti” jawabnya ringan sambil membelai rambutku.<br />
“Andai saja aku tahu kamu seperti ini, sudah sejak dulu aku melakukannya” lanjutnya.<br />
“Tapi belum terlambat kan”<br />
“Iya sih, tapi terlalu lama penantiannya”<br />
“Penantian?”<br />
<br />
“Iya, laki laki normal mana sih bisa tahan melihat penampilanmu yg selalu sexy dan ceria, pasti mereka punya fantasi terhadapmu kalau di ranjang, bahkan aku pernah berfantasi bercinta denganmu sambil main sama cewek lain”<br />
“Ah yg benar!!” tanyaku terkejut.<br />
“Sungguh dan aku yakin Margo juga sudah lama memendam keinginan mengajakmu ke ranjang tapi nggak ada keberanian saja”<br />
“Dan sekarang?” tanyaku penasaran.<br />
“Ternyata apa yg menjadi fantasiku, tdk ada apa apanya dibandingkan kenyataan barusan, jauh melebihi angan dan harapanku”<br />
<br />
Sambil berbincang, kurasakan sperma Iwan deras mengalir keluar tapi aku biarkan saja.<br />
<br />
“Sekarang aku tak perlu lagi memimpikan kehangatan kamu, kalau aku pingin bisa booking kapan saja, dan kita masih tetap berteman, itulah enaknya setelah ini” lanjutnya. cerita sex<br />
<br />
Margo datang tak lama kemudian, setelah aku membersihkan tubuhku, Iwan membuka pintu menyambut kakaknya, aku cuek saja telanjang di atas ranjang.<br />
<br />
“Sorry aku telat” sapanya sambil mencium pipiku.<br />
“Ah nggak apa kok” jawabku, malah kebetulan aku ada kesempatan bersama Iwan lebih lama, lanjutku dalam hati.<br />
<br />
Tanpa diminta lagi, Margo segera melepas pakaiannya hingga telanjang, terlihat kejantanannya yg setengah menegang, tampak kecil dan memanjang sungguh berbeda dengan adiknya.<br />
<br />
“Belum terlalu terlambat kan” tanyanya sembari menghampiri dan mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan pula, kali ini aku biasa saja melayani ciuman Margo, tak ada kecanggungan seperti saat pertama kali dulu.<br />
<br />
Tubuhnya langsung menindihku, kamipun berpelukan sambil berciuman bertautan lidah, seolah saling menumpahkan rasa rindu yg hebat. Bibir Margo dengan cepatnya menyusuri tubuhku, turun terus, tak dihiraukan puting buah dadaku, hanya sedikit jilatan lalu terus turun ke perut namun kembali lagi ke atas.<br />
<br />
Ketika bibirnya mencapai kedua putingku, kudorong kepalanya ke bawah, ke arah selangkangan. Aku mau merasakan jilatan Margo di memek, dia belum melakukannya, ingin kubandingkan kemahirannya dengan si adik.<br />
<br />
Ternyata permainan lidahnya tdk kalah hebat, bahkan lebih mahir dibandingkan adiknya, aku menggeliat kelojotan merasakan lidahnya menari nari dengan lincahnya diantara klitoris dan bibir memekku. Cukup lama kepalanya terjepit di antara kakiku, dan kalau tak segera kuhentikan bisa bisa aku mengalami orgasme hanya dengan permainan lidahnya, ini sungguh memalukan.<br />
<br />
Margo tersenyum penuh kemanangan ketika aku minta dia segera memasukkan k0ntolnya, namun bukannya segera memenuhi kemauanku, tapi malah telentang disampingku dan memintaku gantian mengulum kejantanannya.<br />
<br />
Aku yg sudah terbakar birahi terpaksa memenuhi keinginannya, ketika aku tengah jongkok diantar kakinya, Iwan yg sedari tadi duduk di sofa mengamati kami, sudah berada di sampingku, dia ikutan telentang di samping kakaknya dengan kejantanan yg sudah tegak menantang.<br />
<br />
Sembari mengulum k0ntol Margo, kuremas dan kukocok kejantanan adiknya, dua k0ntol yg berbeda bentuk dan ukuran berada dalam genggaman kekuasaanku. Meskipun menyolok perbedaannya, tapi keduanya seakan saling melengkapi, yg satu besar dan pendek sedangkan lainnya kecil tapi panjang, kalau digabungkan tentu akan menimbulkan kenikmatan tersendiri.<br />
<br />
Bergantian k0ntol kakak beradik itu mengisi dan mengocok mulutku, mereka mendesis nikmat bergairah, akupun melayani dengan tak kalah gairahnya, perbedaan yg menyolok itu semakin menambah sensasi dan erotika pada diriku, bisa dibayangkan betapa nikmatnya kalau k0ntol itu bergantian mengocok memekku, membayangkan saja aku sudah semakin terbakar nafsu.<br />
<br />
“Siapa duluan” tantangku setelah aku telentang diantara kedua bersaudara itu, sengaja kubuat suasana lebih liar meskipun aku tahu pasti bahwa sekarang giliran Margo.<br />
<br />
Kalau disuruh pilih, aku lebih suka Margo duluan supaya masih bisa merasakan “kebesaran” kejantanan adiknya setelahnya. Harapanku terkabul ketika Margo sudah berada di antara kakiku.<br />
<br />
“Jangan posisi gini dong, aku susah nih” kata Iwan lalu dia minta kami untuk ber-dogie.<br />
<br />
Iwan duduk di atasku saat kakaknya berada di belakang, k0ntolnya tepat berada di wajahku. Ketika kakaknya mulai mendorong masuk kejantanannya, masuk pula k0ntol adiknya di mulutku, dua k0ntol bersaudara yg berbeda itu mengisi kedua lubang kenikmatan tubuhku bersamaan dari arah yg berbeda. Dengan posisi seperti ini, aku lebih suka k0ntol Margo yg dimulut dan adiknya di memek, tapi itu tinggal tunggu waktu saja.<br />
<br />
Sodokan Margo dari belakang semakin lama semakin cepat dan keras, berkali kali k0ntol Iwan terpental dari mulutku saat kakaknya menghentak tubuhku. Cukup kewalahan aku menghadapi sodokan liar dari belakang sambil mengulum k0ntol gede yg ada digenggamanku, justru aku lebih banyak memainkan lidahku menyusuri sekujur daerah kejantanannya.<br />
<br />
“Bang gantian dong” pinta adiknya, meskipun mereka chinese, tapi Iwan lebih sering memanggil kakaknya hanya nama atau Abang, mungkin karena mereka Chinese Medan.<br />
“Sebentar lagi” balas kakaknya.<br />
<br />
Beberapa saat berlalu, Margo masih belum ada tanda memberi giliran pada adiknya, tak mau menunggu lebih lama lagi, Iwan bergeser ke bawah dan berlutut disamping kakaknya, menunggu giliran dan ternyata si kakak mengalah, dicabutnya k0ntolnya dan dia bergeser sedikit memberi ruang adiknya untuk menyetubuhiku dari belakang. Margo tetap berada disamping adiknya yg tengah mengocokku sambil mengelu elus punggungku.<br />
<br />
Beberapa menit berlalu, apa yg tdk kubayangkan sebelumnya terjadi, ternyata mereka bergantian mengocokku dari belakang. Beberapa menit Iwan mengocokku lalu diberikannya kesempatan berikutnya pada kakaknya, begitu sebaliknya.<br />
<br />
Aku yg mendapat kocokan berurutan dari dua k0ntol yg berbeda dan saling melengkapi, tak ayal lagi menggeliat dan menjerit histeris dalam nikmat yg tak terhingga, apa lagi saat pergantian yg begitu cepat, hanya dalam hitungan detik k0ntol yg mengisi dan mengocok memekku berganti, tentu saja otot memekku tak sempat berkontraksi menyesuaikan diri, tapi kedua k0ntol itu saling melengkapi, menggesek daerah yg tdk tersentuh lainnya, sungguh pengalaman baru bagiku.<br />
<br />
Desahan dan jeritan tak henti hentinya keluar dari mulutku, aku meracu dalam kenikmatan yg teramat sangat hingga tak dapat kubendung lagi ketika dorongan kuat dari dalam tubuhku menimbulkan denyutan denyutan hebat pada memek, akupun orgasme tak lama kemudian, tak lebih dari 15 menit setelah mereka mengocok bergantian. Jeritan histeris orgasmeku hanya ditanggapi dengan senyum kemenangan, mereka meneruskan kocokannya tanpa menurunkan tempo permainan, entah sudah berapa kali bergantian.<br />
<br />
“Kalau capek bilang aja, kita istirahat dulu” kata Iwan sambil mengocokku, tentu saja aku tak mau, disamping tak ingin kehilangan kenikmatan yg sangat hebat ini, akupun gengsi untuk mengakuinya.<br />
“Kalian memang kakak beradi gila” teriakku disela sela desahan.<br />
<br />
Setelah berlangsung beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini aku diatas memegang peranan, kuminta mereka berjejer telentang, segera kunaiki tubuh Margo. Sedetik setelah k0ntolnya melesak dalam memek, aku langsung bergoyang pinggul dengan cepatnya, kami sama sama mendesis, tangan Margo meremas remas buah dadaku dengan kerasnya.<br />
<br />
Tak lebih 3 menit saat Margo mulai mendaki menuju puncak kenikmatan, dengan gerakan spontan kucabut k0ntolnya dan langsung duduk di atas adiknya, tak kuhiraukan teriakan protes darinya.<br />
<br />
“Emang enaak” godaku sembari melakukan goyangan yg sama pada Iwan, dan hal yg sama pula kulakukan padanya untuk berpindah lagi ke kakaknya. Memang nikmat tapi bagiku lebih capek karena harus berpindah dari satu ke lainnya, tapi sensasinya mengalahkan segalanya.<br />
<br />
Setelah beberapa kali berpindah, Margo bangkit, berdiri dan menyodorkan k0ntolnya di mulutku disaat aku tengah mendaki puncak kenikmatan bersama adiknya.<br />
<br />
Inilah yg kutunggu sedari tadi, k0ntol gede di memek dan k0ntol panjang di mulut, keduanya mengocokku bersamaan. K0ntol gede yg tertanam di memek terasa agak menghalangi gerakanku tapi tak kuhiraukan, justru semakin nikmat rasanya, apalagi kocokan di mulut tak pernah berhenti sambil sesekali disapukan ke wajahku.<br />
<br />
Dengan posisi ini ternyata aku juga tak bisa bertahan lebih lama, kenikmatannya terlalu sayang untuk ditahan tahan, dan jebollah pertahananku untuk kedua kalinya. Kulepas k0ntol Margo dari genggamanku dan kutelungkupkan tubuhku di atas dada bidang Iwan, ingin kunikmati denyutan orgasmeku dalam dekapannya. Seiring dengan habisnya denyutan di memekku, habis pula tenagaku, akupun terkulai lemas telentang disamping Iwan.<br />
<br />
Tanpa memberiku istirahat, Margo sudah ambil posisi bersiap melanjutkan gilirannya, tak dipedulikan isyarat kelelahanku, k0ntolnya dengan mudah kembali mengisi relung relung memek yg habis berdenyut hebat, dengan sisa sisa tenaga yg ada, kucoba mengimbangi kocokannya yg langsung keras dan tak beraturan.<br />
<br />
Episode babak awal terulang lagi, bergantian kedua bersaudara itu mengocokku, akupun dengan cepatnya melambung setinggi awan kenikmatan, terlupakan sudah rasa capek yg menyelimutiku, rasanya ada tambahan energi yg timbul dari dalam didorong sensasi yg teramat hebat.<br />
<br />
Jerit dan desahku kembali terdengar dengan keras lepas, antara besar pendek dan kecil panjang berurutan mengisi dan keluar masuk memekku, tak ayal lagi orgasmeku pun datang dengan cepatnya, entah untuk keberapa kali aku tak bisa menghitungnya lagi, apalagi mereka tak mempedulikan teriakan teriakan kenikmatan orgasmeku.<br />
<br />
“Udah udah.. Istirahat dulu.. Ampun deh” desahku akhirnya harus mengakui kehebatan kedua bersaudara itu.<br />
<br />
Margo yg sedang mengocokku menghentikan kocokannya dan mencabut keluar, tapi adiknya tak mau melihat liang memek yg kosong, segera digantikannya posisi kakakknya. Margo bergeser ke atas, menyapukan k0ntolnya yg penuh lendir memek ke wajah sembari mengocok dengan tangannya. Tak lama kemudian, menyemburlah sperma mengenai wajah dan rambutku, dipaksakannya k0ntol yg sedang berdenyut itu masuk ke mulutku, rasanya tak ada dayaku untuk menolaknya setelah apa yg telah kudapatkan darinya, dan masuklah k0ntol dengan spermanya kedalam mulutku, sisa sisa sperma masih mengalir deras membasahi tenggorokanku, tertelan masuk.<br />
<br />
Iwan menghentikan gerakannya saat melihat bagaimana kakaknya mengeluarkan spermanya di wajah dan mulutku, namun dilanjutkan dengan sodokan yg semakin cepat. Tiba tiba dia menarik k0ntolnya dan segera mengangkangkan kakinya di atas mukaku, meniru kakaknya, disapukan k0ntol yg basah ke mukaku yg masih belepotan sperma Margo.<br />
<br />
Ketika kumasukkan k0ntol itu ke mulutku, langsung menyemprotkan sperma, tak ayal lagi hampir semua sperma yg disemprotkan tertelan ke masuk. Margo dan adiknya bersama sama menyapukan k0ntol mereka yg mulai melemas ke wajahku dengan senyum kemenangan.<br />
<br />
“Tak kusangka ternyata Lily yg kukenal selama ini begitu hebat di ranjang” komentar Iwan sambil menyapukan k0ntolnya.<br />
<br />
Aku diam saja sambil menjilati sisa sisa sperma yg masih ada di batang k0ntol mereka. Akhirnya kami bertiga terkulai lemas telentang berjejer di atas ranjang.<br />
<br />
Berkali kali Iwan memuji kehebatan permainan ranjangku dan berkali kali pula dia menyatakan ketakjuban dan kekagetannya melihat permainan yg aku suguhkan, hampir tak percaya dia melakukannya denganku, yg selama ini dianggap seorang yg cukup dewasa dan terkesan seperti orang rumahan, seperti dalam mimpi.<br />
<br />
Tak mungkin percaya kalau tak mengalaminya sendiri, Margo hanya mengiyakan celotehan adiknya yg Play Boy itu, seperti anak mendapat mainan baru yg hebat.<br />
<br />
Setelah beristirahat cukup lama, kami melakukannya lagi di sofa, hampir dengan pola permainan yg sama, bergantian berurutan, meski dengan posisi yg berbeda beda.<br />
<br />
Kami melakukan 2 babak lagi sebelum Margo pulang meninggalkan aku dan adiknya bermalam di hotel, aku sangat tak keberatan menemani Iwan hingga pagi dan kami memang menghabiskan sisa malam dengan segala nafsu birahi penuh gairah, seperti tdk bercinta dengan tamu melainkan dengan seorang pacar, apalagi postur tubuh Iwan yg memang menggugah naluri birahi wanita normal.<br />
<br />
Tak terhitung lagi babak demi babak yg kami lewati hingga kelelahan menjelang pagi bersamanya. Nafsu Iwan sangatlah besar, sepertinya tak mau membuang kesempatan yg datang sekali seumur hidup, tak pernah dibiarkan aku sedetik menganggur, selalu saja dia minta lagi dan lagi, kalau aku menolak dia yg melakukan oral pada memek, tentu saja gairahku segera timbul lagi untuk melayaninya.<br />
<br />
Keesokan harinya setelah menjalani 1 babak saat bangun tidur, kami check out, dia mengajakku mampir ke rumahnya di kawasan Darmo Satelit yg juga rumah Margo karena dia memang masih tinggal bersama kakaknya itu, sebenarnya aku agak segan ke rumahnya, rasanya nggak ada muka untuk ketemu Wenny tapi Iwan memaksaku dan berhasil meyakinkan kalau jam segini Wenny tdk ada dirumah.<br />
<br />
Ternyata Wenny menyambut kedatanganku, rupanya dia sedang di rumah sehabis dari salon, dengan sumringah wajah cantik nan ceria itu mempersilahkan aku masuk setelah kami berciuman pipi, padahal semalam pipi itu berlumur sperma suaminya dan juga adik iparnya.<br />
<br />
“Kudengar kalian bertiga semalam ada pesta di Sheraton, pestanya siapa sih?” tanyanya sambil lalu seraya membikinkan aku makan siang, dia tahu pasti aku menyukai Kwe Tiaw bikinannya.<br />
<br />
Margo datang tak lama kemudian ketika kami tengah makan bersama, diapun ikutan makan siang, berempat kami mengelilingi meja yg penuh masakan bikinan Wenny, pasti dia tak pernah menygka bahwa dua laki laki dirumahnya yg kini duduk dihadapannya telah meniduriku semalam, bersamaan malah.<br />
<br />
Sehabis makan, Margo dan Wenny kembali pergi lagi meninggalkan aku dan Iwan, sekali lagi kami melakukannya 1 babak di kamar Iwan sebelum dia mengantarku pulang.<br />
<br />
“Nanti aku transfer saja, bisnis is bisnis” kata Iwan sebelum meninggalkanku.<br />
<br />
Di kamar kos, aku ingin merenung tentang apa yg telah kuperbuat dengan kedua sobatku, tapi tak pernah terjadi renungan itu karena bookingan lain telah menunggu.<br />
<br />
Itulah kedekatanku dengan keluarga Margo, suatu persahabatan yg diawali ketulusan tapi kini telah ternoda oleh bisnisku, aku merasa bersalah setiap kali melihat wajah innocent Wenny yg cantik. Tapi itu bukan salahku, tapi salah suami dan adik iparnya, aku toh hanya seorang call girl yg bersedia diajak ke ranjang oleh siapa saja yg bisa membayarku, hibur hatiku setiap kali perasaan bersalah menggelayut dihatiku. Dan prinsip itu semakin menyeretku semakin dalam ke pusaran persahabatan yg ternoda.<br />
<br />
Tak terhitung lagi aku “berbisnis” dengan Margo maupun Iwan ataupun keduanya, bahkan Iwan dengan bangganya memperkenalkanku pada teman temannya, tentu saja menambah jaringan tamu langgananku.<br />
<br />
Tak dapat kuhindari kalau kemudian Iwan seperti ketagihan akan pelayananku, terutama dia sangat menyukai saat mengeluarkan spermanya di mulut dan wajahku, paling tdk seminggu sekali dia mem-booking-ku.<br />
<br />
Hingga saat aku tinggal di Jakarta kini, kami sering berhubungan lewat telepon, terutama dengan Wenny, seakan dia tdk pernah tahu apa yg telah kuperbuat dengan kedua laki lakinya. Entahlah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-55606654517743908382016-07-06T16:26:00.000+07:002016-07-06T16:26:56.783+07:00Cerita Sex Cika Pembantu Gemesin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgauvlbHaR4nzc2j3px6M96c-3oojbW3cPhHk-6XlcG5W0qf6v2dIZFECo5nH9L8sUh-ECWoUg4H3ATeZgP0cfqTsE3jH5LGcVn_2Fox1MUPsrZxarMap_f8S3LS0haiksEgPM0GjZp_5YM/s1600/images+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Cika Pembantu Gemesin" border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgauvlbHaR4nzc2j3px6M96c-3oojbW3cPhHk-6XlcG5W0qf6v2dIZFECo5nH9L8sUh-ECWoUg4H3ATeZgP0cfqTsE3jH5LGcVn_2Fox1MUPsrZxarMap_f8S3LS0haiksEgPM0GjZp_5YM/s400/images+%25285%2529.jpg" title="Cerita Sex Cika Pembantu Gemesin" width="400" /></a><br /></div>
<h2>
Cerita Sex Cika Pembantu Gemesin</h2>
<br />
Seperti hari biasanya istriku selalu berangkat pagi jika mau ke kantor, sedangkan aku masih santai di kamar karena pekerjaan tidak diharuskan untuk berangkat pagi yang penting pekerjaan kantor sudah selesai, dengan masih rasa ngantuk aku mendengar ucapan istriku bahwa dia mau pamitan berangkat kerja.<br />
<br />
Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar. Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Cika, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-aku-jadi-pelampiasan-nafsu.html"><b>Cerita Sex Aku Jadi Pelampiasan Nafsu Tante</b></a><br />
<br />
Cika ini baru berumur 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya.<br />
<br />
Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Cika pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all.<br />
<br />
Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia. Dengan masih pura-pura tidur, aku ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi.<br />
<br />
Dengan sedikit mengintip, Cika berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras. Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya.<br />
<br />
Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum.<br />
<br />
Kulihat Cika masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami. Sejenak terlintas untuk membuat Cika lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia.<br />
<br />
Sambil aku perhatikan Cika yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar. Cika pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah.<br />
<br />
Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya.<br />
<br />
Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Cika.<br />
<br />
Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan.<br />
<br />
Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya. Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak.<br />
<br />
Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku.<br />
<br />
Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.<br />
<br />
Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat.<br />
<br />
Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya. Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya.<br />
<br />
Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku.<br />
<br />
Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.<br />
<br />
Lalu kuminta Cika kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih.<br />
<br />
Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan. Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang.<br />
<br />
Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Cika dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya.<br />
<br />
Beberapa saat nampaknya kesadaran Cika bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Cika sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.<br />
<br />
Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku.<br />
<br />
Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari-jariku.<br />
<br />
Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Cika mengalami orgasme yang pertama<br />
<br />
Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Cika membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku.<br />
<br />
Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum. Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya.<br />
<br />
Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Cika menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.<br />
<br />
Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Cika bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Cika, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit.<br />
<br />
Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Cika menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Cika agak rileks.<br />
<br />
Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan.<br />
<br />
Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Cika belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut. Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi.<br />
<br />
Aku tanyakan pada Cika, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Cika mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Cika semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Cika memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Cika adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat.<br />
<br />
Dengan muka sedikit malu, Cika tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan. Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil.<br />
<br />
Cika ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Cika datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-85057447727915356002016-07-05T11:27:00.005+07:002016-07-05T11:29:57.173+07:00Cerita Sex Aku Jadi Pelampiasan Nafsu Tante<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIWqgFLCacwhdCuSiWxNixE3QXH3dUUeGRVJms3nPB2hidsYYE7Gouj7E6OzWFwTjw-CUvmSRVCoGGdY4OXQ09wqC4X1sOIhShzyLGjdvPBQO-599O9ajrGojxJ3nC75GMJHsgSNAQ9dCv/s1600/tumblr_ny0vt4m3z21ubr2rmo1_500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIWqgFLCacwhdCuSiWxNixE3QXH3dUUeGRVJms3nPB2hidsYYE7Gouj7E6OzWFwTjw-CUvmSRVCoGGdY4OXQ09wqC4X1sOIhShzyLGjdvPBQO-599O9ajrGojxJ3nC75GMJHsgSNAQ9dCv/s400/tumblr_ny0vt4m3z21ubr2rmo1_500.jpg" width="400" /></a></div>
<h2 style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: BebasNeueRegular, arial, Georgia, serif; font-size: 28px; font-weight: normal; list-style: none; margin: 0px 0px 10px; outline: none; padding: 0px; text-align: center;">
<span itemprop="name" style="border: 0px none; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">Cerita Sex Aku Jadi Pelampiasan Nafsu Tante</span></h2>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;"><br />Kejadian cerita sex terbru ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu sudah mau ngerasain yg enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yg namanya Tante Agustina (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga aw</span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">et muda bikin aku bergetar.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Agustina ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Agustina inilah yg bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yg cepet-cepet).<br /></span><br />
Baca juga :<br />
- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-belum-orgasme.html">Cerita Sex Belum Orgasme</a></b><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;"><br />Biasanya Tante Agustina kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yg bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Agustina ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Cerita Ngentot | Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yg pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Agustina ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Agustina malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yg satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yg namanya paha sama celana dalem tuh Tante.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Agustina pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yg serem-serem, pas waktu itu Tante Agustina mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Agustina di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Lalu Tante Agustina menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Agustina, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Agustinan ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Agustina sambil mulai berjongkok.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yg berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Agustina kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Agustina boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Heh kenapa kamu Ran kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Pasti kamu lagi mikir yg enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Kamu mau liat Ran? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah memeknya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yg namanya memek. Tante Agustina membiarkanku memegang-megang memeknya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah yah Ran nanti enggak enak sama ibu-ibu yg lain dikirain kita ngapain lagi”.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Iyah Tante”, jawabku.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Lalu Tante Agustina menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yg lain.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Agustina, kamu mau kan tolong jagain si Ranu nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yg mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Iya deh Kak aku jagain si Ranu tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Agustina berdua saja di villa, Tante Agustina baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Kamu sakit apa sih Ran? kok lemes gitu?” tanya Tante Agustina sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yg di rasa” kataku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yg sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Kepala yg mana Ran atas apa yg bawah?” kelakar Tante Agustina padaku. Aku pun bingung, “Memangya kepala yg bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Itu tuh yg itu yg kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Agustina sambil memegang si kecilku.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ah Tante bisa saja” kataku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Agustina, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Ranu saja yg ngelap, kan malu sama Tante”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Agustina sambil menurunkan celanaku dan CDku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Lalu di genggamnya batang k0ntolku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga k0ntolku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayg karena baru pertama kali merasakan yg seperti ini.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang memek Tante Agustina yg masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Agustina hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Aku bingung campur heran melihat k0ntolku dikulum dalam mulut Tante Agustina karena Tante Agustina tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas memek Tante Agustina yg kurasakan berdenyut-denyut.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustinapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Agustina, Tante Agustina pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan memek Tante Agustina berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Agustina lembab dan agak basah.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enak kan Ran, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Ran?”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak Tante”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tanpa kusadari tanganku masih memegang memek Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante boleh enggak Ranu megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Agustina. Tante Agustina pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Agustina basah entah kenapa.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante kencing yah?” tanyaku.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Enggak ini namanya Tante nafsu Ran sampai-sampai celana dalam Tante basah”.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Dilepaskannya pula celana dalam Tante Agustina dan mengelap memeknya dengan handukku. Lalu Tante Agustina duduk di sampingku</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang memek Tante Agustina dengan tangan yg agak gemetar, Tante Agustina hanya ketawa kecil.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Agustina. Dia mulai memegang k0ntolku lagi, “Ran Tante mau itu nih”.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Mau apa Tante?”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tapi Ranu enggak bisa Tante caranya”</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah, kamu diam saja biar Tante yg ajarin kamu yah” kata Tante Agustina padaku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Mulailah tangannya mengelus k0ntolku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus memek Tante Agustina yg di tumbuhi bulu halus.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran jilatin donk punya Tante yah” katanya.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante Ranu enggak bisa, nanti muntah lagi”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Coba saja Ran”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Agustina di atas dan tanpa pikir panjang Tante Agustina pun mulai mengulum k0ntolku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Achh.. hgghhghh.. Tante”</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium memek Tante Agustina tdk berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya memek Tante Agustina seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati memek Tante Agustina sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Agustina dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina pun masih asyik mengulum k0ntolku yg masih layu kemudian Tante Agustina menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yg penuh nafsu dan menderu.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Kamu tahu enggak mandi kucing Ran” kata Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Agustina pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan k0ntolku pun mulai bereaksi mengeras. </span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yg begitu dahsyat. Tante Agustina pun langsung menjilati k0ntolku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Kulihat payudara Tante Agustina mengeras, Tante Agustina menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok k0ntolku, tanganku pun meremas payudara Tante Agustina. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati memek Tante Agustina, langsung Tante Agustina kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati memek Tante Agustina seperti menjilati es krim.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Ran enak banget terus Ran, yg itu isep jilatin Ran” kata Tante Agustina sambil menunjuk sesuatu yg menonjol di atas bibir memeknya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yg keluar dari memek Tante Agustina tanpa sengaja tertelan olehku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran masukin donk Tante enggak tahan nih”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante gimana caranya?”</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas k0ntolku dan langsung menancapkannya ke dalam memeknya. Tante Agustina naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Agustina pun mengejang hebat.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yg hangat mengalir dari dalam memek Tante Agustina. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan memek Tante Agustina mungurut-urut k0ntolku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Agustina sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Agustina tdk mencabut k0ntolku dan membiarkanya di dalam memeknya.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Agustina padaku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Agustinapun langsung mengocok k0ntolku dengan memeknya dengan posisi yg seperti tadi.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yg seperti tadi lagi.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Tante Ranu kayanya mau kencing niih”</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Tante Agustina pun langsung bangun dan mengulum k0ntolku yg masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yg ke 2 kalinya dan seperti yg pertama Tante Agustina pun menelannya dan menghisap ujung kepala k0ntolku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yg alang kepalang.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Agustina menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Agustina yg hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Agustina, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Agustina di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Agustina. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Agustina, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore. cerita sex</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Ran kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Kamu kasih makan apa Ni, si Ranu sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Agustina.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Agustina yg semobil denganku. Mami yg menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Agustina bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Agustina. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Agustina sudah dikarunia 2 orang anak yg cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Agustina ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Agustina.</span><br />
<br style="background-color: white; color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;" />
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Agustina bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yg lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Agustina yg nasibnya sama seperti Tante Agustina, mempunyai suami yg ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-18541973235206776932016-07-04T18:41:00.000+07:002016-07-04T18:44:19.936+07:00Cerita Sex Belum Orgasme<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdHP_2QUgHL-EhU3S7TYcHJWJ_P5ySt4I22hVEj4To5fZYz-tN_4fp6X-sUmnaUrof0SscCNeZ41u3Q8dSUcD6sBn9iyldB20hxoZbUwH1YAAOwilpDb7lx1YLoCq6ItEkwn9nT_OjX2l/s1600/cewek-seksi-239x3001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Belum Orgasme" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdHP_2QUgHL-EhU3S7TYcHJWJ_P5ySt4I22hVEj4To5fZYz-tN_4fp6X-sUmnaUrof0SscCNeZ41u3Q8dSUcD6sBn9iyldB20hxoZbUwH1YAAOwilpDb7lx1YLoCq6ItEkwn9nT_OjX2l/s400/cewek-seksi-239x3001.jpg" title="Cerita Sex Belum Orgasme" width="318" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Belum Orgasme</h2>
<br />
Entah suatu kebetulan atau bukan, saat bekerja di salah satu perusahaan swasta, aku bertemu kembali dengan Venny, yang bekerja di perusahaan rekanan perusahaan kami. Kami bertemu waktu ada penandatanganan kerjasama antara perusahaannya dengan perusahaan tempatku bekerja. Kami pun kembali akrab setelah tidak bertemu sepuluh tahun. Ia masih tetap cantik<br />
<br />
seperti dulu. Dari ceritanya, aku dapatkan informasi bahwa ia memperoleh master di bidang marketing. Selain itu, sama sepertiku, ia telah tiga tahun menikah, suaminya orang Jawa Timur, tetapi mereka belum dikaruniai anak; sedangkan aku ketika itu masih lajang. Usai kerja, kami suka pulang bareng, sebab rumahnya searah denganku. Kadang-kadang jika ia dijemput suaminya, aku ikut numpang mobil mereka.<br />
<br />
Baca juga :<br />
<b>- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-dewasa-bermain-janda-liar.html">Cerita Sex Dewasa Bermain Janda Liar</a></b><br />
<br />
Aku tak pernah terpikir kalau temanku Venny memiliki suatu rahasia yang suaminya sendiri pun tak pernah tahu. Suatu ketik – kuingat waktu itu hari kamis – aku ikut pulang di mobil mereka, kudengar Venny berkata pada suaminya,<br />
<br />
“Pa, lusa aku ulang tahun yang ke-28, kan? Aku akan minta hadiah istimewa darimu. Boleh kan?”<br />
<br />
Sambil menyetir, suaminya menjawab, “Ok, hadiah apa rupanya yang kau minta, sayang?”<br />
<br />
“Hmmm, akan kusebutkan nanti malam waktu kita ….” sambil tersenyum dan mengerlingkan mata penuh arti.<br />
<br />
Suaminya bergumam, “Beginilah istriku. Kalau ada maunya, harus dituruti. Kalau tidak kesampaian, bisa pecah perang Irak.” Kemudian tak berapa lama, ia melanjutkan, “Gimana Gus, waktu SMU dulu, apa gitu juga gayanya?”<br />
<br />
Kujawab, “Yah, begitulah dia. Waktu jadi aku ketua dan dia sekretaris OSIS, dia terus yang berkuasa, walaupun program kerja aku yang nyusun.”<br />
<br />
“Idiiiih, jahat lu Gus, buka kartu!” teriak Venny sambil mencubit lenganku pelan.<br />
<br />
Suaminya dan aku tertawa. Sambil kuraba bekas cubitannya yang agak pedas, tetapi memiliki nuansa romantis, kubayangkan betapa bahagianya suaminya beristrikan Venny yang cantik, pintar dan pandai bergaul.<br />
<br />
Aku kemudian turun di jalan depan kompleks perumahan mereka dan melanjutkan naik angkot ke arah rumahku yang letaknya tinggal 3 km lagi.<br />
<br />
Aku sudah lupa akan percakapan di mobil mereka itu, ketika malam minggu, aku cuma duduk-duduk di rumah sambil menonton acara televisi yang tidak menarik, tiba-tiba kudengar dering telepon.<br />
<br />
“Gus, kau ada acara? Venny dan aku sedang merayakan ulang tahunnya. Datanglah ke rumah kami. Dia sudah marah-marah, sebab baru tadi aku bilang mau undang kau makan bersama kami. Ok, jangan lama-lama ya?” suara Arga, suami Venny terdengar.<br />
<br />
“Wah, kebetulan Mas, aku sedang bete nich di rumah. Aku datang sekitar 20 menit lagi ya?” jawabku.<br />
<br />
“Baiklah, kami tunggu,” katanya sambil meletakkan gagang telepon.<br />
<br />
Aku bersiap-siap mengenakan baju hem yang agak pantas, kupikir tak enak juga hanya pakai kaos. Sepeda motor kukeluarkan dan segera menuju rumah Arga dan Venny.<br />
<br />
Setibanya di sana, kuketuk pintu. Venny membuka pintu. Kulihat gaunnya begitu indah membalut tubuhnya. Potongan gaunnya di bagian dada agak rendah, sehingga menampakkan belahan payudaranya yang sejak SMU dulu kukagumi, sebab pernah kulihat keindahannya tanpa sengaja waktu ia berganti baju saat olah raga dulu. Kusalami dia sambil berkata, “Selamat ulang tahun, ya An! Panjang umur, murah rejeki, cepat dapat momongan, rukun terus dalam rumah tangga”<br />
<br />
Tanpa kuduga, tanganku disambut dengan hangatnya sambil diberikannya pipinya mencium pipiku. Yang lebih tak terduga, pinggiran bibirnya – entah disengaja atau tidak – menyentuh tepi bibirku juga. “Trims ya Gus,” katanya. Aku masuk dan mendapati Arga sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.<br />
<br />
Arga dan Venny mengajakku makan malam bersama. Cukup mewah makan malam tersebut, sebab kulihat makanan restoran yang dipesan mereka. Ditambah makanan penutup berupa puding dan beragam buah-buahan membuatku amat kenyang.<br />
<br />
Usai makan buah-buahan, Arga ke ruang bar mini dekat kamar tidur mereka dan mengambil sebotol champagne. “Wah, apa lagi nich?” tanyaku dalam hati.<br />
<br />
“Ayo Gus, kita bersulang demi Venny yang kita cintai,” kata suaminya, sambil memberikan gelas kepadaku dan menuangkan minuman keras tersebut. Kami bertiga minum sambil bercerita dan tertawa. Usai makan, kami berdua kembali ke ruang tamu, sedangkan Venny membereskan meja makan.<br />
<br />
Arga dan aku asyik menonton acara televisi, ketika kulihat dengan ekor mataku, Venny mendatangi kami berdua. “Mas, ganti acaranya dong, aku mau nonton film aja! Bosen acara TV gitu-gitu terus,” rajuknya kepada suaminya.<br />
<br />
Arga menuju bufet tempat kepingan audio video dan sambil berkata padaku, ia mengganti acara televisi dengan film, “Nah, gitulah istriku tersayang, Gus. Kalau lagi ada maunya, jangan sampai tidak dituruti.”<br />
<br />
Kami tertawa sambil duduk bertiga. Aku agak kaget waktu menyaksikan, ternyata film yang diputar Arga adalah film dewasa alias blue film. “Pernah nonton film begini, Gus? Jangan bohong, pria seperti kita jaman SMP saja sudah baca Playboy dulu, bukan?”<br />
<br />
“He .. he .. he .. nonton sich jangan ditanya lagi, Mas. Udah sering. Prakteknya yang belum,” tukasku sambil meringis. Agak risih juga nonton bertiga Venny dan suaminya, sebab biasanya aku nonton sendirian atau bersama-sama teman pria.<br />
<br />
“Venny kemarin minta kita nonton BF bertiga. Katanya demi persahabatan,” ujar suaminya.<br />
<br />
“Ya Gus, bosen sich, cuma nonton berdua. Sekali-sekali variasi, boleh kan?” kata Venny menyambung ucapan suaminya dan duduk semakin rapat ke suaminya.<br />
<br />
Kami bertiga nonton adegan film. Mula-mula seorang perempuan Asia main dengan pria bule. Lalu pria Asia dengan seorang perempuan Amerika Latin dan seorang perempuan bule. Wah, luar biasa, batinku sambil melirik Venny yang mulai duduk gelisah.<br />
<br />
Kulihat suami Venny sesekali mencium bibir Venny dan tangannya yang semula memeluk bahu Venny, mulai turun meraba-raba tepi payudara Venny dari luar bajunya. Cerita ketiga semakin panas, sebab pemainnya adalah seorang perempuan Asia yang cantik dan bertubuh indah dan dua orang pria, yang satu Amerika Latin dan yang satunya lagi bule.<br />
<br />
Si perempuan diciumi bibir lalu payudaranya oleh si pria bule, sedang si pria Amerika Latin membuka perlahan-lahan rok dan celana dalam si perempuan sambil menciumi lutut dan pahanya. Kedua pria tersebut menelentangkan si perempuan di sofa, yang satu menciumi dan meremas payudaranya, sedang yang lain menciumi celah-celah paha.<br />
<br />
Adegan itu dilakukan secara bergantian dan akhirnya si pria bule menempatkan penisnya ke klitoris si perempuan hingga si perempuan merintih-rintih. Rintihannya makin menjadi-jadi sewaktu penis tersebut mulai memasuki vaginanya; di bagian atas, payudaranya diremas dan diciumi serta disedot si pria Amerika Latin.<br />
<br />
Si perempuan kemudian memegang pinggang si pria Amerika Latin dan mencari penisnya untuk diciumi dan dimasukkan ke dalam mulutnya. Si pria memberikan penisnya sambil terus meremas payudara si perempuan. Begitulah, penis yang satu masuk keluar vaginanya, sedang penis yang lain masuk keluar mulutnya.<br />
<br />
Aku merasakan penisku menegang di balik celana dan sesekali kuperbaiki dudukku sebab agak malu juga pada Venny yang melirik ke arah risleting celanaku. Aku merasa horny, tetapi apa daya, aku hanya penonton, sedangkan Venny dan Arga, entah apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kukerling Arga dan Venny yang sudah terpengaruh oleh film tersebut.<br />
<br />
Gaun Venny semakin turun dan payudaranya sudah semakin tampak. Benar-benar indah payudaranya, apalagi saat kulihat yang sebelah kiri dengan putingnya yang hitam kecoklatan, sudah menyembul keluar akibat jamahan tangan suaminya.<br />
<br />
Desahan Venny bercampur dengan suara si perempuan Asia di film yang kami saksikan. Mereka berdua tampak tidak peduli lagi dengan kehadiranku. Aku lama-lama segan juga, tetapi mau pamit kayaknya tidak etis.<br />
<br />
Kuluman bibir Arga semakin turun ke leher Venny dan berlabuh di dada sebelah kiri. Bibirnya melumat puting sebelah kiri sambil tangan kanannya meremas-remas payudara kanan Venny. Gaun Venny hampir terbuka lebar di bagian dada.<br />
<br />
Tiba-tiba Venny bangkit berdiri dan menuju dapur. Ia kemudian keluar dan membawa nampan berisi tiga gelas red wine. Ia sodorkan kepada kami berdua dan kembali ke dapur mengembalikan nampan.<br />
<br />
Aku dan suaminya minum red wine ketika kurasakan dari arah belakangku Venny menunduk dan mencium bibirku tiba-tiba, “Mmmmfff, ahhh, An, jangan!” kataku sambil menolakkan wajahnya dengan memegang kedua pipinya.<br />
<br />
Venny justru semakin merapatkan wajah dan tubuhnya dari arah atas tubuhku. Lidahnya masuk dengan lincahnya ke dalam mulutku sedangkan bibirnya menutup rapat bibirku, payudaranya kurasakan menekan belakang kepalaku.<br />
<br />
Aku masih mencoba melawan dan merasa malu diperlakukan demikian di depan suaminya. Rasa segan bercampur nafsu yang menggelora membuat wajahku semakin memanas, terlebih atas permainan bibir dan lidah Venny serta payudara yang ditekankan semakin kuat.<br />
<br />
Kudengar suara suaminya, “Tak usah malu, Gus. Nikmati saja. Ini bagian dari permintaan spesial Venny kemarin. Kali ini ia tidak minta kado yang lain, tapi kehadiranmu.”<br />
<br />
Aku berhasil melepaskan diri dari serangan Venny dan sambil terengah-engah kukatakan, “An, tolong … jangan perlakukan aku seperti tadi. Aku malu. Arga, aku minta maaf, aku mau pulang saja.” Aku bergegas menuju pintu.<br />
<br />
Tapi tiba-tiba Venny menyusulku sambil memeluk pinggangku dari belakang. Sambil menangis ia berkata, “Gus, maafkan aku. Aku tidak mau kau pulang sekarang. Ayolah, kembali bersama kami.” Ia menarik tanganku duduk kembali.<br />
<br />
Aku terduduk sambil menatap lantai, tak berani melihat wajah mereka berdua. Di seberangku, Arga dan Venny duduk berjejer. Arga berkata,<br />
<br />
“Gus, tolonglah kami. Ini permintaan khusus Venny. Sebagai sahabat lamanya, kuharap kau tidak keberatan. Sekali lagi aku minta maaf. Kami sudah konsultasi dan berobat ke dokter agar Venny hamil. Ternyata bibitku tidak mampu membuahinya.<br />
<br />
Padahal kami saling mencintai, aku amat mencintainya, dia juga begitu terhadapku. Kami tidak mau cerai hanya oleh karena aku tidak bisa menghamilinya. Kami tidak mau mengangkat anak. Setelah kami bicara hati ke hati, kami sepakat meminta bantuanmu agar ia dapat hamil. Kami mau agar anak yang ada di dalam rumah tangga kami berasal dari rahimnya, walaupun bukan dari bibitku. Aku senang jika kau mau menolong kami.”<br />
<br />
Aku tidak menjawab. Kucoba menatap mereka bergantian.<br />
<br />
Kemudian Venny menambahkan kalimat suaminya, “Aku tahu ini berat buatmu. Jika aku bisa hamil olehmu, anak itu akan menjadi anak kami. Kami minta kerelaanmu,Gus. Demi persahabatan kita. Please!” katanya memohon dengan wajah mengiba dan kulihat airmatanya menetes di pipinya.<br />
<br />
“Tapi, bagaimana dengan perasaan suamimu, An? Kau tidak apa-apa Dick?” tanyaku sambil menatap wajah mereka bergantian.<br />
<br />
Keduanya menggelengkan kepala dan hampir serempak menjawab, “Tidak apa-apa.”<br />
<br />
“Aku pernah cerita pada suamiku, bahwa dulu kau pernah punya hati padaku, tapi kutolak karena tidak mau diganggu urusan cinta,” papar Venny lagi.<br />
<br />
“Ya Gus, Venny sudah ceritakan persahabatan kalian dulu. Aku dengar darinya, kau bukan orang yang suka jajan dan sejak dulu kau tidak nakal terhadap perempuan. Kami yakin kau bersih, tidak punya penyakit kelamin. Makanya kami sepakat menentukan dirimu sebagai ayah dari anak kami,” tambah suaminya. “Bagaimana Gus, kau setuju? Kau rela? Tolonglah kami ya!” pintanya mengiba.<br />
<br />
Aku tidak menjawab. Hatiku tergetar. Tak menduga ada permintaan gila semacam ini dari sepasang suami istri yang salah satunya adalah sahabatku dulu. Namun di hati kecilku timbul keinginan untuk menolong mereka, meskipun di sisi lain hatiku, merasakan getar-getar cinta lama yang pernah timbul terhadap Venny.<br />
<br />
“Gus, kau mau kan?” tanya Venny sambil berjalan ke arahku.<br />
<br />
“Baiklah, asal kalian tidak menyesal dan jangan salahkan jika aku jadi benar-benar suka pada Venny nanti,” jawabku tanpa berani menatap muka mereka.<br />
<br />
“Tak apa, Gus. Aku tak keberatan berbagi Venny denganmu. Aku tahu kau dulu tulus mencintai dia, pasti kau takkan menyakiti dia. Sama seperti aku, tak berniat menyakiti dirinya,” kata Arga lagi.<br />
<br />
Venny lalu duduk di lengan kursi yang kududuki sambil memegang daguku dan menengadahkan wajahku hingga wajah kami bersentuhan dan dengan lembut ia mencium kedua kelopak mataku, turun ke hidung, pipi dan akhirnya bibirku ia kecup lembut.<br />
<br />
Berbeda dengan ciumannya tadi, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, sehingga kubalas lembut ciumannya. Aku hanyut dalam ciuman yang memabukkan. Sekelebat kulihat Arga mengamati kami sambil mengelus-elus risleting celananya.<br />
<br />
Venny mengajakku duduk ke sofa panjang, tempat Arga berada. Kini ia diapit olehku dan suaminya di sebelah kanannya. Kami berdua terus berciuman. Adegan di video kulirik sekilas, suasana semakin panas sebab si perempuan Asia sudah disetubuhi oleh dua pria sekaligus, yang satu berada di bawah tubuhnya dengan penis menancap dalam vaginanya, sedangkan penis yang satu lagi memasuki analnya.<br />
<br />
Kedua penis tersebut masuk keluar secara berirama menambah keras rintihan dan jeritan nikmat si perempuan. Kami bertiga terpengaruh oleh tayangan demikian, sambil melihat film tersebut, aku terus menciumi wajah, bibir dan leher Venny, sementara suaminya sudah membuka gaun Venny, turun hingga sebatas pinggulnya hingga terpampanglah kini kedua payudaranya yang sintal.<br />
<br />
Desahan Venny semakin liar ketika lidahku menggelitiki lehernya yang jenjang dan suaminya berganti memagut bibirnya. Bibir dan lidahku semakin turun menuju celah-celah payudaranya. Tangan kiriku meremas payudara kanannya sambil bibirku melumat puting payudara kirinya. Ia mengerang semakin kuat, ketika tangan kiriku turun ke pinggulnya dan mengelus-elus pinggul dan pinggangnya.<br />
<br />
Ciumanku semakin turun ke perutnya dan berhenti di pusarnya. Lama menciumi dan menggelitiki pusarnya, membuatnya makin menggeliat tak menentu. Suaminya kulihat berdiri dan membuka seluruh pakaiannya.<br />
<br />
Arga kini dalam keadaan bugil dan memberikan penisnya untuk digelomoh Venny. Dengan bernafsu, Venny mencium kepala penis suaminya, batangnya dan akhirnya memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya.<br />
<br />
Tangan kanannya memegang batang penis suaminya sambil bibir dan lidahnya terus melakukan aksinya. Kulihat penis suaminya agak panjang, lebih panjang dari punyaku, maklum suaminya lebih tinggi daripada aku, cocoklah Venny mendapat suami tinggi sebab tingginya 167 Cm, sama denganku.<br />
<br />
Sambil terus memesrai penis suaminya, Venny mengangkat sedikit pantat dan pinggulnya seakan-akan memberikan kesempatan buatku melepaskan gaunnya sama sekali. Secara alamiah, kedua tanganku bergerak menurunkan gaunnya hingga ke lantai, sehingga tubuh Venny hanya tinggal ditutupi selembar kain segitiga di bagian bawahnya. Tangan kiri Venny bergerak cepat melepaskan celana dalamnya. Kini ia benar-benar telanjang, sama seperti suaminya. Venny duduk kembali sambil menelan penis suaminya, hingga pangkalnya. Ia sudah benar-benar dalam keadaan puncak birahi.<br />
<br />
Aku mengambil posisi berlutut di celah-celah paha Venny. Kuamati sela-sela paha Venny. Vaginanya dihiasi rambut yang tipis, tapi teratur. Agaknya ia rajin merawat vaginanya, sebab rambut itu dicukur pada bagian labia, sehingga memperlihatkan belahan yang indah dengan klitoris yang tak kalah menariknya. Kuarahkan jari-jariku memegang klitorisnya. “Auuwww, aaahhh, enak Gus … terusin dong ….” Desisnya sambil menggeliatkan pinggulnya dengan indah.<br />
<br />
Aku tidak menjawab, tetapi malah mendekatkan wajahku ke pahanya dan lidahku kujulurkan ke klitorisnya. “Ooooohhhh, nikmatnyaaaaa …..” desahnya sambil mempercepat gerakan mulutnya terhadap penis Arga.<br />
<br />
Kuciumi klitorisnya sambil sesekali melakuan gerakan menyedot. Klitorisnya sudah tegang sebesar biji kacang hijau. Indah sekali bentuknya, apalagi ketika kukuakkan labianya bagian atas klitorisnya. Kedua labianya kupegang dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar lalu dengan lembut kujulurkan lidahku menusuk ke dalam vaginanya.<br />
<br />
“Aaaaaahhhhhh …. Gusssss …. kau pintar banget!” rintihannya semakin meninggi. Aku melakukan gerakan mencium, menjilat, menusuk, menyedot secara bergantian, bahkan tak urung kuisap klitoris dan kedua labianya secara bergantian, hingga erangan dan rintihannya semakin keras. Cairan vaginanya mengalir semakin banyak. Kusedot dan kumasukkan ke dalam mulutku.<br />
<br />
Gurih rasanya. Kedua tangannya kini memegang belakang kepalaku dan menekankannya kuat-kuat ke pahanya sambil menggeliat-geliat seksi. Semakin lama gerakannya semakin kuat dan dengan suatu hentakan dahsyat, ia menekan dalam-dalam vaginanya ke wajahku.<br />
<br />
Agaknya ia sudah orgasme. Kurasakan aliran air menyembur dari dalam vaginanya. Rupa-rupanya cairan vaginanya bercampur dengan air seninya. Anehnya, aku tidak merasa jijik, bahkan kuisap seluruhnya dengan buas. Ia menolakkan kepalaku, mungkin merasa jengah karena kuisap seluruh cairannya, tanpa mau menyisakan sedikit pun.<br />
<br />
Aku tidak mengikuti perlakuannya, tapi terus menekan wajahku menjilati seluruh cairannya yang menetes dan mengalir ke pahanya.<br />
<br />
Aku masih bersimpuh di celah-celah paha Venny, ketika ia mendekatkan wajahnya mencium bibirku. “Makasih ya Gus, kamu pintar banget bikin aku puas!”<br />
<br />
Kulihat Arga terpengaruh atas orgasme istrinya, ia berdiri dan berkata, “Ayo sayang, aku belum dapet nih!”<br />
<br />
“Aaahh, aku masih capek, tapi ya dech. Aku di bawah ya,” sambutnya sambil menelentangkan tubuh di sofa panjang tersebut. Suaminya mengambil posisi di sela-sela paha Venny dan menggesek-gesekkan penisnya ke klitoris Venny. Venny kembali naik birahi atas perlakuan Arga. Makin lama Arga memasukkan penisnya semakin dalam ke dalam vagina Venny.<br />
<br />
Venny membalas dengan membuka lebar-lebar pahanya. Kedua kakinya dipentang dan dipegang oleh kedua tangan suaminya. Venny lalu mengisyaratkan aku mendekatinya. Aku jalan mendekati wajahnya. Ia lalu membuka celana panjangku hingga melorot ke lantai.<br />
<br />
Celana dalamku pun dibukainya dengan ganas dan kedua tangannya memegang penisku. Sambil menyentuh penisku, perlahan-lahan ia dekatkan wajahnya ke arah pahaku dan menjilat kepala penisku.<br />
<br />
“Ahhh, ssshhh, Ann …. Nikmatnyaaaa,” desahku sambil membuka bajuku. Kini kami bertiga benar-benar seperti bayi, telanjang bulat. Anehnya, aku tidak merasa malu seperti mula-mula. Adegan yang hanya kulihat dulu di blue film, kini benar-benar kualami dan kupraktekkan sendiri. Gila! Tapi akal sehatku sudah dikalahkan. Entah oleh rasa suka pada Venny atau karena hasrat liarku yang terpendam selama ini.<br />
<br />
Venny semakin liar bergerak menikmati tusukan penis suaminya sambil melumat penisku. Kedua tanganku tidak mau tinggal diam dan meremas-remas kedua payudara Venny dengan putingnya yang semakin mencuat bagaikan stupa candi.<br />
<br />
Hunjaman penis suaminya kulihat semakin hebat sebab Venny semakin kuat menciumi dan menjilati bahkan menelan penisku hingga masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Kurasakan kepala penisku menekan ujung tenggorokannya, tapi Venny tidak peduli, air ludahnya menetes di sela-sela bibirnya yang tak kenal lelah menelan penisku.<br />
<br />
Bahkan ketika seluruh penisku ia telan, lidahnya mengait-ngait lubang kencingku, rasanya agak panas, tapi geli bercampur nikmat. Aku ikut merintih tanpa kusadari. Kini desahan dan erangan kami bertiga sudah melampaui adegan di film yang sudah tak kami hiraukan lagi.<br />
<br />
Sekilas sempat kulihat adegan di video memperlihatkan pergantian adegan dari adegan si perempuan Asia berjongkok di atas pinggang si pria Amerika Latin memasuk-keluarkan penisnya sambil menggelomoh penis si pria bule.<br />
<br />
Kemudian si pria bule menempatkan diri di belakang si perempuan dan memasukkan penisnya ke dalam anal si perempuan sambil kedua tangannya meremas payudara si perempuan. Dari bahwa, si pria Amerika Latin menciumi bibir si perempuan.<br />
<br />
Rintihan si perempuan bertambah kuat sewaktu kedua pria tersebut mengeroyok vagina dan analnya dengan hebat. Erangannya berganti dengan jeritan nikmat ketika kedua pria itu semakin kuat menghentakkan penis mereka dalam-dalam.<br />
<br />
Terpengaruh oleh adegan tersebut, Arga menancapkan penisnya sedalam-dalamnya ke vagina istrinya. Tangan kiri Venny mengelus-elus klitorisnya sendiri dengan kencang, sedang penis suaminya masuk keluar semakin cepat. Penisku disedot kuat-kuat oleh Venny dan gigitan gemasnya kurasakan pada batang penisku. Remasanku makin kuat di payudara Venny sambil sesekali kuciumi bibirnya.<br />
<br />
“Ahhh, aku hampir sampai, An … Aaahhh vaginamu enak benar!” rintih Arga.<br />
<br />
“Sabar sayang, aku juga hampir dapat. Sama-sama ya? Oooohhhh, akkhhh … enak benar tusukan ******mu. Ayo sayang, yang dalam ….. aaauhhggghhhhh …. Ooouukhhhhh,” rintih Venny semakin tinggi hingga tiba-tiba ia menjerit.<br />
<br />
Jeritan Venny membahana memenuhi ruangan bagaikan raungan serigala, ketika dengan hebatnya penis suaminya menghunjam dengan cepat dan berhenti saat orgasmenya pun menjelang. Kedua pahanya menjepit pinggul suaminya sedang mulutnya menelan penisku hingga ujungnya kurasakan menekan tekak tenggorokannya. Kuperhatikan tubuh Venny yang indah bergetar-getar beberapa saat, apalagi di bagian pahanya.<br />
<br />
Suaminya menghempaskan tubuh di atas tubuh Venny, sementara kedua tangan Venny memeluk tubuh suaminya. Aku melepaskan diri dari Venny dan mengambil tempat duduk sambil mengamati mereka berpelukan sambil bertindihan.<br />
<br />
Kulihat adegan film hampir habis. Berarti kami bertiga main satu setengah jam, sebab tayangan film tadi kulihat berdurasi dua jam, sedangkan waktu kami bercakap-cakap bertiga tadi, permainan film baru berlangsung setengah jam. “Luar biasa daya tahan Venny,” pikirku.<br />
<br />
Kudengar Venny berkata dari balik himpitan tubuh suaminya, “Ntar giliranmu ya Gus. Kasihan kamu belum apa-apa, padahal aku dan suamiku sudah dapat!”<br />
<br />
“Nggak apa-apa An. Santai aja. Aku kan cuma pelengkap penderita,” candaku.<br />
<br />
“Jangan gitu dong say,” Venny menolakkan tubuh suaminya dan berdiri lalu mendekatiku. “Kamu kan orang penting, makanya kamu yang kami minta menemani saat istimewaku malam ini.” Ia cium bibirku lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke leherku.<br />
<br />
“Mas, kita main di kamar aja yuk, biar lebih enak,” pinta Venny pada suaminya.<br />
<br />
Suaminya hanya mengangguk dan mematikan video lalu bergerak mengikuti istrinya ke arah kamar mereka. Aku masih duduk. Venny berhenti melangkah dan mengajakku, “Ayo dong Gus, kita di kamar aja, di sini kurang leluasa.” Aku berdiri dan mengikuti mereka.<br />
<br />
Kamar tidur mereka cukup luas, kira-kira 5 X 6 meter. Ranjang yang terletak di tepi salah satu sisi ruangan berukuran besar. Hawa sejuk AC menerpa ketika kami bertiga bagaikan anak-anak kecil, bertelanjang badan, beriringan masuk kamar.<br />
<br />
Venny langsung merebahkan tubuhnya di tengah ranjang. Suaminya mengikuti sambil melabuhkan ciuman. Aku masih berdiri memandangi mereka, ketika tangan Venny mengisyaratkanku agar mendekati mereka.<br />
<br />
Aku mengikuti ajakannya dan duduk di sisi lain tubuhnya sambil mengelus-elus lengan dan perutnya. Tangan Venny menarik pergelangan tanganku agar mengelus dan meremas payudaranya. Tanganku mulai beroperasi di bagian dadanya dan memainkan putingnya yang kembali mengeras akibat sentuhan jari-jariku.<br />
<br />
Kupilin-pilin putingnya dengan lembut dan kudekatkan mukaku ke dadanya. Lidahku kujulurkan menjilati puting payudaranya. Lama kugelitik putingnya, setelah itu kumasukkan putingnya ke dalam mulutku sambil melakukan gerakan menyedot.<br />
<br />
Saking gemasnya, kusedot juga payudaranya yang tidak begitu besar, tetapi masih kenyal karena belum pernah menyusui bayi.<br />
<br />
“Ooogghh, ya, yahh, gitu Gus, enak tuch …. ” desisnya sambil menyambut ciuman suaminya. Kedua payudaranya kuremas sambil terus mengisap, memilin, menyedot putingnya dengan gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas, hingga Venny menggeliat-geliat dilanda birahi.<br />
<br />
Kuteruskan penjelajahan bibirku ke arah perutnya dan turun ke rambut-rambut halus di atas celah pahanya yang putih. Kembali lidahku bermain di klitorisnya dan celah-celah vaginanya yang mulai basah lagi. Ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang harum.<br />
<br />
Ciumanku semakin buas turun ke celah-celah antara vagina dan analnya. Ketika mendekati analnya, lidahku kuruncingkan dan kugunakan mengait-ngait celah-celah analnya.<br />
<br />
“Owww, apa yang kau lakukan Gus? Koq enak banget sich?” jeritnya sambil menaikkan pinggulnya akibat perlakuan lidahku pada analnya.<br />
<br />
“Tenang sayang, nikmati saja,” kataku sambil menciumi analnya dengan bibirku dan menggunakan jari telunjuk kananku untuk memasuki analnya. “Sssshhh, aaahhhh, terusin Gus! Yahhhh enakkkkk,” desahnya.<br />
<br />
Arga sudah menciumi payudara Venny dalam posisi terbalik, di mana dadanya diberikan untuk diraba dan diciumi oleh istrinya juga. Mereka berdua mendesah, tetapi kupastikan yang paling dilanda hasrat menggelora adalah Venny, sebab bagian bawah tubuhnya kuciumi habis-habisan, hingga semakin becek vaginanya akibat bibir dan lidahku yang tak berhenti melakukan aksinya.<br />
<br />
“Sudah, sudah Gus. Ayo, sekarang giliran kamu!” tangan Venny menarik rambutku perlahan agar menghentikan aksiku pada vagina dan analnya. Lalu ia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar sehingga menampakkan vaginanya yang merona merah jambu dengan sangat indahnya.<br />
<br />
Rambut-rambut halus di atas klitoris dan vaginanya memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan. Tubuh Venny benar-benar bagaikan pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa.<br />
<br />
“Ayo sayang, jangan ragu-ragu membagikan cintamu padaku,” rayu Venny sambil terus menciumi dada suaminya yang ada di atas tubuhnya, sedang dadanya masih berada dalam kuluman Arga, suaminya.<br />
<br />
Aku berlutut di antara kedua pahanya dan penisku kutaruh pelan-pelan menyentuh klitorisnya. Ia menggelinjang-gelinjang antara geli dan nikmat. “Ooouggghh, jangan siksa aku dong, masukkan sayangggg!” erangnya.<br />
<br />
Aku tidak mengikuti permintaannya, melainkan terus memainkan penisku menggesek klitorisnya hingga kurasakan semakin tegang ditekan oleh kepala penisku. Dengan tangan kananku, kupegang pangkal penisku dan kusentuhkan juga ke labia vaginanya bergantian, kiri dan kanan, lalu sesekali mengusap celah-celah vaginanya dengan kepala penis dari arah klitorisnya ke bawah.<br />
<br />
“Ssshhh, ooohhhh, enak banget sayang …. Ayo dong, aku nggak tahan nichhh …. Masukin ******mu Gussss ……” Venny memohon.<br />
<br />
Tak tahan mendengar permintaannya, kujejalkan kepala penis ke celah-celah vaginanya, tapi tidak semuanya kumasukkan. Tangan kananku masih kupakai untuk menggerakkan penisku merangsek masuk dan menjelajahi dinding-dinding vaginanya, kanan dan kiri.<br />
<br />
Ia menaik-turunkan pinggulnya menyambut masuknya penisku. “Ohhhh, nikmaatttt …..” desisnya. Suaminya memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berlutut di sebelah kanan kepala Venny dan memberikan penisnya untuk dikulum isterinya.<br />
<br />
Dengan lembut kumasukkan penisku makin dalam, perlahan-lahan hingga penisku masuk sebatas pangkalnya. “Aaaahhh …… ” erang Venny lagi. Kedua tangan Venny menarik tubuhku menindih badannya. Ia melakukan hal itu sambil tetap mengulum penis suaminya.<br />
<br />
Gerakanku menaikturunkan tubuh di atas Venny berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang kuselingi dengan gerakan cepat dan dalam. Berulang-ulang Venny merintih,<br />
<br />
“Gila Gus, enak banget ******mu! Oooouugghhhh … yahh …. aaahhh … sedappppp!” Pinggulnya sesekali naik menyambut masuknya penisku. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak menentu<br />
<br />
Gerakanku makin cepat dan kuat. Desahannya makin kuat mengarah pada jeritan. Dengan beberapa kali hentakan, kubuat Venny bergetar semakin tinggi menggapai puncak kenikmatan. “Gusss, terusin ….. Aaaahhhh, aku dapet lagi, oooouuggghhh!” ia menggeram sambil mengangkat pinggulnya menyambut tekanan penisku yang kuhunjamkan dalam-dalam ke vaginanya.<br />
<br />
Jari-jari tangannya memeluk punggungku dengan erat, bahkan cengkeraman kukunya begitu kuat, terasa sakit menghunjam kulitku, tetapi perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa. Kurasakan guyuran cairan kenikmatannya membasahi penisku sedemikian rupa dan dinding vaginanya berkejat-kejat memijat batang penisku, hingga tak kuasa kubendung luapan spermaku memasuki rongga vaginanya.<br />
<br />
“Venny!!!! Ogggghhh, enak banget, sayang!” desahku sambil memeluk erat-erat tubuhnya dan menciumi bibirnya rapat-rapat. Venny menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke bagian bawah.<br />
<br />
Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku dengan kuatnya dan jepitan vaginanya seolah-olah ingin mematahkan batang penisku. Dinding vaginanya masih berdenyut-denyut memilin penisku. Tak terkatakan nikmatnya.<br />
<br />
Suaminya tahu diri dan menarik tubuh menyaksikan permainan kami berdua. Lama kami berpelukan dalam posisi berdekapan. Ia tidak mau melepaskan tubuhku. Denyutan vaginanya masih terus terasa memijat-mijat batang penisku, hingga perasaanku begitu nyaman dan damai dalam pelukannya.<br />
<br />
Beberapa kali ingin kutarik tubuhku, tapi ia tidak mengijinkan tubuhku meninggalkan tubuhnya. Ia hanya membolehkan tubuhku miring ke kanan, hingga ia pun miring ke kiri. Dengan masih berpelukan dalam keadaan miring, mulutnya masih terus menciumi mulutku. Bibir kami berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku menggapai langit-langit mulutku.<br />
<br />
Kulakukan hal yang sama bergantian dengannya. Beberapa saat kemudian kurasakan cairan kenikmatan kami mengalir di sela-sela pahaku, juga kuperhatikan menetesi pahanya. Penisku mengecil setelah melakukan tugasnya dengan baik.<br />
<br />
Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya. Suaminya menempatkan diri berbaring di sebelah kanannya. Venny kini diapit oleh dua pria. Aku menatap langit-langit kamar mereka sambil merenung, betapa gilanya kami bertiga melakukan ini. Aku tak tahu apa yang ada di benak mereka berdua.<br />
<br />
Elusan jari-jari Venny di tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat permainan perempuan ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria sekaligus. Ia mencium bibir suaminya sambil berbisik.<br />
<br />
“Mas Arga, makasih ya atas hadiah ulang tahunnya!” Lalu ia juga mencium bibirku, menatap dengan mata berkaca-kaca dan berkata, “Gus, trims buat kadomu. Kami benar-benar berterima kasih padamu.” Aku tak menjawab, merasa bodoh, tetapi haru menyambut ciumannya disertai tetesan air yang turun ke pipinya. Aku mengusap air matanya sambil memagut bibirnya lembut.<br />
<br />
Lama kami melakukan hal itu dan kembali berbaring. Venny bangun dan mengambil handuk kecil untuk melap vaginanya yang basah oleh cairan kami berdua. Lalu ia kembali berbaring di antara suaminya dan aku.<br />
<br />
Suaminya membelai-belai payudara Venny dan memberi tanda agar Venny menaiki tubuhnya. Rupanya suaminya minta dilayani lagi. Venny lalu menempatkan diri di atas tubuh suaminya. Mula-mula ia berjongkok di atas pinggang suaminya dan memasukkan penis suaminya dengan dibantu oleh tangan kanannya. Setelah penis tersebut masuk, perlahan-lahan ia menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Suaminya menyambut gerakan Venny sambil meremas-remas payudaranya.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian Venny merebahkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Gerakan mereka makin kuat. Sesekali pantat suaminya terangkat ke atas, sedang Venny menurunkan tubuhnya dan menekan kuat-kuat hingga penis suaminya menancap dalam-dalam.<br />
<br />
Aku beringsut menuju bagian bawah tubuh mereka dan memperhatikan bagaimana penis suaminya masuk keluar vagina Venny. Kudengar suara suaminya, “Ann, analmu kan nganggur tuch. Gimana kalau dimasuki penis Agus seperti yang pernah kulakukan?”<br />
<br />
Kudengar suara Venny, “Ya Mas, aku baru mau usul begitu. Tahu nich, kalian berdua begitu pandai memuaskan aku. Ayo Gus, tusuk analku dong!” pintanya memohon.<br />
<br />
Aku heran juga atas kelakuan suami istri ini, tetapi kupikir mungkin karena Venny pernah di luar negeri, hal-hal begini tidak aneh lagi buatnya. Bagiku memang pengalaman baru. Main dengan perempuan beberapa kali pernah kulakukan, tapi main bertiga begini apalagi mengeroyok vagina dan anal sekaligus, ini benar-benar pengalaman luar biasa bagiku.<br />
<br />
Kuamati kemaluan kedua suami istri itu. Perlahan-lahan kuelus-elus vagina Venny yang basah oleh cairannya. Jari-jariku kemudian mengarah ke analnya. Dengan cairan vaginanya kubasahi lubang analnya. Telunjuk jari kananku kumasukkan pelan-pelan ke dalam analnya. “Yaaah gitu Gus, enak tuch…. Lebih dalam lagi!!! Ayoooo!!!!” desahnya dengan suara yang serak-serak basah karena dilanda nafsu.<br />
<br />
Jariku masuk makin dalam ke analnya membuat gerakan tubuhnya semakin tak menentu. Dengan vaginanya dirojok penis suaminya dan jariku memasuki analnya, Venny berkayuh menuju pulau kenikmatan. “Gusss, jangan cuman jarimu dong, sayang! Sekarang masukin penismu ….. Ayooo dong!!!” pintanya.<br />
<br />
Kedua paha Venny berada di bagian luar paha suaminya, membuka lebar-lebar celah vaginanya bagi masuknya penis suaminya. Kutempatkan kedua pahaku menjepit paha Venny. Kepala penis kubalur dengan air ludahku dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam anal Venny.<br />
<br />
Mula-mula agak susah, sebab sempit, tetapi mungkin karena mereka sudah pernah melakukan hal itu, tak terlalu masalah bagi penisku untuk melakukan eksplorasi ke dalam analnya. “Sssshhhh, ohhhh enak banget Gusssss! Terusin yang lebih dalam sayang!” rintihnya.<br />
<br />
Aku bergerak makin leluasa memasuk-keluarkan penisku ke dalam analnya. Sedang dari bawah, penis suaminya masuk keluar vaginanya. Venny berada di antara tubuh suaminya dan aku, melayani kami berdua sekaligus mengayuh biduk kenikmatan tak terperikan.<br />
<br />
Gerakan suaminya makin kuat, mungkin tak lama lagi ia akan orgasme. Venny pun semakin liar menggerakkan pinggul dan pinggangnya, apalagi dari bawah, suaminya menyusu pada payudaranya secara bergantian.<br />
<br />
Jeritan Venny yang begitu kuat seperti tadi kembali memenuhi ruangan kamar itu. Namun agaknya tak masalah bagi mereka, sebab rumah mereka begitu besar dan dengan konstruksi yang begitu bagus, suara rintihan dan jeritan kami dari dalam kamar tersebut takkan terdengar keluar.<br />
<br />
Kedua tangan Venny memeluk tubuh suaminya erat-erat sambil menekan tubuhnya kuat-kuat hingga kupastikan penis suaminya telah masuk sampai pangkalnya, sedangkan penisku kugerakkan berirama ke dalam analnya.<br />
<br />
“Gus, lagi Gus, yang kuat!!” pinta Venny. Kedua pundak Venny kupegang kuat sambil menghentakkan penis sedalam-dalamnya ke dalam analnya. Aneh, kupikir ia akan kesakitan diserang demikian rupa pada analnya, ternyata sebaliknya, ia malah merasakan kenikmatan luar biasa menyertai kenikmatan hunjaman penis suaminya.<br />
<br />
Kami bertiga secara cepat melakukan gerakan menekan. Suaminya dari bawah, Venny di atasnya menekan ke bawah, aku dari atas tubuh Venny menekan dalam-dalam penisku ke dalam anal Venny.<br />
<br />
“Massss, oooouggghhhh Gussss…. aku dapet lagi! Ouuuggghhhhhhhhhhhh ……… sssshhhhhh ……. akkkkhhhhh,” jerit Venny. Kurasakan betapa jepitan analnya begitu kuat, sama seperti vaginanya tadi, menjepit penisku.<br />
<br />
Denyut kenikmatan kurasakan begitu hebat. Tak berapa lama, Venny memintaku melepaskan diri dari suaminya. Ia lalu berlutut tepat di depanku. Semula aku tak mengerti maksudnya.<br />
<br />
Kuelus-elus punggung, pinggul dan payudaranya dari belakang tubuhnya. Tangan kanannya ia mencari penisku dan mengarahkan penisku ke analnya lagi. “Wah, masih mau lagi dia?” kataku dalam hati. Penisku kembali memasuki analnya dalam posisi kami berdua berlutut. Lalu ia mengisyaratkan aku merebahkan tubuh ke belakang.<br />
<br />
Aku turuti permintaannya dan dengan penis tetap berada di dalam analnya, aku berbaring terlentang sedang Venny kini ada di atasku dalam posisi sama-sama terlentang. Ia mengambil inisiatif bergerak menaik turunkan tubuhnya hingga penisku masuk keluar dengan bebasnya ke dalam analnya.<br />
<br />
Dari atas sana kuamati suaminya bangkit mendekati kami berdua dan kembali mengarahkan penisnya ke vagina Venny. Kini gantian aku yang berada di bawah, Venny di tengah, dan suaminya di atas Venny.<br />
<br />
Desahan, rintihan dan jeritan kami silih-berganti dan kadang-kadang bersamaan keluar dari bibir kami bertiga. Tanganku kumainkan meremas-remas payudara Venny dari bawah. Beberapa saat kemudian, di bawah sana, suaminya berteriak, “Ayo sayang, aku mau keluar nih!!!!”<br />
<br />
“Tunggu sayang,” kata Venny, dan tiba-tiba ia bangkit hingga penisku terlepas dari analnya. Dengan cepat ia tolakkan tubuh suaminya, hingga jatuh terbaring, lalu ia berlutut di antara paha suaminya dan menggenggam penis suaminya sambil memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya.<br />
<br />
Cairan sperma suaminya muncrat mengenai wajah dan mulut Venny, tetapi ia tidak jijik menjilati cairan yang keluar itu. Kuperhatikan ulah Venny terhadap penis suaminya. Penisku masih tegang menanti giliran berikut.<br />
<br />
Venny menoleh ke arahku sambil berkata, “Gus, masih mau lagi, kan? Ayo, sayang!” Ia kemudian menungging di depan tubuhku sambil terus menjilati penis suaminya yang semakin lemas. Kutempatkan tubuh di belakang Venny lalu kumasukkan kembali penis ke dalam analnya.<br />
<br />
“Gus, ganti-gantian dong masukin penismu, jangan hanya analku. Bergantian memekku juga sayang!” katanya. “Wah, hebat benar Venny, masih juga ada permintaannya yang begini rupa?” pikirku.<br />
<br />
Kucabut penisku dari analnya dan kumasukkan ke dalam vaginanya yang merah merekah. Cairannya masih banyak tapi penisku tetap dijepit kuat sewaktu memasuki vaginanya. Usai memasukkan penis ke vaginanya dalam 2-3 kali hunjaman, kucabut lagi dan ganti analnya kutusuk 2-3 kali.<br />
<br />
Begitu seterusnya, hingga kudengar kembali ia menjerit pertanda akan orgasme lagi. “Aaaaggghhh, nikmatnyaaahhhhh …….. Gussss!!!! Ooooogggghhhh ……..” Jepitan vaginanya begitu luar biasa saat jeritannya terdengar, hingga tak bisa lagi kutahan aliran spermaku kembali memasuki kepala penisku dan keluar tanpa tedeng aling-aling.<br />
<br />
“Aaaahhh, Annn ….. nikmat sekali sayang!” erangku sambil memeluk tubuhnya dari belakang dan meremas-remas kedua payudaranya. Tubuhku masih menghimpit tubuhnya dari belakang, sedangkan Venny masih terus menciumi dan menjilati penis suaminya. Tak bosan-bosannya ia melakukan itu. Benar-benar pemain seks yang hebat!<br />
<br />
Kami bertiga berbaring lunglai dalam keadaan telanjang di ranjang berukuran king size itu. Sprey ranjang sudah kusut dan di sana-sini lelehan cairan kenikmatan kami bertiga bertebaran. Aku benar-benar lelah dan ngantuk hingga tertidur. Lewat tengah malam, kurasakan jilatan lidah pada penisku. Dengan mata berat, kutoleh ke bawah, kulihat Venny sudah menciumi dan menjilati penisku kembali. Di sebelahku suaminya tertidur nyenyak.<br />
<br />
Penisku yang lemas, kembali tegang karena perlakuan lidah dan mulut Venny. Melihat keadaan itu, Venny senang dan mengajakku main lagi. Venny menempatkan pinggulnya di tepi ranjang, kedua kakinya berjuntai ke bawah hingga terpampanglah belahan vaginanya yang merekah. Entah sudah berapa kali tusukan suaminya dan aku telah dialami vagina ini, tetapi seakan tak kenal lelah dan memiki kemampuan tempur yang dahsyat.<br />
<br />
Sambil menempatkan diri di depannya, penisku kuarahkan kembali memasuki vaginanya. Venny yang berbaring kembali merintih saat penis kumainkan di klitoris dan vaginanya. Geliat pinggulnya begitu erotis menyambut hunjaman penisku.<br />
<br />
Gerakan kami berdua semakin cepat, hingga akhirnya tubuhku ia tarik kuat-kuat menjatuhi tubuhnya. Penisku masuk sedalam-dalamnya menikmati remasan dinding vaginanya. Aku belum dapat lagi, sehingga penisku masih tetap tegang.<br />
<br />
Kami berdua masih berpelukan dalam posisi tersebut. Venny berbisik di telingaku, “Gus, lihat nggak tadi. Suamiku bisa main beberapa ronde, padahal biasanya satu ronde saja ia sudah menyerah. Mungkin karena ada teman mainnya, jadi semangat dia.”<br />
<br />
Aku tidak menjawab. Ia melanjutkan, “Ngomong-ngomong penismu koq kuat banget sih, main beberapa ronde, koq kuat betul? Kau suka minum obat kuat ya? Atau kau sudah pengalaman main sama perempuan nich?” desaknya.<br />
<br />
“Ah, aku bisa kuat gini kan karena Venny. Abis kamu dulu tolak cintaku sih,” jawabku.<br />
<br />
“Tapi sekarang kamu bisa menikmati tubuhku juga walau aku sudah bersuami, kan?” rajuknya.<br />
<br />
“Iya, tapi bagaimanapun Arga masih suami kamu? Kamu bukan nyonya Agus, kan?” balasku.<br />
<br />
“Sudahlah, yang penting hatiku dan tubuhku bisa kau miliki juga di samping suamiku,” katanya menutup pembicaraan kami, sambil menciumi bibirku lagi. Aku terdiam dan bangkit berdiri. “Mau ke mana, Gus?” tanyanya melihatku berjalan keluar kamar.<br />
<br />
“Aku mau duduk di luar dulu,” kataku sambil melangkah keluar. Aku memungut celana dalamku dan duduk di ruang tempat kami nonton video tadi. Beberapa saat kemudian kulihat Venny menyusulku, masih dalam keadaan telanjang. Ia duduk di sebelahku. “Ada apa, Gus? Kamu tersinggung atas kata-kataku tadi?” tanyanya.<br />
<br />
“Nggak An. Aku cuma tak habis pikir, koq bisa-bisanya aku melakukan hal ini pada kamu yang sudah bersuami dan suamimu mengijinkan,” kataku sambil menatap wajahnya.<br />
<br />
“Gus, hidup ini memang penuh misteri,” katanya berfilsafat. “Yang penting, kita menjalaninya dengan tenang dan damai; bahkan kamu dapat pahala dengan memberikan kebahagiaan buatku dan suamiku.” “Atau kamu nyesel atas kejadian ini,” desaknya sambil membelai wajahku.<br />
<br />
“Tidak sayang, aku tidak menyesal. Yang kupikirkan bagaimana jika aku tak mampu melepaskan diri darimu sebab dulu pernah mencintaimu,” kataku sambil menciumi rambutnya.<br />
<br />
Venny merebahkan kepalanya di pangkuanku dan jari-jarinya bermain lembut di pahaku, bisiknya “Aku hanya menjalani hidup ini Gus. Suamiku tahu kalau aku benar-benar ingin punya anak, tapi ia tidak bisa menghamiliku.<br />
<br />
Kami sudah lama membicarakan dirimu dan menimbang segalanya. Aku, kelak kau menikah dengan gadis baik, yang bisa memberikanmu kebahagiaan seutuhnya.” Jari-jarinya terus menelusuri setiap inci pahaku hingga kurasakan penisku kembali menegang.<br />
<br />
“An, aku mau tanya satu hal. Kuharap kau tidak tersinggung,” kataku. “Koq kau begitu ahli main, sampai main anal segala?” tanyaku.<br />
<br />
“Oh itu. Kamu tidak usah curiga. Jenuh menunggu anak tidak kunjung ada, kami berdua suka mencoba-coba berbagai posisi. Tadinya sih atas anjuran dokter, mana tahu bisa jadi. Lama-lama setelah suamiku mau periksa ke dokter, baru ketahuan kalau bibitnya lemah, sehingga tak bisa membuahi rahimku. Tapi kami sudah telanjur suka posisi macem-macem. Begitulah ceritanya Gus!”<br />
<br />
Aku tidak menanggapi kalimatnya dengan kata-kata, tetapi mengangkat dagunya dan mencium bibirnya. Ciuman membara yang kembali terjadi di antara kami membuat kami berdua kembali hanyut dalam gelora asmara.<br />
<br />
Jari-jarinya bermain di dadaku sedangkan jari-jariku membelai tubuhnya. Ia berlutut ia antara pahaku dan kembali mencium dan menjilati penisku sehingga mencapai ketegangan puncak. “Gimana Gus, kamu mau main lagi kan?” tanyanya sambil memandang wajahku. “Ya sayang, tapi kamu tidak capek?” “Nggak Gus, demi kamu, aku mau lagi,” jawabnya.<br />
<br />
Venny berbaring di sofa panjang dan ketika aku akan menindihnya dari atas ia melarangku. “Kenapa, An?” tanyaku tak mengerti. “Ntar dulu, kita coba posisi ini. Kau pasti suka deh!” katanya. Ia turun dari sofa ke karpet di bawah, lalu ia tarik kedua kakinya ke arah kepalanya, kedua tangannya menahan belakang lututnya hingga kembali vaginanya terpampang lebar-lebar menantikan kedatangan penisku.<br />
<br />
Aku memasukkan penis ke dalam vaginanya sambil menikmati posisi tersebut. Sambil memasuk-keluarkan penisku ke dalam vaginanya, kuamati Venny semakin menarik bagian bawah tubuhnya ke atas sedemikian rupa hingga pinggulnya agak terangkat.<br />
<br />
Aku mulai paham maksudnya. Dengan posisi berlutut, aku memasukkan penisku ke vaginanya. Hunjaman penis agak berat kurasa dengan posisi itu, tetapi nikmatnya tak terkatakan.<br />
<br />
Beberapa saat kami mempertahankan posisi itu, lalu ia berkata, “Gus, pegang tanganku.” Kutarik kedua tangannya dan tubuhnya melekat erat di tubuhku hingga payudaranya begitu terasa kenyal menghimpit dadaku.<br />
<br />
“Gus, kamu kuat nggak jika berdiri sekarang?” bisiknya pelan di telingaku. Aku tidak menjawab, tapi berusaha berdiri sambil menapakkan kedua tanganku di belakang tubuh. Akhirnya kami berdua berdiri dengan posisi saling menempel.<br />
<br />
Tiba-tiba kedua kakinya ia angkat tinggi dan memeluk kedua pahaku. Untungnya tubuh Venny langsing, sehingga aku kuat dibebani oleh tubuhnya dengan cara demikian. Sambil memeluk leherku erat-erat, ia menaik-turunkan tubuhnya hingga vaginanya turun naik di atas penisku. Kupegang erat kedua bongkah pantatnya sambil menghunjamkan penis ke dalam vaginanya.<br />
<br />
“Gus, jalan yuk,” bisiknya lagi. Aku menurut saja kata-katanya. Kulangkahkan kaki selangkah demi selangkah mengitari ruangan itu sambil menikmati naik-turunnya tubuh Venny menghunjam penisku. Baru kuingat, inilah yang disebut dalam Kamasutra sebagai posisi monyet menggendong anaknya. Kami melakukan hal itu agak lama dan kemudian ia berkata, “Gus, aku udah mau dapet lagi. Turunkan aku dong!”<br />
<br />
Kuturunkan tubuhnya dan ia mengambil posisi berlutut menghadap sofa sambil memintaku memasuki tubuhnya dari belakang. Kuarahkan penis ke vaginanya lalu memaju-mundurkan tubuhku sambil meremas-remas kedua payudaranya dari belakang.<br />
<br />
Erangan Venny semakin kuat ketika hunjaman penisku semakin cepat masuk-keluar vaginanya. Aku tidak ingat sudah berapa lama kami melakukan itu, ketika tiba-tiba kurasakan dinding vaginanya kembali berdenyut-denyut tanda akan orgasme lagi.<br />
<br />
“Guuuussss …. Aaaauuuukhhhhhh nikmatnya sayanggggg!!!” jeritnya sambil menghempaskan pantatnya kuat-kuat ke arah pahaku. Cairan vaginanya begitu banyak kurasakan, “Ann, koq banyak banget cairanmu?” tanyaku heran.<br />
<br />
Masih dengan napas tersengal-sengal, ia menjawab, “Gus, akh, eeeh….. aku kadang-kadang bisa orgasme sambil keluar pipis. Kalau benar-benar horny, itu yang kualami. Dengan Arga kejadian begini amat jarang, tapi denganmu koq bisa begitu mudah kurasakan? ”<br />
<br />
“Maaf ya Gus, jadi becek gini,” katanya. “Kamu jadi nggak bisa orgasme dengan beceknya memekku. Pake analku lagi dech,” katanya.<br />
<br />
Kutempatkan tubuhnya di sofa dan kuangkat kedua kakinya ke atas sambil mengarahkan penis ke analnya yang basah akibat tetesan cairannya. Kepala penisku masuk sedikit demi sedikit. Kumasukkan hingga leher penisku. Pada tahap itu, kukeluarkan lagi penisku.<br />
<br />
Demikian seterusnya masuk keluar. Ia merengek, “Gus, masukkan lebih dalam dong! Jangan siksa aku, aku jadi mau dapat lagi nih karena kepandaian kamu main!” Kutekan penisku masuk keluar makin dalam ke analnya, sementara kedua tanganku menahan kedua kakinya yang terpentang lebar-lebar.<br />
<br />
Jari-jari tangan kanannya menampar-nampar labia vaginanya dan sesekali memilin-milin klitorisnya, sedangkan tangan kirinya meremas-remas kedua payudaranya bergantian. “Kasihan juga perempuan ini, andaikan suaminya bangun, ia sudah bisa membantu meremas payudara dan menyentuh vaginanya,” pikirku.<br />
<br />
Kami berdua semakin cepat melakukan gerakan, geliat pinggulnya begitu seksi ketika hunjaman penisku semakin cepat ke dalam analnya. Dengan suatu sentakan kuat, kumasuki liang analnya sedalam-dalamnya dan kunikmati denyutan analnya yang begitu kuat hingga kurasakan seakan-akan spermaku tertahan akibat jepitan hebatnya.<br />
<br />
Aku merasa tersiksa atas keadaan itu, dan dengan cepat kucabut penisku tanpa menghiraukan protesnya, “Ada apa, Gus? Keluarin aja di situ!” Cairan spermaku hampir saja muncrat di luar tubuhnya, karena aku sudah mencapai puncak kenikmatan.<br />
<br />
Kulihat vaginanya masih membuka lebar, kupentang kedua pahanya dan kembali penis kubenamkan dalam-dalam memasuki rongga vaginanya. Denyutan vaginanya masih terasa begitu kencang tetapi karena begitu banyak cairannya, jepitannya tak sekencang analnya. Sambil mengerang kuhunjamkan penisku sedalam-dalamnya.<br />
<br />
“Guuusss, gila kamuuuuu ….. enak banget sihhhhhh?” jeritnya sambil memeluk pinggangku kuat-kuat dan merasakan kukunya lagi-lagi menancap di bagian belakang tubuhku.<br />
<br />
Tak terasa kami berdua main dua ronde lagi di ruang keluarga itu. Dan tertidur dalam keadaan berpelukan dengan bertelanjang di karpet. Kami baru terbangun ketika merasakan silau cahaya matahari memasuki celah-celah gordyn ruangan itu.<br />
<br />
Venny terbangun, hingga membuatku juga ikut terbangun. Kami berdua berdiri sambil berciuman lagi. Sambil menggandeng tanganku, Venny mengajakku menuju kamar tidur mereka dan kami menyaksikan suaminya masih tidur nyenyak.<br />
<br />
Venny mengajakku mandi berdua di kamar mandi di kamar mereka. Kami berdua mandi di bathtub saling menyabuni tubuh dan kembali main satu ronde di dalam air. Luar biasa. Entah sudah berapa kali orgasme yang Venny nikmati. Ketika kami keluar dari kamar mandi, suaminya masih tidur, sampai Venny membangunkannya dengan ciuman lembut.<br />
<br />
Setelah suaminya mandi, kami sarapan bertiga. Suaminya minta maaf karena begitu nyenyak tidur. Venny menukas, “Nggak apa-apa koq Mas. Agus maklum dan ia bisa melayani permintaanku main lagi di ruang keluarga dan di kamar mandi.”<br />
<br />
“Luar biasa. Kalian berdua benar-benar hebat,” puji suaminya tanpa rasa cemburu sedikit pun. “Gus, aku sangat berterima kasih atas kedatanganmu. Belum pernah kulihat Venny segembira ini,” lanjutnya.<br />
<br />
“Kuharap ini bukan yang terakhir kali kita bertiga, walaupun tadinya aku merasa aneh dengan ide gilanya Venny mengajak kamu main dengan kami. Setelah kualami sendiri, ternyata amat nikmat. Aku sendiri merasa seakan-akan menjadi pengantin baru kayak dulu lagi,” katanya lagi. Aku hanya tersenyum menanggapi percakapan itu.<br />
<br />
Itulah pengalamanku pertama kali bertiga dengan Venny dan suaminya. Beberapa kali kami masih melakukan hal serupa. Kadang-kadang Venny memintaku tidur di rumahnya ketika suaminya tugas selama tiga minggu di luar negeri.<br />
<br />
Tiada hari tanpa persetubuhan yang kami lakukan berdua. Uniknya lagi, saat suaminya menelepon dari luar negeri, Venny sengaja mengaktifkan headphone agar suaminya dapat mendengar desahan dan rintihan kami. Entah apa yang dilakukan suaminya di ujung sana, tapi ia berterima kasih kepadaku yang mau membantu mereka. Hal itu kami lakukan cukup lama.<br />
<br />
Pernah Venny mengajak aku dan suaminya main bersama seorang teman perempuannya waktu kuliah di Australia. Henny namanya, orang Sunda. Orangnya tidak secantik Venny, tetapi manis. Sudah menikah tetapi juga sama dengan Venny, belum punya anak.<br />
<br />
Akhirnya aku mengerti bahwa baik Venny maupun Henny adalah biseks. Mereka bulan lesbian murni, tetap menginginkan lelaki, tetapi tak bisa melupakan teman intimnya dulu. Kisah ini akan kuceritakan di saat berikut.<br />
<br />
Suami Venny sangat berterima kasih, ketika setahun kemudian meneleponku memberitahukan bahwa Venny sedang hamil dua bulan. Ia memintaku datang ke rumah mereka, tetapi aku mengelak dengan alasan sedang ada kerjaan kantor yang tak dapat ditinggalkan.<br />
<br />
Padahal, aku tak kuasa menahan gejolak di hati, bahwa benih yang dikandung Venny adalah anakku. Aku hanya dapat berharap mereka bahagia dengan kehadiran anak itu. Tiga tahun kemudian aku menikah dengan seorang gadis Jawa. Ia tidak secantik Venny, tidak juga semanis Henny, tetapi ia mencintaiku dengan tulus dan mau menerima diriku apa adanya.<br />
<br />
Pernah Venny meneleponku karena rindu lama tak bertemu denganku dan bertanya apakah aku tidak ingin melihat anakku yang pernah ia kandung. Aku katakan rindu, tetapi tak kuasa bertemu mereka. Hanya berharap mereka bahagia dan rukun selalu.<br />
<br />
Mendengar kata-kataku, Venny terisak di telepon dan berharap, jika suatu ketika aku mau bertemu dengannya, Arga tak pernah cemburu, bahkan jika aku memintanya, ia akan melayaniku lagiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-81292238665900189182016-07-03T16:38:00.001+07:002016-07-05T17:53:35.629+07:00Cerita Sex Bermain Janda Liar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis5iHWll9G5dbrV6E5JXZX9bo-MhBzms-VJA2K_FNns7FYYZpc2jR1HEwtUcPDpUovnKbIttDHMHYKTOxmXGYINnlHlx-oBO9kf0UEHco3InZtDWPG_nDuFuN3RUKOk1hfekbQrvEKY59g/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Dewasa Bermain Janda Liar" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis5iHWll9G5dbrV6E5JXZX9bo-MhBzms-VJA2K_FNns7FYYZpc2jR1HEwtUcPDpUovnKbIttDHMHYKTOxmXGYINnlHlx-oBO9kf0UEHco3InZtDWPG_nDuFuN3RUKOk1hfekbQrvEKY59g/s400/images.jpg" title="Cerita Dewasa Bermain Janda Liar" width="299" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Bermain Janda Liar</h2>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Jujur saja ini cerita asli dari aku dan merupakan pangalaman yang tidak biasa dimana aku lebih menyukai wanita yang lebih dewasa dari aku atau lebih tua dari aku, sejak dari SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku hingga sampai sarjana dan bekerja saat ini, dan aku pernah berpacaran dengan janda anak 3, dan kisah ini aku jabarkan dibawah ini :</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Demikian kisahnya, suatu hari ketika aku berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak terburu-buru karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus sampai di kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan harapan lebih banyak kendaraan di sana.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/07/cerita-sex-jilat-tubuh-mulus-cewek-cina.html"><b>Cerita Sex Jilat Tubuh Mulus Cewek Cina</b></a></span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Sia-sia aku menunggu lebih dari 15 menit akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika taxi yang kustop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil berkata, “Mas, mau ke Pulo Gadung ya?” tanyanya, “Saya boleh ikut nggak? soalnya udah telat nich.”</span></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di Kelapa Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan akhirnya aku ketahui bernama Vivi, seorang janda dengan 3 orang anak dimana suaminya meninggal dunia.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Ternyata Vivi bekerja sebagai Kasir pada sebuah katering yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan Industri Pulo Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup menggoda juga.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Vivi, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup halus, bodi yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor teleponnya aku turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera menelepon Vivi, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas meninggalkan kantorku karena ada janji untuk betemu Vivi. Ketika sampai di Bioskop Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri untuk membeli tiket.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan untuk berbincang-bincang satu sama lain. Selama perbincangan itu kami sudah mulai membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam 19.00, petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri, tempat duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Pertunjukan belum dimulai aku sudah membelai kepala Vivi sambil membisikkan kata-kata yang menggoda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Vivi, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,” kataku sambil menyentuh buah dadanya yang montok.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ah Mas, saudaranya yang di mana?” katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal itu aku langsung melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-sengal.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Mas, jangan di sini dong kan malu, dilihat orang.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku yang sudah terangsang segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal pertunjukan belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah menyebutkan Hotel **** (edited), taxi itupun melaju ke arah yang dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas buah dada Vivi yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku hendak menuju ke vagina dengan segera Vivi menghalangi sambil berkata, “Jangan di sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya kulihat ke depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di tempat tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai rengekan manja dari Vivi, “Mas Jo, kamu kok pintar sekali sih merangsang aku, padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Seraya sudah tidak sabar aku tuntun segera Vivi ke kamar yang kupesan. Aku segera menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian dengan tidak sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku bugil ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi menantang Vivi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Kemudian aku membalas melucuti semua baju Vivi, sehingga dia pun dalam keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang merah itu sambil berkata, “Mas kontolnya merah banget aku suka.” Dalam posisi 69 kujilati juga vagina Vivi yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang indah. 10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, “Mas, aku mau keluaarr..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Cret.. cret.. cret..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Vagina Vivi basah lendir yang menandakan telah mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, “Vivi, vi, Mas mau keluar..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Crot.. crot.. crot..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Spermaku yang banyak akhirnya diminum habis oleh Vivi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Vivi mengocok kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku berdiri dan siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke vaginanya. Vivi mendesah panjang,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya dulunya?” Tidak kuhiraukan pembicaraan Vivi, aku segera menyuruhnya untuk memasukkan penisku ke vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Vivi, masukkan cepat! Jonathan tidak tahan lagi nih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Sleep.. bless.. masuk sudah penisku ke vaginanya yang merekah itu. Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap payudaranya yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap.</span></span><br />
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Goyangan demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah yang kami lakukan ini salah atau tidak. Puncaknya ketika Vivi memanggil namaku, “Jonathan.. terus.. terus.. Vivi, mau keluar..” Akhirnya Vivi keluar disertai memanggil namaku setengah berteriak, “Jonathan.. aku.. keluaarr..” sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif; line-height: 24px;"><br />Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Vivi, “vi.. ah.. ah.. tumpah dalam atau minum vi..” kataku. Terlambat akhirnya pejuku tumpah di dalam,</span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“vi.. kamu hebat.. walaupun sudah punya 3 anak,” kataku sambil memujinya. Akhirnya malam itu kami menginap di hotel **** . Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami masih berteman baik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Adakah di antara pembaca baik itu gadis, janda, maupun tante yang bersedia kencan lepas denganku aku siap melayaninya, terlebih lagi kalau lebih tua dariku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Silakan kirim email ke alamatku disertai nomor telepon, pasti aku hubungi. Benar juga kata pepatah, “Kelapa yang tua, tentu banyak juga santannya”. Yang lebih tua memang enak juga untuk dikencani. Salam!</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-66447804459521751412016-07-02T16:47:00.004+07:002016-07-02T16:47:45.095+07:00Cerita Sex Jilat Tubuh Mulus Cewek Cina<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivRt0WMFKCvYO-ay9Ni2_OzXLXbsYl51d2pwmaKUbvLaO2U9v-zXUh2Doemh3N6UaexSWAK2IfhyrbW87d3jjVnZ_uRiajQ5PnujU7UZLsaeRdFTDhlAHU6A7ikWESECm3ZOtafXwLk0z7/s1600/tumblr_nylv45SNFd1ubr2rmo1_1280.jpg" imageanchor="1"><img alt="Cerita Sex Jilat Tubuh Mulus Cewek Cina" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivRt0WMFKCvYO-ay9Ni2_OzXLXbsYl51d2pwmaKUbvLaO2U9v-zXUh2Doemh3N6UaexSWAK2IfhyrbW87d3jjVnZ_uRiajQ5PnujU7UZLsaeRdFTDhlAHU6A7ikWESECm3ZOtafXwLk0z7/s400/tumblr_nylv45SNFd1ubr2rmo1_1280.jpg" title="Cerita Sex Jilat Tubuh Mulus Cewek Cina" width="320" /></a><br /><br /><h2>
Cerita Sex Jilat Tubuh Mulus Cewek Cina</h2>
</div>
Perawakan Merisa kurang lebih tinggi 165 cm, 50 kg dengan kulit putih, rambut hitam lurus sebahu, sama-sama keturunan cina sepertiku juga dan berumur 20 tahun merupakan mahasiswa di sebuah universitas swasta di Bandung, ukuran payudaranya 34B dibalut dengan kaos ketat sungguh ideal.<br />
<br />
Cerita Sex Terbaru | Kami pun mulai mengobrol panjang di kafe tersebut dan pendek kata kami pun mulai serius tentang hubungan kami yg mungkin lain dari biasanya, yaitu kegiatan BDSM. Kuketahui juga Merisa sudah tdk perawan karena pernah ML dengan cowonya yg sekarang tdk tahu ada dimana.<br />
Merisa terlihat sedikit nakal dan sesuai harapanku yg sedang mendalami bidang ini.<br />
<br />
Merisa menganjurkan di tempat kosnya, karena katanya dalam 2-3 hari ke depan tdk ada orang lain karena pada mudik liburan. Aku pun setuju dan berjanji besok aku akan langsung datang ke tempat kosnya.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-tergoda.html"><b>Cerita Sex Tergoda</b></a><br />
<br />
Hari yg telah ditentukan telah datang, aku pergi menuju 711, swalayan dekat kampusku, di sana aku membeli beberapa gulung tali pramuka, jepitan jemuran 1 pack, lilin merah besar yg biasa ada di kuil-kuil 2 buah, dan beberapa minuman. Siaplah aku menuju cafe yg telah ditentukan, aku dengan perlengkapan aku di tas sudah lengkap plus belanjaan tadi.<br />
<br />
Meluncurlah aku dengan menggunakan motor bebekku ke tempat kos Merisa. Aku mulai memperlahan laju motorku dan melihat alamat yg tertera di HP-ku, setelah beberapa lama kutemukan sebuah rumah tinggal yg dijadikan tempat kos. Aku langsung menelepon Merisa agar keluar dari tempat kosnya.<br />
Lalu aku melihat Merisa keluar dengan pakaian senam yg masih basah keringat hingga membuatnya makin aduhai.<br />
<br />
“Sori gue baru beres joging nih, masuk.., masuk”, kata Merisa sambil membukakan gerbang.<br />
Akupun mulai masuk dan celengak-celinguk melihat kos-an yg berisi 4 kamar layaknya rumah tinggal biasa.<br />
“Beneran kaga ada sapa-sapa neh?”, tanyaku.<br />
“Kaga ada, pembokat dah pulang dari tadi, now cuma ada lo ama gue, kapan neh mulainya?”, Jawab Merisa.<br />
Aku langsung mengeluarkan tasku dan Merisa langsung ikut melihat barang yg kubawa.<br />
“Hehe.. kok gituan aja seh, disini juga ada kaga usah repot-repot”, kata Merisa sambil mengeluarkan kotak di kamarnya.<br />
<br />
“Pake semua yg lu mau ke gue” jawabnya sambil memberikan kotak tersebut padaku.<br />
“Wahh.., gila lo dapat dari mana semua alat ini?”, tanyaku karena baru kali ini aku melihat alat-alat penyiksaan yg biasanya hanya aku liat di internet.<br />
“Jangan rewel, cepetan donk gue dah ga sabar lu bisa apa aja”, jawabnya.<br />
Tanpa menjawab karena aku masih keasyikan melihat “barang-barang” yg sebagian masih tdk kuketahui fungsinya.<br />
“OK., siplah ayo kita mulai”, jawabku.<br />
<br />
Permainan dimulai, Merisa hanya duduk melihatku meninjau tempat yg ingin aku gunakan.<br />
“Sini lo, gue dapat tempat yg enak buat nyiksa lo”, kataku sambil tersenyum melihat lapangan basket dengan 1 tiang dengan luas 4×5 meter di ruangan tertutup belakang kos.<br />
<br />
Aku mulai mengambil bambu bulat berukuran 1 1/2 meter dengan diameter 10 cm dan mengikat tangan Merisa bersama bambu tersebut. Hasilnya tangan Merisa terentang ke arah berlawanan seperti orang yg disalib. Belum puas dengan itu aku mengikat “shibari”, sehingga payudaranya tampak menonjol.<br />
Merisa merasa kesakitan terlihat dari wajahnya yg mulai merah, tapi saat kutanyakan Merisa menjawab<br />
“Lanjutin aja gue nikmatin kok, jangan sungkan-sungkan gue kaga marah gue hepi kok” sambil tersenyum.<br />
<br />
Akupun tdk tanggung-tanggung lagi langsung mengambil sepatu hak tinggi merahnya sekitar 10 cm, penjepit yg telah kubeli, ball gag di kotak Merisa, dan sun block untuk kuoleskan pada kulit Merisa karena rencanaku akan kujemur Merisa di lapangan tersebut dalam waktu cukup lama, matahari masih cukup terik meskipun jam sudah menunjukan pukul 4 sore.<br />
<br />
Setelah kuoleskan pada sekujur tubuhnya, aku memasangkan ball gag ke mulutnya.<br />
Aku yakin Merisa tdk akan bisa bersuara lagi. Kemudian sepatu tingginya untuk memberikan efek pegal dan kejang, aku mulai membuat simpul di bambu yg menempel di punggung Merisa untuk digantung di tiang ring. Akhirnya Merisa hanya menapak pada hak sepatu yg kecil dengan badan tergantung tanpa daya. Terakhir aku memasangkan penjepit di kedua belah puting, di ketiak, di paha, di perut, di bagian kemaluannya.<br />
<br />
“Erghh. Hh.. Hh..”, kudengar erangan Merisa tapi tdk kuhiraukan.<br />
“Ok gue tinggal dulu, gue laper mo makan”, kataku dengan senyuman sambil memasangkan 2 jepitan tersisa di daun telinganya, langsung terlihat Merisa berusaha melepasnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tapi percuma karena jepitannya cukup kuat.<br />
Maka tinggalah Merisa sendirian, karena aku sudah pergi untuk melihat-lihat “lokasi” berikutnya, lalu aku benar-benar pergi membeli makan tak jauh dari situ ada tempat makan nasi campur yg sudah jadi langgananku meskipun aku tdk kuliah di daerah tersebut.<br />
<br />
Tak terasa aku sudah makan dan nonton TV, serasa pemilik rumah tersebut hingga sudah 1 jam lebih aku meninggalkan Merisa. Sebenarnya aku bisa saja berbuat jahat, tapi jika aku hanya ingin kesenangan materi, aku sudah berkecukupan .<br />
<br />
Kutengok Merisa yg sudah bersimbah keringat semua baju senamnya sudah basah. Pertama kulepaas jepitan-jepitan yg terpasang.<br />
“Aarrgg.. Hh..”, desah Merisa karena aliran darahnya berjalan lagi.<br />
Merisa terlihat pucat, lemah sekali kehabisan tenaga karena “upacara” tadi. Kulepaskan juga ikatan pada bambu tapi tali shibari yg mengelilingi tubuhnya tak kulepas malah kutekukkan pergelangan tangan Merisa ke bagian belakang dan kuikat, dadanya makin menonjol.<br />
<br />
Sebenarnya aku cukup prihatin karena walau tak kuikatpun Merisa sudah pasrah dan tdk akan kabur.<br />
Aku tanya padanya,<br />
“Lo masih kuat gak?”, sambil kulepas ball gag yg menyisakan garis merah di pipinya.<br />
“Gak papa kok gue cuma cape aja”, jawabnya sambil tersenyum kecil.<br />
Kemudian kupapah dirinya ke kamarnya lalu kusuapi makan dan minum dengan kondisi tangan masih terikat.<br />
<br />
“Sudah siap untuk selanjutnya?”, tanyaku setelah memberinya waktu istirahat setengah jam yg Merisa lewatkan untuk rebahan di tempat tidurnya.<br />
“Ok”, jawabnya lemah.<br />
Lalu akupun mulai membuka semua ikatan yg ada di tubuh Merisa. Meskipun aku sudah tdk tahan ingin ML dengan Merisa aku masih kasihan melihat keadannya. Akupun memandikannya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya dan membincangkan apa yg diinginkan Merisa untuk permainan berikutnya.<br />
Jam telah menunjukkan pukul 7 malam saat aku mengajak Merisa makan keluar, Merisapun menyetujuinya dan Merisa tdk kuperbolehkan memakai pakaian dalam baik bra ataupun CD, sebelum Merisa menjawab, aku sudah memainkan lidahku di puting susunya yg mulai menegak dan terdengar desahan Merisa.<br />
<br />
“Lo boleh ikut tapi kukenakan ini ya”, kataku sambil mengambil rantai kecil dengan jepitan berskrup di kotak peralatan BDSM Merisa.<br />
Kukenakan di sebelah putingnya yg telah menonjol lama, lalu kukencangkan skrupnya sehingga aku yakin tdk akan lepas, tdk hanya itu, aku juga mulai foreplay di selangkangan Merisa dengan lidah hingga cukup membuat Merisa terangsang dan hampir orgasme karena kumainkan jemariku juga di kemaluannya. Aku berhenti tapi Merisa merengek dan kukatakan agar bersabar, sambil tersenyum dan mengambil dildo berbentuk kapsul yg biasa ada di film jepang dengan kekuatan 2 batere kecil.<br />
“Gue pakein ini juga OK”, ujarku sambil memasukkan dildo itu dalam memeknya yg sudah basah sehingga mudah dimasuki.<br />
<br />
Terakhir kuambil tali dan merapatkan Merisa dan mengikat paha atasnya sehingga mainanku akan tetap berada di dalam kemaluan Merisa. Aku lalu mengambil rok hitam ketat sebatas lutut untuk menutupi badan bawah Merisa, aku tertawa kecil ketika aku menyuruh Merisa berjalan bak artis melenggok di cat walk, karena Merisa harus menyilangkan kakinya akibat ikatan tadi. cerita sex<br />
“Sip.. Deh OK kita pergi”, ajakku sambil kukenakan jaket bulu untuk menutupi badan Merisa yg hanya dihiasi rantai.<br />
<br />
Kami keluar dengan motorku. Sebelum berjalan, aku menyalakan switch on pada mainan yg “tertanam” tadi sehingga bergetar dan membuat Merisa kehilangan tenaga. Di sepanjang jalan Merisa memelukku dengan tangan yg tdk berhenti meremas-remas jaket aku.<br />
“Dah mulai basah ya? Ga tahan ya?”, godaku. Merisa tdk menjawab.<br />
<br />
Tak lama kemudian kami berhenti di tukang jagung bakar di daerah Dago dan memesan makanan dan minuman. Kulihat Merisa agak salah tingkah dan seperti maling takut ketahuan polisi, banyak gerakannya yg tdk lazim dan aku mengingatkannya sambil memeluknya.<br />
<br />
“Anter gue beli pulsa ya di BEC”, suatu tempat elektronik di Bandung, pintaku.<br />
Merisa hanya mengiyakan dan aku sengaja membawa jalan-jalan karena aku tahu bahwa semakin banyak gerakan maka Merisa makin terangsang jadinya. Merisa berusaha bertindak sebiasa mungkin. Perlu diketahui pacarku masih pulang kampung dan aku sudah biasa jalan dengan cewe-cewe sehingga tdk takut kalau kepergok teman. Merisapun karena baru masuk kuliah dia belum punya banyak teman dan dia bukan asli orang Bandung.<br />
<br />
Pendek cerita kami berdua sudah sampai di tempat kos Merisa lagi dan aku segera membuka jepitan di putingnya dan mengeluarkan dildo yg sudah basah. Kami berdua tdk tahan lagi hingga langsung saja kami melakukan ML dan setelah setengah jam aku mengeluarkan sperma di kondom, Kemudian dilepasnya kondom tersebut dan kusuruh Merisa yg sudah terkulai lemas mengisap-isap kemaluanku.<br />
“Aarrgg.. ngghh”, erangku keenakan karena baru pertama kali mengalaminya, biasanya hanya “ngocok” di kamar .<br />
<br />
Aku menggapai tasku dan kuambil lilin yg tadi kubeli, dan menanyakan..<br />
“Pake ini kuat gak?”<br />
“Boleh dicoba tuch”, jawabnya dengan nada menantang hingga cukup membuatku bersemangat kembali.<br />
Tanpa ragu aku kembali dengan membawa tambang berwarna merah, dan mulai dengan mengikat kedua tangan Merisa di belakang punggungnya hingga ke siku, terus ke depan tubuh hingga membentuk “breast-bondage” yg ketat. Lalu kurebahkan Merisa menungging di lantai, dan siksaan dimulai dengan mencambuki Merisa dengan cambuk kulit, tapi tdk terlalu keras dan hanya bertujuan merangsangnya. Kemudian tubuhnya kubalik telentang. Pergelangan kaki kirinya diikat menyatu dengan pangkal paha, yg kemudian ditambatkan ke pinggir ruangan, sedangkan ikatan pada pergelangan kaki kanan ditambatkan ke atas, sehingga bagai sedang memamerkan memeknya.<br />
<br />
Kembali kucambuki tubuhnya dalam posisi begini. Merisa mengerang keras dan meronta-ronta tapi ikatanku cukup kuat untuk dilawan seorang cewe hingga akhirnya Merisa hanya bisa pasrah. Selanjutnya tubuh Merisa kuikat dengan model “shibari”, di atas bondage-bra, sehingga payudaranya tampak menonjol. Dengan kedua tangannya yg terikat ke belakang, dia hanya bisa pasrah menerima cambukan bertubi-tubi pada kedua payudaranya.<br />
<br />
Begitu juga ketika kedua tonjolan itu masing-masing kujepit dengan penjepit jemuran berukuran besar. Kembali ujung-ujung cambuk mendarat ke arah perut dan payudaranya. Merisa menjerit-jerit kesakitan, namun aku tetap tdk peduli dan terus mengayunkan cambuk, karena aku yakin dia juga menikmatinya walau sulit dijelaskan dari wajahnya di balik rasa sakitnya.<br />
<br />
Kini pada ronde berikutnya aku membaringkan Merisa di tengah ruangan, lalu aku berjalan mengitarinya dan mengambil semacam minyak untuk dioleskan ke sepasang payudaranya. Kemudian tetesan-tetesan lilin panas jatuh menimpa puting dan seluruh daerah payudaranya. Tubuhnya meronta-ronta berkelojotan menahan panas dan rasa nyeri. Setelah itu lapisan lilin itu kukelupas sehingga menghasilkan bentuk gundukan menyerupai payudaranya.<br />
<br />
Tak tahan mendengar rintihan dan erangan Merisa ditambah melihat gerakan Merisa, “adik”-ku bangkit kembali dan kulepaskan ikatan tangan dan kaki Merisa lalu kuambil dildo berbentuk kemaluan pria berukuran sedang dan kembali kusuruh Merisa untuk menghisap ko0ntol (blow-job) aku.<br />
Sebelumnya aku sudah memasangkan dildo ke anusnya dan kemudian meneteskan lilin panas ke pinggulnya. Rangsangan dildo dan panasnya lilin membuat Merisa kian agresif melakukan blow-job nya.<br />
<br />
Akhirnya aku mengeluarkan “lahar panas”-ku untuk kedua kalinya. Aku merebahkan Merisa di ranjangnya dan tak terasa kami tertidur pulas karena kecapean, untung saja pada saat pulang dari BEC tadi kami sudah mengunci rapat semua pintu dan jendela.<br />
Jam telah menunjukan pukul 5 dini hari. Merisa masih tertidur pulas. Aku mengingat kejadian semalam sambil menyiapkan mie instant untuk sarapan pagi lalu setelah siap kubangunkan Merisa, lalu kami makan sambil mengobrol di ruang makan.<br />
<br />
“Gimana semalem?”, tanyaku.<br />
“Gila lo puting gue masih sakit gara-gara lilin, tanggung jawab lo”, jawabnya sambil tersenyum.<br />
Dari air mukanya aku tahu bahwa Merisa menikmatinya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi, lalu aku mengajak Merisa mandi bersama tapi tentu saja tak lepas dari aktifitas BDSM kesukaan kami berdua.<br />
<br />
Merisa mulai kuikat bersujud di kamar mandi dan lalu kusuntikkan cairan ke dalam anusnya dengan menggunakan suntikan besar. Tdk puas dengan suntikan, aku memasukkannya dengan menggunakan selang infus.<br />
<br />
Setelah 1 liter air di tabung habis, tabung kembali kuisi penuh dan terus dialirkan memasuki anusnya. Merisa menggeliat tanpa daya menahan rasa mual akibat air yg menyesakkan tersebut.<br />
Setelah berliter-liter air memasuki tubuhnya, selang kulepas. Karena sudah penuh, maka air itu memancur kembali keluar dari anusnya. Demikian kulakukan terus berulang-ulang, hingga akhirnya yg keluar bukan lagi hanya air bening, namun sudah bercampur dengan kotorannya. Aku sedikit merasa jijik tapi segera kubersihkan dan kutaruh badan Merisa yg masih terikat di dalam bath-tub dan mulai merendamnya. Selama itu aku mandi dan menyiapkan diriku sendiri untuk acara selanjutnya. Setelah selesai, Merisa kulepaskan ikatannya dan kusuruh untuk bersiap-siap juga.<br />
<br />
Merisa keluar dari kamar mandi dengan handuknya dan akan menuju kamarnya untuk berpakaian, tapi aku melarangnya dan langsung berkata bahwa aku akan pergi dan aku ingin memajang dirinya dalam posisi bondage yg lain. Merisa bertanya aku akan pergi kemana, karena dia takut kalau aku kabur, tapi aku memberi jaminan dan janji bahwa aku akan balik lagi, maka Merisa pun pasrah mau menerima siksaan berikutnya.<br />
<br />
Kini Merisa terbaring di lantai. Kedua tangannya kuikat terpisah masing-masing ke arah bawah, sedangkan kedua kakinya juga kuikat terpisah, namun masing-masing ke atas kepala, sehingga tubuhnya tertekuk sedemikian rupa dengan pinggul di udara, dan kedua lutut mengapit kepalanya. Dalam posisi seperti ini, dia bagaikan sedang memamerkan lubang duburnya yg menengadah ke udara. Tentu saja kondisi ini menimbulkan rasa pegal yg luar biasa.<br />
<br />
Tak lupa aku memasangkan ball gag di mulutnya dan kutaruh mangkuk untuk menampung air liur yg keluar dari mulutnya. Pergilah aku dan kukunci pintu kamarnya dan rumah kos itu untuk beberapa saat. Aku cukup khawatir meninggalkan Merisa sendirian dengan posisi tersebut, untung saja teman yg berjanji akan menemuiku membatalkan dan aku langsung meluncur ke tempat kos Merisa kembali dan itu juga sudah hampir 1 jam sejak kutinggalkan Merisa.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-69557397970452114792016-06-29T10:30:00.000+07:002016-06-29T10:30:01.214+07:00Cerita Sex Tergoda<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWX7f_mNZpDMaLGrpshR9zbKSDlJa7vZF4KuQsb8p-uK6jdE__vLxBDLjQeCcE8DEqV15_rG0xP5MffgUcaWbisopXWynIIN0c71p7YI_Usv4PKwNO8iKSYLvMQS-z7ZONrr5NfCFFo_Dh/s1600/cewek-bispak-dan-bisyar-5.jpg" imageanchor="1"><img alt="Cerita Sex Tergoda" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWX7f_mNZpDMaLGrpshR9zbKSDlJa7vZF4KuQsb8p-uK6jdE__vLxBDLjQeCcE8DEqV15_rG0xP5MffgUcaWbisopXWynIIN0c71p7YI_Usv4PKwNO8iKSYLvMQS-z7ZONrr5NfCFFo_Dh/s400/cewek-bispak-dan-bisyar-5.jpg" title="Cerita Sex Tergoda" width="300" /></a><br /><br /><h2>
Cerita Sex Tergoda</h2>
</div>
Cerita Sex Terbaru | Bandi adalah seorang lelaki berumur 34 tahun, dengan posisi di pekerjaan yg menjamin dia dan keluarganya berkehidupan sangat layak.<br />
<br />
Bandi mempunyai seorang istri yg lebih dari cukup untuk memenuhi standart ibu yg baik untuk anak2nya dan bagai pelacur yg memuaskannya di tempat tidur.<br />
<br />
Cerita Ngentot | Semua ia miliki untuk usianya,namun tak seorangpun yg menyadari bahwa Bandi selalu terobsesi dengan Dina adik iparnya sendiri yg tinggal di depan rumahnya bersama suami dan anaknya.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-mahasiswi-lesbian-hot.html"><b>Cerita Sex Mahasiswi Lesbian Hot</b></a><br />
<br />
Dina adalah wanita berkulit putih bersih berusia setahun lebih muda dari istrinya. Perasaan itu tdk pernah ada sewaktu Bandi pacaran dgn istrinya, tapi akhir-akhir ini bayangan adik iparnya itu terus menari-nari dalam benaknya.<br />
<br />
Beberapa kali sewaktu berhubungan sex dengan istrinya ia selalu membayangkan sedang menggauli adik iparnya itu, hal itu sedikit menghibur dirinya, bagaimanapun kakak tdk jauh2 berbeda dengan adik begitu pikirnya.<br />
<br />
Hari sabtu pagi ini Bandi berencana bangun sesiang-siangnya,pekerjaan seminggu lalu sungguh menyita pikirannya,bangun siang dan bermalasan satu hari penuh ..tiba-tiba istrinya membangunkannya dan mengingatkan bila mereka harus menghadiri pernikahan kerabat di kota lain yg jaraknya 150an kilo dari pagar rumahnya..hal itu benar-benar menjengkelkannya.<br />
<br />
“ayo dong pah…kan kita sudah janji nih…” rengek istrinya<br />
“aduh pusing banget nih ..takut ga bisa nyetir jauh” kata Bandi sambil mengernyitkan wajahnya<br />
‘aah alesan .. selalu gitu deh’ kata istrinya bersungut-sungut, tepat ketika Bandi hendak membuka mulutnya untuk membela diri, telpon rumahnya berdering keras sekali.<br />
<br />
“sudah ..pokoknya aku gak mau tau, selesai aku angkat telepon , papa harus siap ke kamar mandi” sembur istrinya dengan suara melengking .<br />
“aaarrggh” erang Bandi.. “Tuhan tdk adil, aku hanya meminta satu hari khusus untuk diriku, satu hari tidur sepanjang siang, Tuhan maha adil? Beuh !” gumamnya dalam hati..<br />
<br />
“Pah..pah” panggil istrinya dari ruang tamu..<br />
“iya..iya ..ini juga udah mandi” teriaknya dari kamar mandi sambil mengguyur tubuhnya dengan air sedingin es, matanya terbelalak ketika mendengar istrinya berkata .<br />
“Pah..ga usah mandi, lanjutin deh tidurnya, aku dan anak-anak akan ikut ibuku, beliau sudah charter bus ” Tuhan hari ini membuktikan ketdk adilannya dua kali , dirinya sudah terguyur air sedingin es dan diminta kembali ke ranjangnya….<br />
“peBandii setan ” desisnya , dengan cepat disambarnya handuk dan secepat angin ia memakai baju tidurnya dan masuk ke dalam selimut hangatnya kembali.<br />
<br />
Entah berapa lama ia tertidur sampai akhirnya ia terbangun ketika suara bel rumahnya berdentang2, dengan sumpah serapah ia melangkah ke pintu dan membuka, ternyata Anto suami adik iparnya berdiri sambil menggendong anak semata waygnya, mau apa anak beranak monster ini kemari pikirnya sambil mencoba tersenyum,<br />
<br />
“Hey Bang, sorry , gini , aku mau nitip kunci, aku dan rio kerumah neneknya, Karena Dina belum pulang dari lari2 paginya jadi biar nanti dia menyusul dengan taxi saja, ini kunci rumah titip ya, makasih baaaanng ” kata Anto sambil menyerahkan kunci dan berlalu tanpa menunggu jawaban Bandi yg sedang ternganga.<br />
“Tuhan tiga kali hari ini Kau menghancurkan sabtu pagiku yg berharga” desisnya..<br />
<br />
Bandi benar-benar tdk bias tidur sejak itu, dengan gontai dinyalakan TVnya hanya ada layar biru berpendar2 dan tulisan hubungi Costumer Service TV Kabel anda untuk menyelesaikan pembayaran bulan ini<br />
<br />
“Mengapaaaaa????” lengkingnya menyedihkan.. Dengan gontai dibukanya pintu rumahnya tujuannya hanya satu , bermalas-malasan dirumah adik iparnya,sekaligus membalas dendam dengan menghabiskan persediaan bir Anto di kulkas, “Aah ide yg sangat bagus”<br />
<br />
Tak lama kemudian Bandi telah berada diruang tengah keluarga adik iparnya itu, dipandang sekitar selama beberap detik sebelum menyerbu ke pintu kulkas untuk meneguk bir dingin disana<br />
<br />
“Hmm tdk terlalu jelek ” pikirnya sambil merebahkan pantatnya ke sofa empuk di depan tv , matanya memutari keadaan dirumah itu sebelum berhenti di foto keluarga Dina yg tergantung di dinding,pengaruh sedikit alcohol membuatnya sedikit terangsang ketika ia memandangi foto Dina ,<br />
” dengan kulit yg putih bersih , badan yg padat dan payudara yg membusung dan bibirnya yg, Ah… aku terangsang sekali, seharusnya aku bisa menikmati tubuh itu juga…”<br />
<br />
Ditepisnya bayangan itu, lalu ia beranjak dari ruang tengah ia memasuki ruang tidur, direbahkan tubuhnya ke ranjang empuk disana “hmmm disini Dina tidur dan bercinta” dielusnya sprei halus sambil membayangkan Dina tanpa pakaian sehelaipun ditubuhnya terayun-ayun disetubuhi oleh suaminya, Bandi semakin ereksi , dibongkarnya lemari pakaian dan ia mendapati beberapa celana dalam halus milik Dina, dan sepertinya salah satunya tdk tercuci, dihirupnya kain ditangannya, aroma tubuh Dina menyeruak memasuki hidung dan menetap dikepalanya,<br />
<br />
“sungguh bau dari genital wanita” gumamnya parau , di jilatnya celana dalam itu tepat ditengah yg diperkirakan Bandi adalah tempat kain itu bersentuhan langsung dengan Vagina Dina, Penisnya semakin keras, kemudian ia membuka celana pendeknya dan mengeluskan celana dalam itu ke kepala penisnya ,sungguh fantasi yg sangat menyenangkan Bandi, semua cairan bening di oleskannnya ke celana dalam itu..<br />
<br />
“Aah ..aku bisa gila kalau begini, ” bayangan dirinya sedang bermasturbasi dengan celana dalam itu sangat menggelikan , lalu ia memutuskan untuk membatalkan niatnya menumpahkan spermanya disana. .<br />
Bandi kembali ke ruang tengah tepat ketika pagar depan terbuka , “Dina datang..!!” penisnya mengecil kembali ke ukuran biasa sewaktu ia menyapa Dina.<br />
<br />
“hai Din, sorry aku masuk kedalam, dirumah tadi ,Anto nitip kunci dan aku mau numpang nonton TV disini”<br />
“Ow Bang , ga papa, sekalian temenin bentar ya , aku mo beres-beres bentar lalu mandi Bandiu dan nyusul Anto ke rumah ibunya” kata Dina riang.<br />
<br />
Bandi menatap mata Dina yg indah, mata yg ia kagumi semenjak ia berkenalan dengan kakaknya Dina, wajah yg merona terkena matahari , dan keringat pada kaos putih olahraga itu , membuat kaos melekat ditubuhnya dengan sempurna, dengan tinggi 164 /49 dan ukuran buah dada 34D Dina lebih menyerupai dewi sex untuk Bandi saat itu,<br />
<br />
Ketika Dina melewati Bandi , Bandi menarik nafas mencoba menghirup aroma badan Dina yg sedang berkeringat segar, “Aduh baunya alami sekali…ya Tuhan ” Bandi lalu mengikuti Dina kebelakang rumah,sambil menyambar beberapa kaleng bir .<br />
<br />
“Hm , hari ini ..bagaimana caranya aku harus berhasil menyentuh tubuhnya…bantu aku setaan” pikir Bandi,<br />
<br />
Sambil mengawasi Dina yg sedang melakukan beberapa kegiatan beres2, Bandi mencari-cari cara terbaik.<br />
Dina tampaknya kesulitan ketika akan menjangkau peralatan diatas lemari , Bandi tersenyum licik..”gotcha” Dina melirik memelas kepadanya “Bang, Ambilin kursi dong”<br />
<br />
“Din, ga usah pakai kursi sini deh…. ” lalu Bandi melingkarkan tangannya dipantat Dina dan mengangkat tubuh Dina keatas, dengan posisi seperti itu, wajah Bandi berhadapan langsung dengan perut Dina sementara tangannya menopang pantatnya<br />
“EEEeeh kok digendong sih” seru Dina panik,<br />
“Udah cepetan ambil..berat nih” kata Bandi jujur, ketika tangan Dina mencoba meraih barang2 diatas,<br />
<br />
Dibawah Bandi sedang mensyukuri apa yg terjadi pagi ini, wajahnya menempel ketat di perut Dina, dahinya bersentuhan dengan bagian bawah payudara adik iparnya, lalu dengan pelan di geserkan mulutnya kesamping kiri dan kanan ,<br />
<br />
“aww jangan gerak2 kepalanya Bang, geli tau” teriak Dina,<br />
“udah , cepetaaan ” kata Bandi sambil membathin “jangan cepat2 pleaseee…ini hanya awal” posisi sekarang ini membuat penis Bandi mengeras kembali ,dengan payudara dikepala dan perut diwajah ia merasa sedang menyetubuhi adik iparnya,<br />
<br />
Tepat waktu Dina mengangkat kedua belah tangannya , kaos putih itu ikut tertarik dan kulit putih bersih itu bersentuhan dengan bibir Bandi, “Ooh Tuhan kutarik , keluhanku hari ini” desis Bandi dalam hati,<br />
<br />
Dijilatnya sedikit perut itu seakan itu tdk sengaja, Bandi merasa penisnya sudah sangat mengeras, ia terhanyut oleh khayalannya sendiri, otaknya tak sanggup menalar norma,nafasnya kian memburu, lalu dilepaskan pegangan tangannya , dan seketika tubuh Dina meluncur kebawah,<br />
<br />
“Aaw , gimana sih bang, kok dilepas” seru Dina kaget, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Bandi,<br />
“Din dengar, aku mau bicara , beri aku 5 menit untuk bicara jujur.. bila kamu ga suka, kamu hanya perlu bilang dan aku pulang, ok?” kata Bandi dengan terbata2.<br />
<br />
Dina mengangguk bingung dan Bandi langsung menyambung ” aku sangat suka ke kamu sejak kamu remaja, sejak aku kenal kamu , aku suka kamu sekarang dan kapanpun, aku mencintaimu,aku ingin hatimu.. terserah kamu mau bilang apa… yg jelas aku bisa mengatakan ini langsung ke kamu sudah cukup bagiku,… aku ga mau kamu berubah sikap ke aku setelah ini… tapi aku hanya ingin kalau kamu tau ,kalau aku cinta kamu” Bandi mengatakan dengan sungguh2 , bahkan ia heran dengan dirinya bisa mengatakan hal jujur ini ke adik iparnya,<br />
<br />
“Boleh aku lanjutkan Din?” kata Bandi sambil menyentuh wajah adik iparnya,<br />
<br />
Dina memundurkan wajahnya sedikit, mencoba mencerna omongan Bandi tadi, tak pernah terpikirkan hal seperti ini akan terjadi.<br />
<br />
“Boleh aku lanjutkan Din” ulang Bandi, kemudian Dina mengangguk pelan ,<br />
“Dari semua yg ingin kulakukan , tdk ada yg bisa melebihi ini..” Bandi kemudian memeluk Dina pelan, Dina berundur kebelakang sedikit namun tertahan tembok, Lalu Bandi mengendurkan pelukannya dan ia mengecup pipi adik iparnya itu, Dina menutup matanya ketika Bandi melakukan itu, sedikit kecemasan mulai menyelimutinya,<br />
<br />
Bandi kemudian menarik bibirnya dari pipi adik iparnya dan memandang Mata Dina,<br />
<br />
“ini saatnya Bandi ..Ayo !!” bisikan entah darimana berdesir di kupingnya.<br />
<br />
Kemudian Bandi menyentuhkan bibirnya ke bibir sensual adik iparnya itu,<br />
<br />
“Ya Tuhan , aku melakukannya” kata Bandi dalam hati, tdk ada reaksi dari Dina, lalu Bandi mulai menghisap bibir bawah adik iparnya pelan, Dina merasa sangat bingung dan penasaran , apa yg terjadi dengan kakak iparnya ini,<br />
“Hhmmp sudah Bang” kata Dina pelan, tetapi justru ketika ia membuka bibirnya , lidah Bandi menerobos masuk , menari-nari di permukaan lidahnya, mengusik ujung lidahnya, selang 2 detik iapun membalas lidah itu,<br />
<br />
Begitu Lidah Dina keluar dari mulutnya , Bandi seketka menghisap lidah Dina pelan dan teratur, Dina mulai merasa dirinya lemas, semua yg ada di otaknya mulai tertutup sesuatu,.<br />
<br />
Bandi menyandarkan Dina ditembok, lalu dengan pelan ia terus menjilati dan menyedot lidah Dina, “OOH Dina , kau milikuu” pikir Bandi liar, Tangan Bandi mulai meraba perut Dina , disibakkannya kaos putih basah itu keatas, di raba pelan gundukan payudara kencang itu,<br />
<br />
Kemudian Bandi menekan pelan bahu Dina sampai adik iparnya itu terduduk dilantai , dengan terus menciumi bibir Dina , Bandi membaringkan Dina di lantai belakang rumah itu, kemudian ia melepas kaos Dina keatas, Dina menggigil sewaktu Bandi melakukan hal itu , ia berbisik pelan sewaktu Bandi menciumi leher putihnya<br />
<br />
“Jangan bang Bandi, sudah…”<br />
<br />
Lidah Bandi menjelajahi leher Dina, kemudian giliran telinga Dina , lubang bagian dalampun tak luput dari jilatannya,<br />
<br />
” Adik iparku sayang, kutunjukkan betapa aku mencintaimu, betapa aku menginginkanmu” bathin Bandi..<br />
<br />
Lidah Bandi merayapi leher kemudian ketiak Dina, seketika adik iparnya itu menggelinjang geli,<br />
<br />
“ouugh ” desis Dina, nafasnya mulai memburu,<br />
“Ooh Dina, aku ingin menghirup semua bau tubuhmu” bisiknya ketelinga Dina, lalu Dina mengangguk pelan,seketika itu<br />
<br />
Bandi melepas Bra Dina , sewaktu Bandi melakukan itu, hatinya berdebar,berpacu dengan keringatnya yg menetes deras, dibelainya Paha Dina sambil mengusap pelan dari luar Vagina Dina, dihentikannya sejenak kegiatan itu,<br />
<br />
“Ya Tuhan , Dina cantik sekali dan sekarang kamu miliku …” bathin Bandi..<br />
<br />
Dina tanpa bra jauh lebih membangkitkan kelelakian Bandi, payudaranya yg indah itu menyembul begitu Bra terlepaskan, Bandi langsung menjilati putting payudara itu bergantian kiri dan kanan , Tangan Dina meraba punggung Bandi pelan, lalu Bandi memegang tangan itu dan mengarahkan ke penisnya. cerita sex<br />
<br />
Bandi begitu leluasa, sejenak pikirannya melintas, “Kunodai kamu Dina, kunodai setiap senti tubuhmu , lihat saja..”<br />
Kemudian Bandi mulai menjilati perut Dina , sembari tangannya mengelus payudara Dina, Lalu ia berdiri dan menanggalkan kaosnya sendiri, Dina yg terbuai dengan jilatan Bandi mulai meremas penis Bandi dari Luar,<br />
<br />
Tak sabar Bandi melolosi celana pendek Dina, celana dalam hitam itu sangat sempurna di kulit perut dan pahanya yg putih, dengan rakus Bandi menggigit dan menjilati vagina Dina dari luar, kemudian ia segera membuka sedikit celana dalam itu dan lidahnya menyeruak masuk kedalam vagina Dina,<br />
<br />
“OOooh inilah aroma yg kuimpi2kan…ini aroma yg membuatku selalu membayangkan..inilah rasa vagina Dina , inilah rasa tubuh Dina ”<br />
<br />
Pinggul Dina terangkat seirama lidah dan bibir Bandi menjilat dan menghisap klitorisnya ,Mata Dina menatap kepala Bandi yg sedang bergerak-gerak liar di selangkangannya dengan sayu<br />
<br />
“Ya Tuhan , apa yg aku lakukan? aku tdk mau ,Tuhaan,aku tdk mauuu” jerit Dina dalam hati, namun suara yg keluar adalah “Ooouuuh aaa uuuuh isshhi isssh issh” desis itu membuat Bandi bersemangat,<br />
<br />
Lalu setelah puas menjilati seluruh paha betis dan kaki Dina , ia pun menanggalkan celananya, dan menatap tubuh adik ipar dibawah kakinya.<br />
<br />
“Kamu harus membayar hutangmu yg membuatku menunggu selama ini Din, kamu harus kunodai seluruh tubuhmu” bathin Bandi sambil mengarahkan penisnya ke mulut Dina,<br />
<br />
Dina menggeleng sewaktu Bandi menyentuhkan penisnya yg telah basah ujungnya ke bibirnya, namun Bandi menekan kepalanya kearah dalam kemudian dengan menutup mata, Dina mulai mengulum penis Bandi yg mengeras itu,Bandi benar2 terangsang melihat bibir Dina mengulum penisnya , hatinya bagaikan dipenuhi oleh cinta, Mata Dina yg indah itu menutup menambah sensasinya sewaktu mengulum penisnya,<br />
<br />
“Ya hisap terus Din, hisap Dina ! hisaplah kontolku yg kotor ini dengan bibirmu yg indah itu, ku kotori seluruh rongga mulutmu, seluruh lidah dan gigimu akan kusentuh dan kunodai dengan kontolku, ” pekik Bandi dalam hati ,<br />
<br />
ketika Dina mulai menghisap penisnya, Bandi merasa cairan bening didalam saluran kencingnya sudah masuk ke mulut Dina, lidah Dina yg bermain dikepala penisnya membuat penis Bandi sangat mengeras ia bahkan sewaktu tak pernah membayngkan Dina sejauh ini, begitu lidah dan bibir Dina menjilati buah zakar Bandi , barulah Bandi tersadar… hatinya sangat puas,<br />
<br />
“bibirmu sudah ternoda sayang” bathin Bandi..<br />
<br />
“Sudah cukup, sekarang aku mau menodai tubuhmu ” desis Bandi dalam hati sambil melepaskan penisnya dari mulut Dina,<br />
Lalu direntangkan paha Dina .<br />
Dina merasa inilah saatnya harus stop, matanya terpejam mencoba berpikir, akal sehatnya harus kembali , dia tdk boleh meneruskan hali ini, dia tdk menghendakinya, Dina berpikir bagaimana bila ia berguling kesamping dan “ouuh..ouuuhh Ba-aang”<br />
Penis Bandi ternyata lebih cepat daripada otak Dina , penis Bandi telah memasuki dirinya “ja-ngaan bang” bisik Dina tak berdaya,<br />
<br />
Bandi merasa kehangatan menyelimuti tubuhnya ketika ia memasukan semua penisnya kedalam vagina Dina, seperti ada selimut kasat mata di punggungnya, hatinya merasa sangat bahagia melihat Dina, adik iparnya yg selama ini di impikannya menyatu dengan tubuhnya, betapa bahagia melihat penisnya keluar masuk ke vagina Dina,<br />
“Dinaa, tdk suka? Panggil aku Bandi saja jangan abang bila kamu ingin semua cepat berakhir” kata Bandi parau<br />
<br />
Dina membuka matanya dan melihat lelaki yg dia hormati selama ini sedang terengah engah diatas tubuhnya<br />
<br />
” i—iya Bandi ..berhenti Duul” kata Dina lirih sambil menutup mata,<br />
<br />
Bandi semakin terangsang ketika Dina memanggil namanya, ia merasa seperti kekasih pada Dina, di percepatnya gerakan pinggulnya,<br />
<br />
“aahhs iihhs iisss issss issss” erang Dina ia membuka kembali matanya , dan mendapati dirinya sedang terayun-ayun , ada sedikit gelombang kecil diperutnya, awal dari orgasme ! “aahh ahhh aaaah ” desisnya seirama dengan hentakan penis Bandi didalam liang vaginanya,<br />
<br />
Bandi sangat terpesona dengan wajah adik iparnya itu, sangat seksi,kemudian ia jadi lepas kendali,<br />
<br />
” Dinaaa, saayaangg…enaknya vaginamuuu, enaknya tubuhmu Diin..oohh ..kontolku enak Din? Kontolku apa rasanya??? ” cerocos Bandi,<br />
“apa Din? Kontolku apa Diinnnn???”<br />
<br />
Dina merasa gelombang runtun itu menyebar dari vaginanya ke otot perutnya..dan otot2 kaki2nya..melewati syaraf punggungnya dan mulai menyerang kepalanya… pandangannya mengabur, nafasnya terasa pendek2<br />
<br />
“enaak Duuull enaakk..kontolmu enaaakk” gelombang orgasme menerpa tubuhnya, wajahnya terasa tertiup hawa panas..<br />
<br />
Demi mendengar suara Dina berkata begitu Bandi tdk dapat menahan lebih lama lagi , dipercepatnya gerakan pinggulnya dengan kasar,<br />
<br />
“ooouuh Dina…vaginamuuuuu milikuuuu” croooooott croooottttttt beberapa kali Bandi menumpahkan spermanya ke dalam vagina Dina , setiap semprotan dari penisnya selalu di barengi oleh pikiran<br />
“kunodai Dinaaa…kunodai adik iparkuuu”<br />
<br />
Kaki Dina terlipat kaku di pinggang Bandi sewaktu orgasme terakhir menerpanya dan Bandi menanamkan penisnya dalam2…”Dina terimalah spermakuuu…. kubasahi seluruh liangmuu ..sampailah spermaku ke rahim mu Diinnn” bathinnya<br />
<br />
Ketika nafas keduanya mulai teratur, Bandi melihat Dina tersenyum sayu, mata indah itu membuat penisnya sedikit bergetar kembali,”Cukup” pikirnya ,”tubuhmu sudah ternodai, sudah kukotori ”<br />
<br />
Bandi bangkit dan memakai celana pendeknya , sambil berbisik ke Dina<br />
<br />
“sebentar Din , jangan berpakaian Bandiu, aku harus kerumah untuk mengunci pintu nanti aku kembali”<br />
<br />
Dina mengangguk lemah sambil tersenyum,<br />
<br />
Kemudian Bandi segera melesat keruang makan, menyambar 2 kaleng bir dari kulkas, dan setengah berlari kerumahnya,<br />
Didepan rumahnya sendiri ia membuka sekaleng bir, menenggaknya sekaligus dan melirik keatas sambil mengacungkan jempol ..<br />
<br />
” Tuhan .. you are the best ” sambil tersenyum bahagia.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-58891866922851100812016-06-28T10:12:00.000+07:002016-06-28T10:13:08.125+07:00Cerita Sex Fransisca SPG Kosmetik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5X8p1TzsqyicNYaiIz5uHbZ6BncPu8MHtna0i12VAUdRcXpNaQmSpn9vbgfWTwu-x49_gV_5Ixp2sKZrrDnFkO4vkYqIMw1eDgF_sAi1DbneNpOeezYgj-5vSxBgpN0Yt7NbtOk_rRvCi/s1600/2qd4kte.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Fransisca SPG Kosmetik" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5X8p1TzsqyicNYaiIz5uHbZ6BncPu8MHtna0i12VAUdRcXpNaQmSpn9vbgfWTwu-x49_gV_5Ixp2sKZrrDnFkO4vkYqIMw1eDgF_sAi1DbneNpOeezYgj-5vSxBgpN0Yt7NbtOk_rRvCi/s400/2qd4kte.jpg" title="Cerita Sex Fransisca SPG Kosmetik" width="265" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Fransisca SPG Kosmetik</h2>
<br />
Pagi ini aku duduk didepan rumah ketika tiba tiba liwat didepanku Fransisca, seorang cewek yg bekerja sebagai penjual kosmetik disebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya bisa mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya. Fransisca benar benar cewek yg seksi sekali, badannya tdk terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok.<br />
<br />
Keberaniannya untuk memakai rok mini membuat aku selalu ingin mengetahui apa yg ada dibalik roknya yg sangat minim itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa dijalan saja. Namun saat ini , ketika isteriku tdk dirumah dan keadaan benar benar sepi, keberanianku mendadak muncul.<br />
<br />
Baca juga :<br />
- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-janda-cantik-menggodaku.html"><b>Cerita Sex Janda Cantik Menggodaku Imanku </b></a><br />
<br />
Saat itu Fransisca yg sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh. Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali dan mendatangi aku. Didepan pintu pagar ia bertanya sopan ..ada apa Oom, kok tumben manggil. Aku hanya tersenyum dan membalasnya, kamu mau masuk kerja ya, kok udah rapi jam berapa sih masuknya…mampir dulu dong.<br />
<br />
Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yg putih tdk terlalu kena makeup namun justru memancarkan keseksiannya sebagai akibat dari rok mini serta blouse yg dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan kalau memang dia berangkat agak pagi karena mau mampir kerumah temannya untuk suatu keperluan.<br />
<br />
Aku mempersilahkan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya…Ibu dimana…kok sepi… Aku jawab dengan ringan kalau isteriku sedang keluar kota. Kulihat dia hanya mengangguk angguk saja, kugiring dia duduk diteras samping rumahku yg lebar dan rimbun itu. Kita duduk disini saja ya, biar santai, sambil saya ganti pakaian dulu.<br />
<br />
Dia segera duduk disofa sambil tangannya meraih majalah yg ada disitu. Aku jadi agak senang, karena majalah yg diraihnya itu adalah majalah porno yg aku dapat dari luar negeri. Didalam aku segera mengganti piyamaku dengan kaos dan celana pendek tanpa celana dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati keseksiannya.<br />
<br />
Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yg menjadi perhatiannya, ternyata gambar cewek yg sedang dijilati memeknya. Dengan bergaya tdk tahu aku segera duduk didepannya. Fransisca tertawa menyeringai sambil berkata :<br />
<br />
“aduh Oom majalahnya kok serem sekali ya”. Aku tdk menanggapi, tetapi aku hanya tersenyum saja.<br />
<br />
Aku membuka omongan dengan menanyakan dimana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yg kira kira bisa aku pakai dari omong omong itu aku tahu kalau dia bekerja di Sarinah dicounter kosmetik mahal untuk pria .<br />
<br />
Dalam sekejap aku sudah menghabiskan uang 800 ribu untuk memesan kosmetik pada dia. Fransisca sangat senang karena aku demikian boros membelanjakan uangku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tdk, duduknya mulai tdk rapi sehingga pahanya agak renggang.<br />
<br />
Saat itu aku sekilas melihat celana dalamnya yg berwarna kuning, penisku langsung bergetar karena pemandangan yg sekilas itu.Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam pengaruhku, akupun mulai melaksanakan jebakan yg aku rencanakan tadi.<br />
<br />
“Fransisca, kamu suka berenang nggak ?” Dia menjawab spontan..<br />
“suka sekali Oom kenapa ya ?” Aku menjawab lagi,<br />
“enggak Oom punya baju renang yg bagus sekali yg Oom beli di Amerika, tetapi Tante tdk berani memakainya, kamu mau ya ?”<br />
“Mau saja Oom, asalkan tante nggak marah kan?” Aku segera mengambil pakaian renang yg aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yg seksi dan aku berikan kepada beberapa kenalanku yg berani memakainya, saat ini aku masih mempunyai beberapa buah dan aku pilih yg paling seksi buat Fransisca.<br />
<br />
Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar benar akan membuat tubuh yg memakainya jadi menonjolkan keseksiannya. Ketika kutunjukkan pada Fransisca, matanya berbinar binar..<br />
<br />
“aduh Oom bagus sekali ya, tetapi ini pasti mahal sekali harganya” Aku hanya mengangguk kataku, biar mahal kalau yg memakai pantas kan jadi tambah bagus.<br />
“Kalau Fransisca nggak keberatan, Oom kepengen lihat Fransisca pakai pakaian renang ini mau kan ?” Fransisca pertamanya agak ragu ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya,<br />
“dimana saya bisa ganti Oom”<br />
“Disini saja diruang tamu”, aku sengaja menunjuk kedalam ruang tamuku.<br />
“Oom tunggu disini ya” katanya.<br />
<br />
Aku hanya mengangguk dan Fransisca masuk keruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tdk masuk kedalam melihat Fransisca ganti, karena aku kuatir dia lepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tdk kunjung keluar juga. Tiba tiba kudengar Fransisca memanggilku…<br />
<br />
“Oom , Oom kesini saja Fransisca malu keluar” Aku tergesa gesa masuk keruang tamuku. Kulihat pakaian Fransisca bergeletakan dilantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yg aku berikan itu.<br />
<br />
Benar benar pas buat Fransisca, buah dadanya yg besar itu menggantung manja dibalik pakaian renang itu dan dari samping sebagian buah dadanya menyembul keluar.<br />
<br />
Secara tiba tiba Fransisca mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan letak rambutnya yg kacau, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. Penisku langsung ngaceng penuh melihat ketiak Fransisca ini, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku agar keluar keteras.<br />
<br />
“Disini lebih jelas Fransisca, kan pakaian renang memakainya diluar ruangan bukan didalam”. Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu.<br />
<br />
Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yg hanya dilapisi pakaian renang itu. Ternyata pakaian renang itu tdk dapat menyembunyikan pentil susu Fransisca yg tampak menonjol itu dan juga potongannya yg berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Fransisca yg hitam keriting itu keluar disisi paha tanpa disadari oleh pemiliknya.<br />
<br />
Aku tertawa sambil berkata,<br />
<br />
“aduh Fransisca..bulumu luar biasa ya..sampai keluar semua tuh !” Fransisca agak terkejut dan melihat kearah yg kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi. “Memangnya lebat ya Sar kok sampai keluar semua” Fransisca menjawab enteng juga,<br />
“habis pakaian renangnya seksi sih jadi ya mestinya dicukur sedikit biar nggak keluar semua”.<br />
<br />
Aku bilang pada Fransisca :<br />
<br />
“Sudah Sar sana kamu ganti saja dengan pakaianmu sendiri”. Kalau tadi aku tdk mengikuti ketika Fransisca mencoba pakaian renang, saat ini aku ikut masuk dan menunggunya ganti. Fransisca berkata..<br />
<br />
“lho Oom kenapa kok disini..Oom keluar dulu dong Fransisca mau ganti” katanya manja.<br />
<br />
Aku diam saja..<br />
<br />
“sudahlah apa bedanya telanjang dengan pakai pakaian renang ini, toh Oom sudah bisa membayangkan didalamnya”. Fransisca memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat.<br />
<br />
Mataku terbelalak melihat buah dadanya yg montok dan bulu jembutnya yg lebat itu, benar benar diluar ukuran, super lebat dan gondrong. Aku sudah tak tahan lagi dengan sigap aku berdiri dan mendekati Fransisca, kuremas susunya dan kucium bibirnya.<br />
<br />
Fransisca hanya pasrah saja, tanpa tunggu komando lagi celanaku langsung kupelorotkan dan kusuruh Fransisca memegang penisku. Fransisca langsung menggenggamnya dengan halus, aku yg sudah bernafsu segera menarik Fransisca pelan pelan kesofa sambil tetap berciuman dan Fransisca masih menggenggam penisku.<br />
<br />
Ketika aku sudah berhasil duduk disofa, kusuruh Fransisca duduk dipangkuanku dan kuselipkan penisku dibibir memeknya. Dengan sekali tekan, penisku amblas diliang memek Fransisca. Ternyata Fransisca memang betul betul sudah nggak perawan, tetapi memeknya masih terasa seret.. mungkin masih jarang dipakai.<br />
<br />
Gerakan pantat Fransisca cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memeluk aku erat erat. Kurasakan hangatnya liang memek Fransisca yg masih peret itu, geseran buah dadanya didadaku membuat aku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Fransisca yg menduduki penisku, aku kuatir kalau aku akan cepat ambrol, dengan tergesa gesa kudorong Fransisca sehingga ia berdiri dan terlepaslah penisku dari liang memeknya.<br />
<br />
Aku mendudukkan dia diatas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat memeknya terkuak lebar dengan bibirnya yg berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari memeknya sendiri. Langsung saja lidahku menjilati itil Fransisca yg membengkak seperti kacang tanah itu. Fransisca menggeliat sambil merintih, jembutnya yg lebat kusisihkan kesamping sehingga lidahku makin leluasa menyusuri tepi bibir memek Fransisca untuk kemudian ujung lidahku kumasukkan keliang memeknya yg menganga itu.<br />
<br />
Fransisca betul betul tdk tahan dengan jilatanku ini, tangannya meremas remas susunya sendiri, sedang mulutnya merintih rintih. Ketika kulihat lendir memek Fransisca sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Fransisca, saat itu tiba tiba saja Fransisca menangkap penisku dan langsung dimasukkannya kedalam mulutnya, dihisapnya penisku kuat kuat.<br />
<br />
Kuluman Fransisca tdk terlalu enak, tetapi aku tertegun melihat Fransisca yg begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yg indah sekali buah dada Fransisca berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yg dipulas lipstick tipis mengulum penisku.<br />
<br />
Tak tahan dengan semua ini segera kucabut penisku dari bibir Fransisca dan kudorong Fransisca hingga terbaring , pelan pelan kuletakkan penisku dibibir memeknya yg berbulu lebat itu, Fransisca membantuku dengan menyibakkan jembutnya serta menguakkan memeknya, pelan pelan aku menusukkan penisku untuk merasakan liang memek Fransisca yg hangat itu sampai akhirnya penisku mencapai dasar memek Fransisca.<br />
<br />
Fransisca mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar kekiri dan berganti kekanan. Aku tdk sempat merojokkan penisku, karena goyangan Fransisca yg alami membuat aku tdk mampu menahan rasa nikmat yg luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap pentil susu Fransisca sementara air maniku menyembur keluar oleh empotan dan goyangan Fransisca itu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-14254715005463236582016-06-26T00:00:00.000+07:002016-06-26T00:00:00.175+07:00Cerita Sex Janda Cantik Menggodaku Imanku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVD5KmybEWdATnWLVfDeUHspoYKpLuhLAUy9-jPU-5977nWyJZ8EGIIfIyqJh2LtmoK0uSKRdGR-8kTiaiWQdtw51PTq2aMPYYHDGCnNtJBQbxeE1_dvf5hl6zlLv-XR-naLKtbViVkAO3/s1600/Paling-Seru-Bikin-Konak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVD5KmybEWdATnWLVfDeUHspoYKpLuhLAUy9-jPU-5977nWyJZ8EGIIfIyqJh2LtmoK0uSKRdGR-8kTiaiWQdtw51PTq2aMPYYHDGCnNtJBQbxeE1_dvf5hl6zlLv-XR-naLKtbViVkAO3/s400/Paling-Seru-Bikin-Konak.jpg" width="400" /></a></div>
<h2>
Cerita Sex Janda Cantik Menggodaku Imanku</h2>
<br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku baru saja selesai mandi dan berniat ngopi diteras rumah sambil menghirup udara pagi yang segar. Akan tetapi mataku mlihat tante Dinda tengah asyik menikmati keindahhan bunga ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Dinda nampak srius mmperhatikan tanaman itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pagi tan ” sapaku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Hmmm… ” balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku lagi stengah mnawarkan jasa.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Nda usah!! ” jawabnya juga seraya mmblakangiku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Baca juga :</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-adik-kelas-yang-pengertian.html"><b>Cerita Sex: Adik Kelas Yang Pengertian</b></a></span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku tak mlihat tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku kmbali mmperhatikan tante Dinda yg mmblakangiku. Mulai dari betisnya yg putih mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun trbalut clana pendek, namun trlihat jelas lekukannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Coba dia bisa aku tiduri seperti tante Rita ya? ” gumanku dalam hati.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh tante Dinda trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan mmegangi tubuhnya yg nyaris trsungkur itu, mninggalkan sisa lamunan cabulku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Kurangkul tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Dinda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kpalaku trasa pusing Fad” jawab tante Dinda lemah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Akhirnya aku bisa mrangkulmu Din” ucapku dalam hati.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Ada sjuta kebahagian dihatiku karna mampu mrangkul tubuh si angkuh trsebut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Stelah brada didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Dinda disofa ruang tamu. Dengan mnarik nafas tante Dinda duduk dan brsandar pada sandaran sofa. Stelah itu aku melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku kembali dngn sgelas air hangat dan mnghampiri tante Dinda yg tengah brsandar disandaran sofa.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil mnyerahkan gelas brisi air hangat yg kubawa. Tante Dinda pun mminum air hngt yg kuberikan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas dimeja yg ada didepannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tante Dinda hanya mnganggukan kpalanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“E, em” jawab tante Dinda prlahan seakan tengah mnahan sakit.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku pun sgera memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian dahinya yg dia bilang mrupakan pusat rasa sakitnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Wah, knapa tante Fad!?” tanya Nita yg baru saja pulang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tadi si tante hampir jatuh, kpalanya pusing Nit!” jawabku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil mlangkah kedapur.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Dah aga mndingan Fad” jelas tante Dinda dngn mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Terasa hangat dahinya brsamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Dinda trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dngnnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku, brupaya memancing agar niatku tercapai.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Iya kali? “ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih jauh.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Memang kamu bisa!?” tante Dinda balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Dinda brubah fikiran lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Dinda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Mmbuat hatiku brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Setelah brada didalam kamar, kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Dinda pun mrebahkan tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Dinda. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali mnghampiri tante Dinda yg tengah menanti. Dengan mmbranikan diri aku memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Dinda kini hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Dinda mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika memprhatikan dia ditaman.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap …</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Iya… ” jawabnya lirih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya, sehingga mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara milik gadis kebanyakan. Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung tante Dinda. Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg tramat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Smentara tante Dinda hanya trdiam sraya mmejamkan matanya yg bulat dan indah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg trpejam.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah brdiri dimuka pintu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Iya Nit… ” balas tante Dinda tanpa brpaling kearahnya. Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu kembali dan brlalu pergi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Jari tanganku mulai nakal trhadap tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Dinda terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Dinda stengah berbisik seraya mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tapi tante Dinda malah melepaskan branya shingga kini payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan pemandangan trsebut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Sekarang bisa kamu plototin pe puas dech!!” ujar tante Dinda tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai brdiri tegak mngikuti dorongan hasratku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante Dinda mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda sesaat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante Dinda telah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg luput dari kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Dinda mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua tlapak tngnku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Dinda skaligus printah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn keadaan sparuh bugil. Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat susu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aku juga mau kok!?” ucap tante Dinda sambil mremas salah satu payudaranya hingga putingnya mnonjol kearahku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku kian brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun tak mnunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante Dinda brgelinjang saat tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Jari jemariku kian liar mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. JariQ juga memainkan putingnya yg mulai mngeras.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Dinda dngn nafas taj tratur.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting payudaranya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Dinda sraya mmegangi kpalaku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Dinda smakin mndesah tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Dinda. Hingga jari jariku trasa mnyentuh rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Dinda mmbuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu bulu halus miliknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aowww…” jerit kecil tante Dinda saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Smentara kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan yg mnutupinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk didalam memek tante Dinda, hingga lobang itu mulai trasa basah dan lembab. Sampai akhirnya tangan tante Dinda menahan gerakan tanganku dan mminta mnyudahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Dinda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari mulutku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Dinda sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Dengan senyum manis kearahku, tante Dinda mendekat dan brjongkok tepat didepan slangkanganku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aouw, gede banget..!!” seru tante Dinda sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Dngn tangan kanan dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Agghhh… “aku mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kpala tante …</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">…Dinda, mremas serta mngusap usap rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Dinda smakin liar, sbentar mngulum dan mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang kencing dikpalanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat. Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Entah brapa lama tante Dinda mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku brgetar dan hampir kejang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Dinda mandi dngn air maniku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tante Dinda sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua kaki tante Dinda trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg brwarna merah dan lembab.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Lidahku pun mulai mnjelajahi dan mnjilati lorong itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Dinda saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Dinda tak karuan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aughh…..” suara tante Dinda sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit leherku, ketika ku isap itilnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Dinda lirih.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Dinda sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Dinda dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante Dinda agar bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya duduk dikursi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tante Dinda naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Dinda mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Dinda ketika kontolku masuk menusuk memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Tak lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu bokongnya turun naik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Dinda tak karuan jika tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Dinda sraya mnggerakan bokongnya dngn cepat.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya .</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aaaaaawhhh……..”erang tante Dinda sambil mnekan bokongnya lebih rapat dengan slangkanganku.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akupun mengejang mnahan tekanan bokong tante Dinda.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">“Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Stelah cukup lama kami brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn peluh syurga.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: "georgia" , "times new roman" , "bitstream charter" , "times" , serif;"><span style="line-height: 24px;">Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan keangkuhanmu Dinda Gienarsih.</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-20659530450273887772016-06-25T16:22:00.004+07:002016-06-25T17:14:28.224+07:00Cerita Sex Adik Kelas Yang Pengertian<br />
<div style="text-align: center;">
<u><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ohBV_W-a5wbfm2FUZpYm2nWrC2rBd3hF05FN7-_4RTYSw6-K9Fz0vvCh8ATfhKRd_DH5HsE203ExVDEiifbn1pBUuvoRguS73LSV0dBBCGTL4iaTuk-_9BnGAvNrWupguOQ3Hc_wsiUH/s1600/ABG2BImut2BMasih2BSMP2BPamer2BToket2BPutih2BMulus4.jpg" imageanchor="1"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-ohBV_W-a5wbfm2FUZpYm2nWrC2rBd3hF05FN7-_4RTYSw6-K9Fz0vvCh8ATfhKRd_DH5HsE203ExVDEiifbn1pBUuvoRguS73LSV0dBBCGTL4iaTuk-_9BnGAvNrWupguOQ3Hc_wsiUH/s400/ABG2BImut2BMasih2BSMP2BPamer2BToket2BPutih2BMulus4.jpg" width="300" /></a></u><br />
<h2>
Cerita Sex Adik Kelas Yang Pengertian</h2>
</div>
Cerita Sex Pelajar | Tumben banget bel pulang sekolah bunyi gak ngaret kayak biasanya. Suasana pulang yang ricuh tiba-tiba menghening. Ternyata ada si Yola, anak kelas 1 yang tersohor dengan muka yang cakep banget di tambah body sexy yang terbalut seragam super minim itu sedang lewat. Namun suasana bisu itu tiba-tiba memecah lamunku karena langkah sexsy si primadona berparkir di depan tongkrongku yang sedang BT hari itu. Saat itu angin kencang sedang hilir mudik dan tanpa sengaja menyibak rok Yola, sepintas warna pink dalam rok Yola terlihat oleh ku yang memang sedang nongkrong di depan Yola.<br />
<br />
Baca juga :<br />
- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-seks-nemenin-kakakku-yang-cantik.html"><b>Cerita Seks Nemenin Kakakku Yang Cantik</b></a><br />
<br />
“Woi sadar donk!” teriak kecil Yola yang membuyarkan tanyaku tentang warna pink tersebut.<br />
“CD aku tadi keliatan ya?” ceplos Yola yang membuat muka ku memerah.<br />
<br />
Tanpa sempat memberiku kesempatan berkomentar, Yola menarik lenganku menuju tempat parkiran. Yola adalah junior ku di seni, dan hubungan kita memang sangat lengket, namun Yola menganggapku hanya sebagai kakak saja.<br />
<br />
“Kak, anterin aku pulang donk?” pinta Yola<br />
“Lho, emang supir kamu mana?” tanyaku kepada gadis kaya yang pulang pergi di anterin supirnya ini.<br />
“Supirku lagi nyupirin bonyok, dan di rumah nggak ada orang karena lagi beresin perabotan di rumah baruku.”<br />
<br />
Tanpa banyak tanya lagi, dengan ramah aku memberikan tumpangan. Namun sekarang aku agak horny, karena saat di boncengi Yola menempelkan badannya ke punggungku dan tangannya memelukku dengan erat. Tidak seperti biasanya jalan Khairil Anwar agak lenggang dan membuat motorku dapat melaju kencang dan sampai dengan cepat di istana Yola.<br />
<br />
“Kak, jangan pulang dulu yach. Temenin aku dulu dong sebentar, iseng nich sendirian di rumah.” Tawar tuan rumah.<br />
<br />
Setelah berganti baju, Yola langsung menyodoriku minuman kaleng dan beberapa film American Pie yang sudah di putari di kamarnya. Kamar Yola begitu luas dan cantik dengan berbagai ornamen pink dan putih khas perempuan. Setanpa dugaanku, Yola mengganti pakaiannya dengan tanktop putih transparan yang menempel erat ditubuhnya sehingga membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Tanktop mini itu di padukan dengan rok mini putih yang serasi dengan tanktopnya.<br />
<br />
Yola dan aku duduk berdampingan di kasurnya yang mengarah ke TV. Yola duduk dengan memeluk erat tangan ku dan menyenderkan kepalanya ke pundakku. Posisi duduk kami benar-benar membuatku horny, apalagi aku merasakan sebuah tonjolan kecil yang menempel di lenganku dalam pelukan Yola. Dan aku sangat menikmati keempukan dada Yola yang menghimpit lenganku. Entah sengaja atau tidak, selain Yola memeluk lenganku, Yola juga menempatkan telapak tangan ku pada roknya tepat di atas vaginanya.<br />
<br />
Pada saat pemain film American Pie meragakan hubungan sex, nafas Yola menjadi terengah-terengah dan seperti memburu sesuatu. Tak lama berselang aku merasakan suatu getaran dari penisku dan terasa penisku sedang ereksi. Ternyata pada saat itu Yola sedang meremas-remas penisku dari luar. Aku terus mendesah tanpa berusaha menepikan tangan mungil Yola dari penisku. Dan aku semakin mendesah dan menggeliat tatkala Yola memasukkan tangannya ke celanaku dah terus meremas penisku.<br />
<br />
Di tengah nikmatku, tangan Yola yang satunya lagi membimbing tanganku untuk masuk ke roknya dan menempatkannya tepat di vaginanya. Dengan tidak mau kalah, aku meremas-remas vaginanya juga. Dan betapa menggelinjangnya Yola saat jariku kumasukkan ke lubang vaginanya yang membuat vaginanya membasah.<br />
Kegiatan saling meremas ini berlangsung selama 10 menit sampai akhirnya Yola melepaskan genggamannya dari penisku dan mengeluarkan tanganku dari roknya. Aku sangat menikmati 10 menit indah itu, dan ingin rasanya mengulanginya lagi.<br />
<br />
“Kak Yola haus nich, boleh pinjam sedotannya gak?” lirih Yola memecah lamunku.<br />
“He…eh…” sahutku yang masih bingung<br />
<br />
Aku bingung karena Yola tidak menyertakan sedotan di minumanku, tapi kenapa ia justru meminjam sedotan dariku. Yang lebih membuatku bingung, setelah aku iyakan, wajah Yola berubah menunjukan senyum yang penuh arti.<br />
<br />
Tanpa ada ucapan lagi, tiba-tiba Yola bangkit dari duduknya dan langsung jongkok di depanku<br />
<br />
“Heh kamu mau ngapain?” sahutku masih dalam bingung.<br />
“Udah deh, pokoknya kakak bakal keenakan dech…” sahutnya dengan ceplos<br />
<br />
Tanpa menunggu komentar dariku lagi, Yola dengan sigap langsung membuka sabuk dan seletingku dan menarik celanaku dengan cepat. Karena kebiasaan ku yang tidak pernah memakai CD dari kecil, penisku langsung menyumbul keluar saat celanaku di peloroti.<br />
<br />
Tidak sampai menunggu lama. Tangan Yola langsung meregangkan pahaku, yang membuat selangkanganku terbuka lebar.<br />
<br />
Dengan nafas yang terengah-engah dan nafsu yang membara, tangan Yola langsung meraih penisku. Penisku semakin mengeras seirama dengan pijatan dan tarikan yang semakin keras dan cepat yang dilakukan Yola. Tidak hanya saja di pijat, tangan Yola dengan terampil mengocok penisku. Penisku di kocok dengan sangat cepat sampai aku merasa mengejang dan terengah-engah. Sebelum mani ku menyemprot keluar, aku menghentikan gerakan lincah tangan Yola. Yola pun langsung menghentikan tangannya, karena ia tahu kalau mani sudah keluar maka penis akan menyusut dan ia tidak bisa meneruskan permainannya.<br />
<br />
Setelah selang 1 menit, Yola kembali mengawali permainannya lagi. Kali ini ia mengulum penisku. Ia kocok penisku dengan mulutnya. Bahkan biji penisku pun ia lahap habis.<br />
<br />
Karena sedotannya yang kencang di tambah mulutnya yang terus maju mundur, membuat pertahananku goyah. Karena sudah tidak kuat lagi menahan mani yang ingin mendesak keluar dari penisku, maka aku langsung mengeluarkannya. Aku tidak sadar bahwa saat aku menyemprotkan mani, penisku masih di dalam mulut Yola. Al hasil, kini mulut mungil Yola penuh dengan maniku yang sekarang mengalir deras keluar dari mulutnya.<br />
<br />
“Yola maaf ya, saya ngeluarinnya gak bilang-bilang.”<br />
“Iya nih kak. Lain kali kalo mau ngeluarin maninya, bilang dulu yah. Asin tau mani nya kakak.” Keluh Yola yang keasinan karena tanpa sengaja menelan maniku.<br />
“Iya deh…., Yola kakak haus nih.” Ucap ku kehausan karena kewalahan oleh permainan Yola.<br />
<br />
Ada saja ulah nya Yola. Melihat ku kehausan, ia bukannya mengambilkan minuman, malah menyuruhku menghisap putingnya.<br />
<br />
Tindakan kami hanya segitu saja. Karena ternyata Yola masih perawan dan baru melakukannya dengan saya. Namun setiap salah satu rumah kami kosong, kami melakukan oral sex tersebut lagi. Bahkan, apabila setiap habis latihan seni. Kami melakukannya di kelas yang kosong, atau di kamar mandi sekolah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-53231039579366748402016-06-24T18:50:00.000+07:002016-06-24T18:50:05.909+07:00Cerita Seks Nemenin Kakakku Yang Cantik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQdn62zYfw6ATZdGjeWtgaWp5of7B3mvJhFoPrX4j3sQi-l5EuKnHX4V29hYoPyiNOC4FufFBw64v4IboKpI82N_woaNBqbzVZ5PkCBdI15Og62lucG1toUJizMPf8w5E_19jSWmCc0lxV/s1600/images+%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQdn62zYfw6ATZdGjeWtgaWp5of7B3mvJhFoPrX4j3sQi-l5EuKnHX4V29hYoPyiNOC4FufFBw64v4IboKpI82N_woaNBqbzVZ5PkCBdI15Og62lucG1toUJizMPf8w5E_19jSWmCc0lxV/s400/images+%25282%2529.jpg" width="346" /></a><br /></div>
<h2>
Cerita Seks Nemenin Kakakku Yang Cantik<br /></h2>
<br />
<div>
<span style="font-size: 24px;">Hanly sedang asyik bermain didekat rumahnya, anak smp kelas 1 itu tampak gembira sekali dihari libur itu dia bisa bermain bersama temannya. Hanly memilih bermain diluar karena dirumahnya memang sepi sekali.<br /><br />Baca juga :<br />- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-teman-suamiku-pemuas-nafsuku.html">Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku ini</a></b></span></div>
<h2>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Sampai siang itu anak smp itu bermain bersama temannya, lalu tampak seseorang datang menemuinya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dek, ayo pulang…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Ada apa kak? Hanly masih main…”, ternyata itu kak Indri, kakak kandung Hanly.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Udah sini, ayo pulang…” tangan Hanly ditarik, kini anak smp itu sudah dalam perjalanan kerumahnya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Napa sih kak?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Temeninkakak, dirumah sepi tau…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Udah gede masih takut ya sendiri dirumah?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“udah, kamu ini….” Hanly dielus kepalanya,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">kak Indrimemang cewek yg cukup cantik, Hanly jarang bersama kakaknya itu kecuali memang sedang liburan, karena Kak Indrisibuk kuliah diluar kota.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Mama papa kemana sih kak?” Sesaat setelah masuk rumah Hanly sudah ingin keluar lagi, “Hei, kemana? Udah kamu dirumah aja”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Ngapain dirumah kak?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Main apa gitu, pokoknya gak boleh ninggalin kakak” Lalu kak Indrimasuk kekamarnya, Hanly masih bingung harus melakukan apa dirumah.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly lalu pergi kedapur, dan memilih untuk makan siang. Beberapa menit setelah itu ia menemui kak Indridikamarnya. Tampak kak Indrisedang tidur dikasurnya, sambil memeluk boneka pisang. Hanly sempat terdiam, anak smp itu baru tau kakaknya itu cukup mulus pahanya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Karena hanya memakai Tanktop dan hotpants saja, Hanly bisa melihat kemolekan tubuh kakaknya itu. Hanly lalu melihat beberapa buku didekat kasur itu, tampaknya buku kuliah kak Indri. Saat ia buka, tampak tulisan kak Indricukup rapi dan bagus, makin dibuka terus, tulisan didalam buku itu tampak bukan hanya berisi pelajaran ataupun tugas kuliah saja. Hanly menemukan ada cerita dibagian belakang buku itu. Saat dibaca, ternyata cerita itu adalah cerita SEX, bukan main kagetnya anak smp itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Setelah melihat kakaknya masih tidur, Hanly memilih membaca cerita SEX itu lebih lanjut. Hanly mengetahui cerita itu memang asing baginya, namun entah kenapa ia sangat tertarik. Cerita seks dibuku kak Indrimenceritakan bagaimana seorang cewek sedang disetubuhi oleh laki laki idamannya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Beberapa menit itu Hanly terus membaca, dan tentu bocah smp itu terlihat melongo. Hanly merasa K0ntolnya itu tegak didalam celananya, jarang jarang anak smp bisa merasakan sensasi itu. Setelah selesai membaca, Hanly tau bagaimana laki laki menyetubuhi perempuan. Setelah itu ia mengembalikan buku itu ketempatnya, lalu mencoba mendekati kak Indri. Hanly tertarik dengan tubuh kakaknya itu, apalagi setelah membaca cerita sex.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, bangun kak, udah ditemenin malah tidur”, anak smp itu memegang paha kakaknya yg mulus lalu digoyang pelan pelan.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“hhhmm, aku ngantuk dek”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Ya sudah adek tinggal keluar”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Jangan, huuh, kamu disini aja…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kalau gitu Hanly tidur bareng kak Indriaja…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Ya udah sana…hmmm” Kak Indrimasih menutup matanya sambil berbicara kepada Hanly.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly lalu melompat kekasur itu, kini ia ada disebelah kak Indriyg sibuk tidur. Hanly yg sudah terangsang segera memeluk kakaknya dari belakang.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“hmm..adek…ngapain sih?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“udah, tidur aja kak…” Kak Indritenang tenang saja, karena memang yg memeluknya itu adeknya sendiri, tapi ia tak tau adeknya itu sudah terangsang.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Tangan Hanly memeluk kak Indri, Hanly merasa tubuh kakaknya itu cukup mempesona, anak smp itu mencium wangi tubuh kak Indri. K0ntolnya yg tegak itu ditubrukan kepunggung kakaknya sendiri. Beberapa menit itu tak terdengar suara, Hanly sedang terdiam memeluk kakaknya yg cantik dan mulus itu. Hanly meraih Boneka pisang yg dipeluk kak Indridan melemparnya keluar kasur.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Kak Indriyg masih tertidur itu tentu terganggu, cewek itu lalu berputar dan menghadap Hanly. Sekarang wajah cantik kak Indribisa dipandangi sepuasnya oleh Hanly. Hembusan nafasnya membuat Hanly makin terangsang. Tangan anak smp itu lalu perlahan turun, dankini berada dipaha mulus kak Indri. Hanly lalu mengelus elus paha itu, sambil menatap kearaha buah dada kak Indriyg tertutup tanktop putih. Anak smp itu geleng geleng merasakan sensasi yg belum pernah ia rasakan.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Deek…hmmm…nakal ya kamu..hmm” Kak Indriyg masih menutup matanya itu lalu merangkul adiknya seperti boneka pisang tadi.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Sontak Hanly kaget, Buah dada kakaknya itu kini ada tepat didepan wajahnya. K0ntol anak smp itu berdenyut denyut diatas selangkangan kak Indriyg mengangkat kakinya memeluk Hanly.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Buah dada kak Indritdk dibiarkan saja, Hanly menempel kan wajahnya kebenda bundar kenyal itu, anak smp itu kini menikmati keindahan buah dada kakaknya sendiri. Ia menggelengkan kepalanya perlahan, membuat buah dada kak Indribergerak mengelus wajah Hanly. Tangan anak smp itu lalu berpindah, Hanly memberanikan diri memegang buah dada kak Indridengan tangannya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Kakaknya itu memang tdk bereaksi,tapi tubuhnya tdk bisa bohong, nafas kak Indriterasa makin cepat memanaskan adegan itu. Hanly memasukkan tangannya ketanktop kak Indri, lalu meraih kedua buah dada kenyal itu. Hanly merasakan betapa kenyal dan mulus buah dada kakaknya itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly tiba tiba merasakan ada yg ingin keluar dari k0ntolnya, anak smp itu lalu meninggalkan kakaknya dan keluar dari kamar. Hanly lalu menuju kamar mandi, dan segera membuka celananya, cruut cruut, K0ntol anak smp itu menumpahkan cairan putih. Hanly baru pertama kali merasakan sensasi yg belum pernah dialaminya. Setelah itu ia memilih kembali menemui kak Indriyg tidur dikamarnya. Namun setelah ia tiba dikamar itu, ia melihat kak Indrisedang duduk dengan cantiknya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dek, hayo dari mana?” Hanly cukup bingung, entah bagaimana ia harus menjelaskan.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Anu kak, dari kamar mandi…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Tadi kamu apain toketku? Hmmm?” Tentu Hanly kaget setengah mati mendengar ucapan kakaknya itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Aduh, itu, anu…maaf kak..aku..”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“heheh, pinter juga kamu ya dek, sini sini” Hanly lalu mendekati kakaknya, anak smp itu menunduk malu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly jadi kaget lagi setelah tiba tiba kak Indrimembuka celananya, dan meraih k0ntolnya yg masih basah.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, aduh, kok…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Udah basah aja kamu dek, karena tadi kamu udah nakal, kakak mau kasih hukuman…ammmfg” Kak Indrimalah memasukkan k0ntol adiknya itu kemulutnya! Tentu Hanly cukup kaget, entah kenapa k0ntolnya tegak lagi, anak smp itu merasakan lidah kak Indrisedang asyik menjilati k0ntol kecilnya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“aauuh, kak, burungku kan kotor, kok di emut? Uuuh”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…mmm…mmm…Diem dek…mmm…hukumannya enak kan? mmm..mmm” Kepala kak Indribergerak naik turun, cewek itu mengulum k0ntol adiknya sendiri seperti sudah terbiasa.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Beberapa menit itu Hanly hanya berdiri, ia merem melek merasakan k0ntolnya diemut kakaknya sendiri yg memang mempesona. cerita sex</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Cret creet creett, Hanly lagi lagi mengeluarkan cairan putih, namun sekarang didalam mulut kakaknya sendiri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…gleegh…mmm…udah keluar aja kamu dek”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kok ditelan kak? Kan itu…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Enak loh, kan kakak udah sering nelan cairan itu, hehe” Hanly baru tau kakaknya itu sering menikmati k0ntol laki laki.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Kak Indrilalu melepas semua pakaiannya, tentu Hanly makin kaget.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak mau mandi ya?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Ndak lah dek, kakak udah gak tahan, kamu sih tadi pake mainin toket aku…” Tampak Buah dada kak Indriyg dihiasi Puting coklat itu membuat Hanly menelan ludah.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Kak Indriyg mulus nan cantik itu kini naik keatas kasur sambil telanjang, K0ntol anak smp itu sudah berdiri lagi. Hanly lalu mendekati kak Indri, tampak kakaknya itu sedang mengelus elus bibir vaginanya dengan tangan mulus itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, lagi ngapain sih?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“vaginaku gatel, gara gara aksi kamu… Eh sini dek, kamu elus vagina ku ya…” Tangan anak smp itu ditarik, lalu jari jari kecilnya kini menyentuh bibir vagina kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Cewek sange itu lalu menggerakkan jari jari tangan Hanly, dan mengelus vaginanya. Hanly masih melongo, melihat vagina kakaknya sendiri mulai terbuka.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dek, mmmf…oooh…mainin sendiri gih…uuuf…masak gak bisa…” Hanly lalu dengan sendirinya memasukkan dua jarinya kedalam lubang senggama itu, ia merasakan hangat dan basahnya lubang itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Ia gerakkan jarinya dengan cepat,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Aaaahn…mmmf…geli dek…mmmf” Tangan kanan Hanly memang sibuk mengobok obok vagina kakaknya, tangan kirinya segera meraih buah dada kenyal yg menggemaskan itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, kakak kok cantik banget sih, hehe” Hanly lalu meremas buah dada kakaknya itu, ia sangat senang sekarang bisa bersama kakaknya diadegan panas itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…oooh…dek, kamu lepas pakaian kamu cepet…” Hanly lalu secepat kilat melepas pakaian, Kini anak smp itu sudah telanjang, ia segera mendekati kakaknya itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kita mau main apa nih kak?” Hanly sudah tau apa yg akan terjadi, ia sudah siap menerapkan apa yg sudah ia baca dicerita seks dibuku kak Indri. Hanly lalu naik keatas tubuh kakaknya yg mulus itu,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dasar kamu dek, untung kakakmu ini udah pengalaman, Kamu musti puasin kakak ya…ummm” Kini adik kakak itu sedang bercumbu, mereka berciuman layaknya tak menghiraukan status.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly merasakan lidah kakaknya itu bergerak, tentu ia segera membalas.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Entah bagaimana Hanly dan kakaknya sekarang makin hebat menikmati sensasi itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…cup…mmm…kontol kamu dek…mmm…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mm…maaf kak…hehe…mmm..cup” K0ntol anak smp itu berdenyut denyut diselangkangan kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Tangan Hanly sibuk mengelus tubuh kakaknya yg mulus itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dek…mmmf…kayak udah pernah main sama cewek aja…kamu…mmmf…mmm” Hanly berhenti mencium bibir kakaknya, lalu ia menciumi buah dada kenyal itu, ia juga menjilati puting coklat kak Indriyg sudah mengeras.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Aaaahn…mmf…hebat kamu dek…mmmf” Lidahnya tak berhenti disitu saja, Hanly lalu menjilati perut kakaknya itu, lalu semakin turun, dan anak smp itu menjilati bagian atas selangkangan kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…mmm…kakak enak banget buat dijilat ya…mmm” cewek itu hanya terus mendesah karena ulah adiknya itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly sudah memuncak, vagina kak Indriyg basah sudah tak bisa dibiarkan olehnya. K0ntol anak smp itu lalu ditempel kan dibibir vagina kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“kak, boleh kan aku masukin kedalem?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“mmm…uuuh… boleh kok dek…Puasin kakak ya…Aaaahn!” K0ntol Hanly sudah masuk, kini vagina kak Indriyg basah mulai berdenyut karena k0ntol Hanly didalamnya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“oooh, enak banget kak, hangat dan nikmat ya didalem…uuuh” Hanly merem melek merasakan sensasi pertamanyab menikmati vagina perempuan.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Anak smp itu lalu bergerak maju mundur perlahan, membuat k0ntolnya keluar masuk lubang senggama itu. Kini Hubungan sedarah itu makin menggairahkan saja.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Aaaah…mmmf…uuuh…sssh…dek…oooh” Meski sudah tak perawan, vagina kak Indriterasa masih rapat menghimpit k0ntol Hanly yg bergerak.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly makin semangat, gerakan k0ntolnya dipercepat. Hanly memelu kakaknya itu, k0ntolnya tetap maju mundur menyodok vagina kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Aaaah…aaah…sssh…dek…mmmf….mantep de…Aaah” Buah dada kak Indrimenempel erat pada Hanly karena pelukan itu, yg bergerak dengan cepat hanya k0ntol anak smp itu, bersama suara khas tabrakan tubuh pasangan sedarah itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Tak terhitung waktu Hanly terus menyodok vagina kakaknya sendiri, tentu ia tak pernah berfikir untuk menyetubuhi kakaknya yg cantik dan menggairahkan itu.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, k0ntol Hanly mau keluar itu lagi…” Kak Indrilalu menyuruh Hanly berdiri, k0ntol anak smp itu sudah lepas dari lubangnya.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Kak Indrilalu meraih k0ntol tegak adeknya itu,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Sini, biar kakak selesaikan…ummm” K0ntol Hanly dilahap oleh kak Indri, dengan cepat k0ntol itu dikulum naik turun,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">beberapa saat kemudian,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Creet creeet creeet, Sperma Hanly tumpah lagi dimulut kak Indri.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“ooogh..mmm…slruuup…mmm…uhuk uhuk…mmm…Banyak banget yg barusan dek…mmm” Kak Indrilalu menghabiskan sperma dimulutnya, dan juga menjilati sisanya dikepala k0ntol Hanly.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kak, kakak suka banget deh sama cairan itu kayaknya…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Iya dong, kamu masih kuat gak?”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Kalo kakak mau, Hanly keluarin lagi, tapi aku mau masuk nyodok vaginamu lagi kak ya…”,</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">“Dasar kamu, Ayo sini, Kita main sampai puas, hehehe…” Adik dan kakak itu makin mesrah, Mereka melanjutkan hubungan seks sedarah mereka.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Hanly kembali menyetubuhi kakaknya sampai puas menyemburkan sperma, dan tentu sampai kak Indripuas menelan habis sperma Hanly.</span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;"><br /></span></div>
<div>
<span style="font-weight: normal;">Mulai dari itu, kini setiap minggu, setelah kuliah dikota, kak Indripulang kerumah dan tentu bersetubuh lagi dengan adiknya. Meski mereka kakak dan adik, Persetubuhan mereka lebih tampak seperti pasangan seks yg sudah sering bercinta.</span></div>
</h2>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-36087159685292833582016-06-23T12:00:00.000+07:002016-06-23T12:00:25.244+07:00Cerita Sex Mahasiswi Lesbian Hot<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNTLOhg1Mrw6GwZz5bSQvm5muaPbR2TzJu93OYwHO2AVAf2VqShl29r7KUhiuXRXVo9fXRSGcYJ12junBn6GnwLoMBKnlZuuA9rhr1djzXzgVm-9cKL8TNmnFMWnjAkT9UN7TIPDw9hUDA/s1600/images+%25286%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNTLOhg1Mrw6GwZz5bSQvm5muaPbR2TzJu93OYwHO2AVAf2VqShl29r7KUhiuXRXVo9fXRSGcYJ12junBn6GnwLoMBKnlZuuA9rhr1djzXzgVm-9cKL8TNmnFMWnjAkT9UN7TIPDw9hUDA/s400/images+%25286%2529.jpg" width="266" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Mahasiswi Lesbian Hot</h2>
<br />
Perkenalkan nama saya Rara, saya kuliah di salah satu universitas swasta di kota jakarta. pada waktu itu, sepulang kuliah saya berniat kerumah teman saya yang bernama Salma, untuk mengerjakan tugas kelompok. rumah teman saya dikawasan Cipulir – jakarta selatan. saya langsung berangkat dari tempat kuliahan saya. hari terasa panas sekali, fyuuh… macet, sempit, berdiri di bis kota, bis nya pake AC Sih, tapi penumpangnya terlalu banyak jadi Ac nya gak berasa.<br /><br />Baca juga :<br />- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-dokter-dengan-suster-jaga.html"><b>Cerita Sex Dokter Dengan Suster Jaga Malam</b></a><br />
<div>
<br /></div>
<div>
Cerita sex terbaru | kurang lebih 2 jam diperjalanan. saya turun di lemigas dekat ITC Cipulir, rumahnya tak jauh dari sana. akhirnya tiba juga dirumah Salma. saya memanggil dari pagar depan rumahnya, sebab tak ada bell di sana.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: salmaaaa…… tak lama kemudian, Salma keluar dan menghampiri saya.</div>
<div>
Salma: eeh lama banget nyampenya ra??? gue tungguin lo dari tadi, lo belom sampai juga…</div>
<div>
saya: iya nih gilaa macet banget…. panas…</div>
<div>
Salma: hehehe… maklum lah kawasan macet… ayo sini masuk… Salma mengajak saya masuk kerumahnya.</div>
<div>
saya: tumben banget sepi rumah lo?? nyokap lo kemana?</div>
<div>
Salma: lagi ke undangan. jawab Salma sambil kedapur ambil minuman untuk rara.</div>
<div>
saya: dah dari tadi??</div>
<div>
Salma: belom baru berangkat. btw, lo dah bawa bahan tuk tugas kita?? eh iyaa yudi dah dikasih tau? yudi temen sekelompok saya, satu kelompok ada 3 orang.</div>
<div>
saya: udah. aah bingung gue sama tuh anak plin- plan banget. tadi bilang iya, sekarang enggak. dah biarin jah lah, nanti klo dah selesai kita mintain duit upah kerja ajah… lumayan kan.. hehehe….</div>
<div>
Salma: aah dasar lo… saya langsung memberikan bahan tugas ke Salma.</div>
<div>
saya: nih bahannya, kalo kurang kita cari ajah di internet. gue tau web nya..</div>
<div>
Salma: sip. yadah yuk kita langsung ajah jangan buang buang waktu karena masih kurang nih.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya langsung ikut Salma ke kamarnya, kamarnya Salma sedang terbilang kecil juga, cuman ada tempat tidur, lemari, meja komputer sekaligus meja belajar. Salma langsung menyalakan komputernya, kami berdua pun asik mengerjakan tugas sambil berbicara. saya merasa kegerahan, maklum kamarnya fentilasinya kecil.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: gilaa panas bangeet kamar lo… kipas anginnya nyalain dong…</div>
<div>
Salma: kipasnya rusak, tau tuh bokap belum betulin. ya ampyuun keciaan bangeet kegerahan…. hehehe….</div>
<div>
saya: huu…</div>
<div>
Salma: ra, lo pake dalem- an lagi kan?? klo pake buka aja jaketnya, betah amat panas panas gini pake jaket.. hehehe… gue ajah semenjak kipasnya rusak pake tangtop terus.. abisnya panaas boo…. tidur diluar banyak nyamuk..</div>
<div>
saya: pake sih… iya aah buka aja… agak seksi tapi gpapa lah.. hehehe…</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya langsung buka jaket saya, dan saya langsung meletakannya dikasur.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salma: woow.. gilaa body lo ra.. bagus bangeet… seksi, wah waah… kata Salma sambil melihat ke arah saya dari atas sampai bawah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya pake tangtop yang ketat sehingga belahan dada kelihatan dengan jelas. apa lagi dengan keringat saya yang terus bercucuran membasahi area dada yang menambah jelas bentuk payudara saya. saya: hehehe… bisa ajaah lo… saya dan Salma kembali mengerjakan tugas. gerak gerik Salma saya perhatikan semakin aneh, kaya salting getho deh.. dari mulai pembicaraannya yang agak ngelantur dan sedikit ngaco, dan lama lama duduknya mulai mendekati saya. saya diemin ajah, saya gak pikiran jelek ke Salma.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baca cerita sex lainya di www.orisex.com</div>
<div>
<br /></div>
<div>
dia membawa buku dan menulis dikasur sambil tiduran, dan saya perhatiin tangan dia mengambil jaket gue yang disampingnya, sumpah saya kaget banget melihat Salma mencium2 jaket saya yang masih basah oleh bekas keringat saya. dalam hati saya “gila Salma keringet gue dicium-cium segala, gak jijik apa… tanya aah..”.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: Salma ngapain lo?? Salma: gak ngapa-ngapain.. Salma sambil tersenyum ke arah saya.</div>
<div>
saya: jorok lo aah… keringet gue lo cium-cium.. gak jijik??</div>
<div>
Salma: ngapain jijik.. enak bangeet sih baunya… penuh sensasi…</div>
<div>
saya: mangnya wangi ya keringet gue?? hehehe….</div>
<div>
Salma: walaupun bau asem, tapi enak ra…. Salma sambil terus menciumi jaket saya dibagian ketiak. saya liat Salma hornny banget.</div>
<div>
saya: aah dasar lo… hehehe… kita lanjutin lagi yuk tanggung nih dikit lagi.. saya kembali mengetik.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
tak lama kemudian…</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salma: ra, lo gak pake kancut yaa??</div>
<div>
saya: pake.. hehehe… keliatan ya pantat gue??</div>
<div>
Salma: iya tuh ra..</div>
<div>
<br /></div>
<div>
tak lama kemudian, Salma mendekati gue dan mulai merangkul dari belakang, saya tak larang, saya sambil mengetik. dan Salma mencium punggung saya.rupanya Salma terangsang aroma keringat saya. saya: gelii.. duh tanggung nih… Salma tak mendengar ucapan saya, malah dia menjilat jilat punggung saya. gelii bangeet rasanya…</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: duuh Salma… ngapain seh lo?? sange yaa ma gue?? tanya saya sambil menatap wajah Salma.</div>
<div>
Salma: ra….. Salma menatap saya dengan penuh arti.</div>
<div>
saya: lo sange ma?? saya mendekat ke Salma.</div>
<div>
Salma: ra… maen yuuk?? saya: gilaa lo… masa jeruk makan jeruk sih??? gak mau aah….</div>
<div>
Salma: ayoo ra… plis…..</div>
<div>
saya: dah aah ngaco lo.. kita lanjutin lagi yuk tugasnya… masih banyak nih…</div>
<div>
Salma: iya. tapi gue sambil peluk-peluk lo ya ra…..</div>
<div>
saya: iya deh terserah lo… saya kembali mengetik, dan Salma mulai memeluk-meluk saya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
lama kemudian Salma mencium sambil menjilat dengan ganas leher saya. walaupun geli saya mencoba tahan sebab tugasnya harus secepatnya selesai. Salma tak cukup sampai disitu, Salma menghisap lembut leher saya. pas banget diarea sensitif saya. waaaw sensasinya luar biasa saya tak bisa tahan. saya menikmati hisapan Salma.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: Salma… lo beneran sange ma gue??? Salma hanya memberi isyarat dengan menganggukan kepalanya.</div>
<div>
saya: eeehm…. lo mau maen ma gue??</div>
<div>
Salma: iya ra… lo mau beneran kan maen ma gue??</div>
<div>
saya: iya mau.. tapi… jangan sampai ada yang tau loh… ini rahasia kita.. Salma tersenyum, dan merangkul saya, mulanya saya agak canggung, tapi saya menyesuaikan permainan Salma.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
lama kelamaan saya merasa sensasi yang waaah… saya memberanikan untuk mencium bibir Salma, Salma membalasnya dengan kuluman lembut di bibir saya. tangan Salma menyusup kedalam tangtop saya dan meremas remas payudara saya sembari memaenkan puting. saya mulai terhanyut dalam permainan, saya mencium leher Salma yang juga berkeringat. ternyata keringat itu memberikan sensasi yang berbeda. pantes saja Salma suka banget sama keringat gue. birahi saya meningkat, saya melepas celana jeans dan tangtop. Salma juga membuka celana pendeknya dan tangtopnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
kami berdua hanya memakai bra dan kancut saja. tangan saya diangkat oleh Salma hingga ketiakku siap tuk nikmati, Salma langsung menghisap menjilat ketiak saya, dan saya membuka bra Salma, Salma membuka bra saya, waaw saya melihat ukuran payudara Salma lebih besar dari punya saya, saya langsung menggapainya dan menghisap putingnya. eehm rasanya asin nikmat…. saya juga ingin mencicipi rasa ketiak Salma, saya angkat kedua tanganya dan saya menjilat jilatnya… ooowh…. nikmat……</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: Salma, ketiak lo nikmat bangeet……</div>
<div>
Salma: aaah… owh…. essst….. buka kancut lo ra… saya langsung membuka kancut. dan Salma juga sama.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
kami berdua sudah bugil. saya melihat meki Salma yang rapi tak ada bulu, meki saya ada bulunya tapi, hanya bulu bulu halus saja. saya disuruh Salma terlentang dikasur.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salma: ra… terlentang… Salma membuka lebar lebar kaki saya, Salma langsung menjilat selangkangan saya dan menuju meki saya.</div>
<div>
saya: ma… masukin pake jari… aaah…….. Salma langsung memasukan jarinya ke meki saya.</div>
<div>
saya: ma… yang kenceng…. Salma langsung menambah kecepatnya, Salma juga menambah satu jari lagi. dari 2 jari menjadi 3 jari.</div>
<div>
saya: aaaaaah…. owwh…..</div>
<div>
Salma: ra, gantian…. saya langsung menggantikan posisi Salma, Salma sudah siap dengan posisi mengangkang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya memasukan jari saya ke lobang meki Salma. dan tak lama kemudian kami ganti posisi. saya nungging dan Salma memasukan jarinya kelobang pantat saya. dan gantian dengan Salma. pada saat Salma memasukan jarinya kepantat saya, Salma menarik jarinya dan melumatnya, dan memasukan lagi ke pantat saya. terkadang memasukan ke meki saya dan saya disuruh menjilat jarinya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: salmaaaa… nikmaat…. aaah… kami berdua asik menikmati lesbian kita.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
kami mencoba berbagai variasi seks. tapi sayang seribu sayang ditengah tengah ke asik an kita, nyokapnya pulang. apa boleh buat kita harus segera pakai baju walaupun belum puas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salma: anjriiit…. nyokap gue pulang…. cepet cepet pake baju lo….!</div>
<div>
saya: duuuh….. nih bh lo bego…!</div>
<div>
Salma: dah buruan…! dah pake aja….</div>
<div>
<br /></div>
<div>
kami berdua panik… super salting dah.. nyokapnya langsung masuk kerumah dan…. kami lupa ngunci pintu kamar… ya ampuuun….! sumpah lupa banget….! padahal masih keburu kunci tapi disituasi yang panik kami berdua salting.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salma: ra… kunci pintunya dulu….! gilaa lo kagak dikunci…..!</div>
<div>
saya: tar… tar dulu….. lo dong… yang deket kepintu kan lo bukan gue…! saya belum pakai bh dan celana dalam saya langsung pakai celana jeans dan tangtop, Salma juga sama kaya saya.. hehehe…. gila deg degan bangeet…! nyokapnya masuk kamar..</div>
<div>
<br /></div>
<div>
nyokap: salmaaa… temennya dah dikasih minum??</div>
<div>
Salma: udah ma…</div>
<div>
nyokap: yaudah, neng kalo laper minta ambilin Salma ajah yaa…</div>
<div>
saya: ii iya tante… sumpah salting banget…. nyokapnya langsung menutup kamarnya, untungnya nyokapnya ga sadar atau pura pura ga tau karena dikamar tercium bau meki yang semerbak sekali.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
tapi, gpapa lah setidaknya gak ketauan… hehehe…. saya masih pengen maen lagi. tapi waktunya udah gak mendukung. saya: Salma…. masih pengeeen nih….. Salma: gue jugaa…. kunci dulu pintunya… saya mengkunci pintunya, dan Salma mencium bibir gue. dan kami berdua telanjang untuk memakai bh dan celana dalam yang tadi belum sempat dipakai. kami menyempatkan diri dulu tuk saling gantian menghisap payudara dan menjilat jilat badan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
setelah itu kami langsung pakai bh dan celana dalam dan baju serta celana. kami langsung merapihkan alat tulis dan buku, saya berpamitan dulu sama nyokapnya Salma.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
saya: tante… saya pulang dulu yaa….</div>
<div>
nyokap: iya… hati hati yaaa….</div>
<div>
saya: ma, jangan lupa dibawa yaa tugasnya…</div>
<div>
Salma: siip…..! hati hati yaaa ra di jalan….. bye bye….</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah Kejadian itu rara merasakan ternyata menjadi seorang lesbi enak juga, dan bisa menikmati seks seperti seks dengan lawan jenis.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-8857519967895338972016-06-23T08:00:00.000+07:002016-06-23T08:00:12.331+07:00Cerita Sex Janda Pegawai Property<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWWIblVl_HOySvcObmRbWRveAHSWXMl2wJhiKuVst6-5vww3iwNtSjTEsb_v98Faoo_8Zfun_kuxN4mJCsV6MeAZx0nFSbb-iYVkNnJj_-avxLp-gcOaaqn_POe6GGLA01dIx8j-_367hk/s1600/images+%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWWIblVl_HOySvcObmRbWRveAHSWXMl2wJhiKuVst6-5vww3iwNtSjTEsb_v98Faoo_8Zfun_kuxN4mJCsV6MeAZx0nFSbb-iYVkNnJj_-avxLp-gcOaaqn_POe6GGLA01dIx8j-_367hk/s400/images+%25285%2529.jpg" /></a></div>
<h2>
Cerita Sex Janda Cantik Pegawai Property</h2>
<br />
Perkenalkan namaku azka, saat ini aku bekerja di salah satu pengembang perumahan ibukota . Karena tugasku banyak berhubungan dengan transaksi akad kredit perumahan jadi aku lebih banyak di tugaskan stay di salah satu bank yang mengurusi transaksi perumahanku.<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Baca juga :<br />
- <a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-teman-suamiku-pemuas-nafsuku.html"><b>Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku ini</b></a><br />
<strong><br /></strong>
Aku hanya ingin berbagi pengalamanku yang sulit untuk dilupakan he..he..he…</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Seperti biasa setiap hari senin setelah kami melakukan rapat, saya langsung meluncur ke salah satu bank yang biasa kami lakukan transaksi akad kredit, dan hampir semua pengembang yang melakukan transsaksi akad kredit di bank tersebut selalu menempatkan orangnya seperti saya . sampai sampai diantara kami sudah saling kenal.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Saat kami sedang mengurus beberapa dokumen KPR saya melihat ada seorang wanita cantik dan yang sedang duduk di bangku antrian karena saat itu tidak terlalu padat pengunjung saya mencoba mendekati wanita itu….. dan dengan sedikit basa basi akhirnya terjadilah percakapan kami berdua. Ternyata dia pun sama seperti aku merupakan salah satu utusan dari salah satu pengembang perumahan di daerah bekasi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sex Hot 2016 | Santi namanya hidung yang mancung dengan bentuk muka yang oval serta warna kulit sawo matang di tambah dengan Alis matanya yang tebal membuat aku betah berlama lama ngobrol sama dia. Apa lagi saat itu dia menggunakan pakaian semacam kemeja putih yang di padu dengan renda renda sehingga nampak jelas dadanya yang padat ber isi menonjol kedepan , dia mengenakan rok yang cukup pendek dengan warna sedikit gelap , sehingga nampak jelas pahanya yang mulus dengan sedikit di tumbuhi bulu bulu halus membuat mataku berkali kali mencuri pandang ………pahanya …..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Jujur yang paling bikin hati ini bergetar adalah pada saat dia melirikkan matanya yang manja sambil sedikit tersenyum …..waoow….. rasanya jantung ini terhenti kawan…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Dari sejak pertemuan pertama itulah akhirnya kami sering ketemuan dan semakin akrab …. Dan terkadang akupun sering membantu dia kalo mengalami kendala karena dia ternyata masih baru bekerja di bidang ini.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Dari seringnya kami mengobrol akhirnya sayapun tahu bahwa dia ternyata seorang janda yang baru satu tahun di tinggal suaminya dan masih belum punya anak ….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Santi udah beres kerjaanya “ sapaanku saat itu<br />
“udah mas, hanya tinggal menunggu satu SP3 lagi katanya sih sedang nunggu di tanda tangan kepala cabang, itu pun kalo di ambil besok ga apa apa ko, emang kenapa mas “<br />
“kita hang out yuuuuk “ jawabanku sekenanya ……..<br />
“hayuuuuk’’ jawabanya mengagetkanku …….<br />
“ cius nih ti……. “<br />
“ Iya serius, Aku juga udah suntuk nihh pengen penyegaran… udah lama kaga pernah hang out “</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Tak kusia siakan kesempatan ini dan langsung aku ambil tasku dan kunci mobilku ….dan kami berdua langsung meluncur ke salah satu Mal yag ada di daerah kelapa gading….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Rasanya waktu itu cepat sekali berlalu …. Setelah kami keliling keliling dan melihat lihat sekeliling mall akhirnya kamipun mencari food court untuk mengganjal perut ini yg sudah keroncongan. Sambil makan kami terlibat lagi obrolan yg cukup mengasikann…. Dan terkadang sayapun menggoda dia ……..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
”Ti …apa.ga bosan hidup sendirian terus….. apa kaga kangen sama …… “<br />
“ hayo sama apaan ….? ” Sambil mengerlikan matannya yang manja dan sedikit tersenyummmm……<br />
”nganu he..he..“ jawabku seenaknya ……<br />
“ Emang mas juga kaga kangen ya …. Mas juga kan ketemu istrinya sebulan sekali he..he..he.. “<br />
“ Iya sih ….. terkadang bête juga Ti …. Istrika tinggal di semarang, dan kami ketemunya sebulan sekali, nasib kita sama ya ti….. xii..xii…xii..’<br />
“ Ti … kaya nya masih siang nih… kita nonton aja yu …… “<br />
‘Boleh mas, tapi mas yg teraktir ya ….. he..he..he ‘ ‘siap…. Jawabku</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Saya tak pedulikan film apa yang kami tonton, yang ada di fikiranku aku ingin berlama lama sama Santi…….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Pas masuk studi 21 ruangannya sudah mulai gelah pertanda film kan segra di mulai ….dan kami pun dapat tempat duduk di barisan kedua dari belakang……</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Samabil makan Pop Corn kami berdua asik menikmati film, saat aku mau ambil pop korn aku coba pegang tangan Santi ……. Eh dia malah memgang balik tanganku dengan lebih erat, ….. sambil kubisikan ketelinganya ……</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
‘ti tangannya dingin banget ……. “<br />
“ iya mas AC nya dingin banget, bikin dong aku hangat ……….”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Tak pikir pajang lagi karena mendapat lampu hijau dari santi ….. aku semakin berani memegang dia … dan aku coba peluk dengan melingkarkan tanganku ke bodynya …..dia malah semakin merapatkan tubuhnya ke dadaku ……..ujung susunya yang padat nyempat bersentuhan dengan tubuhku …….aku malh semakin berani dan semakin konak …..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku sudah ga pedulikan lagi apa cerita filmnya…. Aku malah lebih sibuk …. Tanganku bergerilya di sekitar dada nya …. Aku coba kecup keningnya …… terus aku ciumin belakang tlinganya sambil tanganku meremas remas susunya …. Dan ketika ku gesek kesekan putinganya dia sedikit menggerinjal dan sedikit mendesah ……. Ohhhh…mas ….. terus mas …….<br />
sambil bibirku saling berpangutan tanganku yg satunya negelus ngelus pahanya yang sedikit di tumbuhi bulu itu … menambah kami …..semakin liar ….. waktu tak terasa begitu cepat…….tak terasa film sudah berakhir …. Padahal kami saaat itu sedang asyik asyiknya menikmati …dan membuat nanggung .permainan itu….. takut ketahuan penonton lain…… kami berdua buru buru merapikan pakaian kita masing masing … ….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku tatap muka santi … nampaknya dia merasa tanggung permainannya … mungkinn karena sudah terlalu lamanya dia hidup sendirian he..he…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Karena waktu sudah menunjukan hamper jam 9 malam, aku coba tawarkan sama santi untuk tinggal saja di apartemenku …. Dan santipun mengganggukan kepala tanda setuju …..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sampai di apartemen aku langsung mazka dulu karena tubuhku seperti sudah kaga enak, dah bau keringat , dan bergantian sama santi. Krna santi kaga bawa baju ganti ku berikan kaos kebtulan kaosku emang aga tipis tipis ..maklum Jakarta panas man…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Keluar dari kamar mazka aku sedikit terbelalak melihat santi hanya peke kaos yang kupinjamkan, Nampak sekli pucuk putingnya menonjol …. Ke atas… kerena santi tanpa pake BH lagi…….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Gimana seger ti…. Udah mazka …..” aku pura pura kaga kaget liat dia ….<br />
“Iya mas seger bangetttttt ….. dan rasanya pikiran lebih fressss he..he… “..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku duduk di sofa nonton TV …sambil mengunyah makanan ringan yang kami beli saat pulang dari nonton tadi..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“boleh aku ikut nonton mas “ santi langsung duduk di sofa di sampingku ……<br />
“ ya boleh lah ….. wuih Nampak cantik sekal malam ini ti “<br />
“ah bisa aja massss “ sambil melirikan matanya yang manja membuat jantungku berdetak kencang ….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sambil mengobrol kesana kemari aku rapatkan duduku ke sampingnya, dan diapun semakin merapatkanya. Aku pegangin tangannya , diapun diam saja seperti pasrah …. Da aku tatap matanya, dari tatapan matanya yang lembut seperti menyimpan kerinduan untuk di dekap karena sudah terlalu lamanya dia menjanda…….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku coba memeluk dia ….. dan kukecup keningnya……dia malah smakin merapatkan tubuh …….susunya yang mulai menegang di tambah putting susunya yg sudah mulai mengeras ….beradu dan bersentuhan dengan dadaku …… membuat jantungku berdegup semakin …. Kencang …., aku jadi semakin berani …… aku jilatin belakang kupingnya … sambil tanganku bergerilya di sekitar susunya …aku remas …wow ww dia sedikt mengerinjal sambil mengeluarkan lenguhan …..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“ahhhhh… nikmat mas ..terusss masss’’ terus aku jilatin pipinya dan bibirnya dia pun balas mencium bibirku… aku permainkan lidahnyaa…. Bergantian saling melumat dan mengisap lidahnya masing…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Di tengah pergumulan yang semakin seru aku bisikan ke telinganya …</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sayang aku sangat menikmati saayyy luar baisa …… boleh aku buka bajumu sayang” dia mengagukan kepalanya tanda setuju … langsung aku angkat kaosnya ke atas, aku sedikit tertegun melihat sususnya yang indah ditambah putingnya yg kecil yang sedikit kemerehan dengan sedikit mendongak ke atas sudah mualai mengeras menandakan diapun sudah sangat terangsang… dia balas membuka bajuku.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku langsung jilati lehernya …setelah aku puas menjilati sekitar leher aku terus… turun ke bawah aku jilatin susunya sambil tanganku meremas remas susu yang sebalahnya …. Dia mulai mengerinjal gerinjal sambil mengeluarkana suara suara indah …</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
”.ohh..nikmat mas….” aku terus jilatin ssusunya aku sengaja aku tidak jilatin dulu putingnya… untuk memberikan kenikmatan yang lebih lama padanya…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Setelah puas aku jilatin sekitar susunya … aku langsung jilatin putingnya sambil ku isap isap putingnya …. Dia menekan kepalaku ke putingnya sambill mengeluarkan suara yang semakin merancu kaga karuann……</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“OHhhhhh …masss terus mas …. Aku dah lama tidak merasakan kenikmatan iniii Ohhhhhhh………….. ‘ setelah puas aku jialtin susunya aku dekap tubuhnya..diapuan membalas mendekapku…susunya yang sudah menegang ditambah putingnya yang indah semakin mengeras terasa di dadaku, aku coba gesk gesekkan tubuhku ke putingnya dia semakin erat mendekapku …..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
ohh sungguh ini kenikmatan yang luar baisa …..aku lama mendekap dia, sampai akhirnya aku bisikan ke telinganya</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sayang bolehkan aku bergerilya ke bagian memekmu aku smakin konak saying ….” Dia hanya tersenyum menandakan dia setuju…</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Tak kubuang kesempatan itu aku langsung membaringkannya aku buka celananya dia terlentang di depanku tanpa selembar benagpun…. Aku langsung tindih dia di tasnya …aku dekap sambil ku jilati bibirnya, dadanya dan sekali lagi kuisap isap putingnya sambil tanganku mengelus ngelus sekitar pahanya …..aku semakin liar dan bernafsu…… aku terus menjelitatinya… terus turun ke bawah… ke sekita perutnya…..dan akhirnya aku jilati pahanya …….yang mulus yang sediit di tumbuhi bulu bulu harus membuat torpedoku langsung melambai lambai minta jatah……</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku sengaja aku jilati dulu sekitar paha dan sekiatar memeknya … dia terkadang mengelepar gelepar seperti ikan yg di lempar kdaratann.. bau harum memeknya yang mulai mengeluarkan pelumasnya membuat aku semakin menikmati… aku ciumi bulu memeknya ohhh ….betapa nikmatnya…. Dan aku terus jialti memeknya dan dia pun mengelapar gelepar sambil mengeluarkan erangan erangan kenikmatannn…..</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
aku jilatin terus memeknya sambil ku isap isap… aku sentuh klotorisnya dengan lidahku sambil ku isap isap … dia semakin meronta kenikamtann… aku terus jilatin dan ku isap isapp sambil ku pegangin pahanya …..aku isap terus … sampai akhirnya kepalaku di tekanya ke memeknya sambil mengeluarkan erangangan kenikamatan …</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
” OHHHHH sayangg … nikamt sekali sayang… aku sudah kaga tahan sayangg sudah lama aku sudah di masukin kontol…ayo sayangg aku sudah tidak tahann….”<br />
“Ok sayang…. Akupun sudah kaga than lagi sayang kontoku pun sudah tegak berdiri ini… “ aku kecup dulu keningnya ….. dan aku gesek gesek an dulu kontolku di sekitar memeknya … dia semakin mengeliat geliat …. Dia memegangin kontolku membantu memasukan ke liang memeknya ……<br />
“Pelan pelan yah sayang aku dah lama kaga di pakai sayang “ “ ya syangg…”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Aku coba tekan pelan pelan ….aku angkat lagi sedikit dan aku tekan lagii</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“..ohhh… nikamtt sayangg… terus sayan tekann sayangku sudah kaga sakit lagi sayang ..dan sudah kaga tahan….ohhhh” Aku langsung tekan kontolku ke memeknya yang sudah mulai licinnn….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Dan blesss blesss kontolku keluar masuk memeknya ……sambil di barengin suaranya yang sedikit menjerit</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Awwwwww….Nikmatnya …. Kontolmu gede bangett sayangg… baru kali ini aku sangat manikamati… terus sayangg ..”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
sampai beberapa kali aku masukan kontolku sama memeknya … sampai akhirnya</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“ Ohh sayang terus sedikit lagi sayang aku sudah mulai mu keluar sayang sambil menaik turunkan pantatnya.”<br />
“Sama sayang aku pun sudah mu keluar …. Aku semakin terangsang dan aku terus tekan memeknya sama kontolku … “OHhhhhhhhhhh kita sama sam berbarenagn sayang keluarkan sayang “<br />
“ iya sayangg “ dann akhirnya ……..<br />
“Wawwwwwww crooot crot “ kami berdua mencapai klimatknya…….</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ohh sayang ini luar biasa, nikamanya luar biasa sayang’ sambil dia memeluk saya…. Akupun senang sudah biasa mebuatnya dia bahagia…. … he..he… setelah aku kelelahan aku bopong dia ke kamar tidur, kami tidur berdua tanpapa selembar benangpun sambil kami perpelukan menandakan kebahgian yg luar biasa</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-37253679730093468422016-06-22T18:36:00.001+07:002016-06-22T18:41:49.936+07:00Cerita Sex Dokter Dengan Suster Jaga Malam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7Fgvas93bsynthuUPJu325ggYdNL5CAaXb4G6UhwnNdRksnPE6wxvDGR1ebdpgs8qfHAvqheFAOjRm8LJ6hNoyVZ-8PevRGHVuEoVSmIimYPI7rcA2nguUcJVc3fuX4-OS40D3E67s8N3/s1600/41TFGaYA0gL._SY355_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7Fgvas93bsynthuUPJu325ggYdNL5CAaXb4G6UhwnNdRksnPE6wxvDGR1ebdpgs8qfHAvqheFAOjRm8LJ6hNoyVZ-8PevRGHVuEoVSmIimYPI7rcA2nguUcJVc3fuX4-OS40D3E67s8N3/s400/41TFGaYA0gL._SY355_.jpg" width="400" /></a></div>
<h2>
<br />Cerita Sex Dokter Dengan Suster Jaga Malam</h2>
<br />
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Malam itu, jam sebelas lebih, cuaca sangat tidak bersahabat. Sejak jam sebelasan tadi hujan sudah turun dengan derasnya disertai guruh dan petir. Di tempat yang sepi depan pintu kamar periksa itulah dokter Steven, dokter jaga di rumah sakit itu menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Steven (37 tahun), dalam usia sekian itu masih tampak ganteng dan gagah dengan tinggi badan 175 cm.<br /></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Baca juga :<br />
- <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-perselingkuhan-seorang-pns.html">Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS</a><br /></b></div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sudah hampir sepuluh tahun dia bekerja sebagai dokter di rumah sakit ini, istrinya masih muda (29 tahun) dengan 2 anak. Kesepian dan suasana sepi sudah menjadi temannya sehari-hari apabila dia dapat tugas jadi dokter jaga, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya sudah tidak membuatnya merinding lagi, istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu. Sungguh, malam itu menjadi malam panjang baginya, suasana hujan dengan angin yang dingin mudah membuai orang hingga ngantuk.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Pak dokter Steven masih terus juga membaca buku yang sengaja dia bawa dari rumah. Susing sekali suasana di sana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian dokter itu.<br />
<br />
“Siapa tuh ya, malem-malem ke sini ?” tanya dokter Steven dalam hati.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncul lah sosok itu, ternyata seorang gadis cantik berpakaian perawat dan berjilbab lebar. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arahnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Permisi, Pak” sapanya pada Steven dengan tersenyum manis.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem ke sini” balas Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Dokter Steven bingung sebab tidak tahu kalau suster itu juga jaga. Maka Steven bertanya, “Oh iya kok saya rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?” tanya Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****” jawabnya, “jadi sekalian mau ngenal keadaan disini juga”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Oo…pantes saya baru liat, baru toh” kata Pak dokter Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Emang bapak kira siapa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di sebelah Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Wow, hoki gua” kata pria itu dalam hati kegirangan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Dikirain suster ngesot yah, hahaha” timpal dokter Steven mencairkan suasana. “Hehehe dikira suster ngesot, nggak taunya suster cantik” sambung Steven lagi tertawa untuk menghangatkan suasana.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Kalau ternyata memang iya gimana Pak” kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang kembali membuat pria itu merasa aneh.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.<br />
“Hihihi…bapak dokter ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut” tawanya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan napas aja” kata Pak Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh” kata Steven menyenggol tubuh samping gadis itu. Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang kegelian.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Hihi…iya-iya maaf deh pak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh” katanya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh” sahut dakter Steven dengan wajah serius.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Iya Pak, sori deh” katanya “eh iya nama saya Susi, panggil aja Susi, suster baru disini, maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak dokter siapa yah?” sambil melihat ke dokter itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Kalau saya Steven, tapi biasa dipanggil Steven aja, saya yang jadi dokter jaga di sini malam” pria setengah baya itu memperkenalkan diri.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Omong-omong Sus ini sudah lama di RS ini?” tanya si dokter.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ya belum sih” kata Suter Susi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Pantas baru saya lihat, saya sudah lihat namanya dalam jadwal tapi baru inilah saya lihat orangnya. Cantik!” kata Steven sambil memandang wajah cantik yang sedang mengobrol dengannya itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Malam itu dokter Steven merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Susi, biasanya suster-suster lain paling hanya tersenyum padanya atau sekedar memberi salam basa-basi. Maklumlah mereka semua tahu kalau dokter Steven sudah beristri dan punya dua anak.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Mereka pun terlibat obrolan ringan, pria itu tidak lagi mempedulikan buku bacaannya dan mengalihkan perhatiannya pada suster Susi yang ayu itu. Sejak awal tadi dokter Steven sudah terpesona dengan gadis ini. Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu, rambut hitamnya disanggul ke belakang tampak terbayang walau tertutup dengan jilbab panjangnya yang putihnya, tubuhnya yang padat dan montok itu lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan rok panjang itu menambah pesonanya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Suster Susi sendiri baru berusia 24 tahun dan belum menikah. Untuk gadis secantik Susi sebenarnya tidak begitu susah mendapat pasangan ditambah lagi dengan bodinya yang montok dan padat, tentu banyak lelaki yang mau dengannya. Tapi sejauh ini belum ada pria yang cocok di hati Suster Susi. Sebagai wanita alim berjilbab dia sangat menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Namun malam ini dia gelisah juga melihat dokter Steven yang tampan dan gagah itu. Sayang dia sudah beristri, keluh Suster Susi dalam hati. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi bahwa dia suka pada dokter Steven itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Steven, si dokter, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah belahan dadanya membayang di balik baju panjang dan jilbab panjangnya. Suasana malam yang dingin membuat nafsu pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Steven sudah seminggu tidak ngentot istrinya karena lagi datang bulan dan walaupun istri Steven lebih cantik dari Suster Susi, tapi dalam hal bodinya tentu saja kualitasnya kalah dengan suster muda di sebelahnya ini. Semakin lama dokter Steven semakin berani menggoda suster muda yang alim itu dengan guyonan-guyonan nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Suster Susi sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan obrolan mereka yang lumayan jorok itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kata Steven sambil meletakkan tangannya di lutut Susi dan mengelusnya ke atas sambil menarik rok panjang suter berjilbab itu sehingga pahanya mulai sedikit tersingkap.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!” Susi protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap di meja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi” katanya makin berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Pak saya marah nih, lepasin gak, bapak kan sudah punya istri, saya itung sampai tiga” wajah Susi kelihatannya BT, matanya menatap tajam si dokter yang tersenyum mesum.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya?” sahut Dokter Steven, entah sejak kapan tiba-tiba saja pria tidak tau malu itu sudah di sebelahnya .<br />
<br />
Dokter jaga itu dengan berani merangkul bahu Susi dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih terlihat marah.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Satu…” suster itu mulai menghitung namun orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal menggerayangi paha yang indah itu, “dua…!” suaranya makin serius.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti itu. Si pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri sehingga dia malah semakin nafsu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Tig…” sebelum suster Susi menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si dokteritu sudah lebih dulu mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Mmm…mmhh !” suster itu berontak dan mendorong-dorong Steven berusaha lepas dari dekapannya namun tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi dokter Steven juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih tinggi lagi. Susi merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap, juga tangan kasar dokter itu mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Aahh…jangan…mmhh !” Susi berhasil melepaskan diri dari cumbuan si dokter tapi cuma sebentar, karena ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Lalu tangan Pak Steven mulai meremas-remas dadanya yang masih tertutup seragam suster dan jilbab lebarnya – Steven dapat merasakan kalau tetek suster alai mini masih kencang dan padat pertanda belum pernah dijamah lelaki lain – sementara tangan satunya tetap mengelus paha indahnya yang menggiurkan. Susi terus meronta, tapi sia-sia malah pakaian bawahnya semakin tersingkap dan jilbab lebar perawat itu nyaris copot. Pak Steven melepaskan jaket cardigan pinknya suster Susi sehingga tinggal baju seragam perawatnya yang terlihat. Lama-lama perlawanan suster Susi melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan pertahanannya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Birahinya bangkit dengan cepat apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yang masih mengguyur dan dinginnya malam. Ditambah lagi hati kecil suka dengan dokter Steven. Bulu kuduk Susi merinding merasakan sesuatu yang basah dan hangat di lehernya. Ternyata dokter Steven itu sedang menjilati lehernya yang jenjang dengan menyingkapkan jilbab panjang suster alim itu, lidah itu bergerak menyapu daerah itu sehingga menyebabkan tubuh Susi menggeliat menahan nikmat. Mulut Susi yang tadinya tertutup rapat-rapat menolak lidah Steven kini mulai membuka.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Lidah kasap si doketr itu langsung menyeruak masuk ke mulut suster berjilbab itu dan meraih lidahnya mengajaknya beradu lidah. Susi pun menanggapinya, lidahnya mulai saling jilat dengan lidah pria itu, liur mereka saling tertukar. Sementara Pak Steven mulai melucuti kancing bajunya dari atas dan sekaligus mencopot jilbab panjang suster Susi, tangan perkasa dokter itu menyusup ke dalam cup branya, begitu menemukan putingnya benar-benar masih kencang dan padat, belum terjamah lelaki lain lalu langsung dimain-mainkannya benda itu dengan gemasnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Di tengah ketidak-berdayaannya melawan dokter brengsek itu, Susi semakin pasrah membiarkan tubuhnya dijarah. Tangan doketr Steven menjelajah semakin dalam, dibelainya paha dalam gadis itu hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Sementara baju atasan Susi juga semakin melorot sehingga terlihatlah bra biru di baliknya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Kita ke dalam aja biar lebih enak” kata Pak Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Kamu emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin saya !” Susi masih memperingatkan dokter itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Udahlah Sus, kurang ajar- kurang ajar, kan lu juga suka ayo !” Steven narik lengan suster itu bangkit dari kursi. “Sus, seneng-seneng dikit napa? Dingin-dingin gini emang enaknya ditemenin cewek cantik kaya Sus” lanjut Pak Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Dokter Steven menggelandang suster alim itu ke ruang periksa pasien tempat mereka berjaga. Susi disuruh naik ke sebuah ranjang periksa yang biasa dipakai untuk memeriksa pasien. Selanjutnya pria itu langsung menggerayangi tubuh Virna yang terduduk di ranjang. Steven menarik lepas celana dalam gadis alim itu hingga terlepas, celana itu juga berwarna biru, satu stel dengan branya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Kemudian ia berlutut di lantai, ditatapnya kemaluan suster alim itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat, bulu itu agaknya rajin dirawat karena bagian tepiannya terlihat rapi sehingga tidak lebat kemana-mana. SUSI dapat merasakan panasnya nafas pria itu di daerah sensitifnya. Pak Steven mempreteli kancing baju atasnya yang tersisa, lalu bra itu disingkapnya ke atas. Kini terlihatlah payudara suster Susi yang berukuran sedang sebesar bakpao dengan putingnya berwarna coklat.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Uuuhh…Pak!” desah Susia ketika lidah Pak Steven menelusuri gundukan buah dadanya. Lidah itu bergerak liar menjilati seluruh payudara yang kencang dan padat itu tanpa ada yang terlewat, setelah basah semua, dikenyotnya daging kenyal itu, puting mungil itu digigitinya dengan gemas.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Aahh !” tubuh Susi tiba-tiba tersentak dan mendesah lebih panjang ketika dirasakannya lidah panas Steven mulai menyapu bibir vaginanya lalu menyusup masuk ke dalam. Maklum Steven sudah pengalaman merangsang wanita. Susi sebagai gadis alim sebenarnya jijik melakukan hal ini dengan dokter Steven ini, tapi rupanya libidonya membuatnya melupakan perasaan itu sejenak.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Mulut Pak Steven kini merambat ke atas menciumi bibirnya, sambil tangannya tetap menggerayangi payudaranya. Kemudian dokter itu kembali menghisap memek suster ini, si dokter makin membenamkan wajahnya di selangkangan Susi, lidahnya masuk makin dalam mengais-ngais liang kenikmatan suster muda itu menyebabkan Susi menggelinjang dan mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepalanya Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Nah, sekarang tinggal kita mulai Sus” kata Pak Steven membuka pakaiannya “pokoknya malam ini Bapak bakal muasin Sus hehehe!”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Susi tertegun melihat pria gagah itu sudah telanjang bulat di hadapannya, tubuhnya terbilang kekar, penisnya yang sudah menegang itu lumayan besar juga dengan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Dia naik ke ranjang ke atas tubuh gadis alim itu, wajah mereka saling bertatapan dalam jarak dekat. Kali tanpa penghalang sebab jilbab panjang suster alim itu sudah dicopot dokter Steven. Pak Steven begitu mengagumi wajah cantik Susi, dengan bibir tipis yang merah merekah, hidung bangir, dan sepasang mata indah yang nampak sayu karena sedang menahan nafsu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Pak, apa ga pamali main di tempat ginian ?” tanya Susi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ahh…iya sih tapi masabodo lah, yang penting kita seneng-seneng dulu hehehe” habis berkata dia langsung melumat bibir gadis itu. Mereka berciuman dengan penuh gairah, Susi yang sudah tersangsang berat itu melingkarkan tangannya memeluk tubuh Pak dokter Steven. Ia masih memakai seragam susternya yang sudah terbuka dan tersingkap di mana-mana, bagian roknya saja sudah terangkat hingga pinggang sehingga kedua belah pahanya yang jenjang dan mulus sudah tidak tertutup apapun.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Pak Steven sudah seminggu lamanya tidak menikmati kehangatan tubuh wanita sebab istrinya lagi datang bulan sehingga dia begitu bernafsu berciuman dan menggerayangi tubuh Susi. Mendapat kesempatan bercinta dengan gadis seperti Susi bagaikan mendapat durian runtuh, belum pernah dia merasakan yang sesintal dan montok ini, bahkan istrinya pun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengannya meskipun lebih cantik dari pada Suster Susi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Setelah lima menitan berciuman sambil bergesekan tubuh dan meraba-raba, mereka melepas bibir mereka dengan nafas memburu. Pak Steven mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke payudaranya, sebelumnya dibukanya terlebih dulu pengait bra yang terletak di depan agar lebih leluasa menikmati dadanya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Eemmhh…aahhh…aahh !” desahnya menikmati hisapan-hisapan dokter jaga itu pada payudaranya, tangannya memeluk kepala yang rambutnya lebat dan hitam itu.<br />
Susi merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menyusu, pria itu juga mengobok-obok vaginanya, jari-jarinya masuk mengorek-ngorek liang senggamanya membuat daerah itu semakin basah oleh lendir.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Bapak masukin sekarang yah, udah ga tahan nih !” katanya di dekat telinga Susi.<br />
Suster Susi hanya mengangguk. Pak Steven langsung menempelkan penisnya ke mulut vagina gadis alim itu. Terdengar desahan sensual dari mulut gadis itu ketika Pak Steven menekan penisnya ke dalam.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Uuhh…sempit banget Sus, masih perawan ga sih ?” erang pria itu sambil terus mendorong-dorongkan penisnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Susi mengerang kesakitan dan mencengkram kuat lengan pria itu setiap kali penis itu terdorong masuk ke dalam memeknya yang masih rapet itu. Setelah beberapa kali tarik dorong akhirnya penis itu tertancap seluruhnya dalam vagina suster alim itu. Darah mengalir dari memek suter alim itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Weleh-weleh, enaknya, legit banget Sus kalau masih perawan” komentar pria itu, “Belum pernah ngentot ya Sus sebelumnya, kalo boleh tau ?”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sebagai jawabannya Susi menarik wajah pria itu mendekat dan mencium bibirnya, agaknya dia tidak berniat menjawab pertanyaan itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Pak Steven mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina gadis itu. Desahan tertahan terdengar dari mulut Susi yang sedang berciuman. Pria itu memulai genjotan-genjotannya yang makin lama makin bertenaga. Lumayan juga sudah seusia hampir kepala empat tapi penisnya masih sekeras ini dan sanggup membuat gadis alim itu menggelinjang. Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar tidak terlalu cepat kehabisan tenaga.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sambil menggenjot mulutnya juga bekerja, kadang menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik telinganya dengan lidah, kadang mencupangi lehernya. Suster Susi pun semakin terbuai dan menikmati persetubuhan beda jenis ini. Dia tidak menyangka pria seperti dokter itu sanggup membawanya melayang tinggi. Pria itu semakin kencang menyodokkan penisnya dan mulutnya semakin menceracau, nampaknya dia akan segera orgasme.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar saya yang gerak sekarang !” kata gadis perawat itu tanpa malu-malu lagi.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Pak Steven tersenyum mendengar permintaan suster itu. Merekapun bertukar posisi, Pak Steven tiduran telentang dan Susi menaiki penisnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya, Susi lalu menurunkan tubuhnya dan desahan terdengar dari mulutnya bersamaan dengan penis yang terbenam dalam vaginanya. Mata Pak Steven membeliak saat penisnya terjepit diantara dinding kemaluan Susi yang sempit. Ia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kedua tangannya saling genggam dengan pria itu untuk menjaga keseimbangan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sssshhh…oohh…yah…aahh !” Susi mengerang sambil menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh gairah.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Tangannya meraih ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai sebelah ranjang itu, tidak lupa dilepaskannya pula bra yang masih menyangkut di tubuhnya sehingga kini tubuhnya yang sudah telanjang bulat terekspos dengan jelas. Sungguh suster Susi memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata dan kencang, pahanya juga indah dan mulus, sebuah puisi kuno melukiskannya sebagai kecantikan yang merobohkan kota dan meruntuhkan negara.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Kembali Susi dan dokter jaga itu memacu tubuhnya dalam posisi woman on top. Susi demikian liar menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak dokter Steven, dia merasakan kenikmatan saat penis itu menggesek dinding vagina dan klitorisnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Ayo manis, goyang terus…ahh…enak banget !” kata Pak Steven sambil meremasi payudara gadis itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Wajah Susi yang bersemu merah karena terangsang berat itu sangat menggairahkan di mata Pak Steven sehingga dia menarik kepalanya ke bawah agar dapat mencium bibirnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Akhirnya Susi tidak tahan lagi, ia telah mencapai orgasmenya, mulutnya mengeluarkan desahan panjang. Pak Steven yang juga sudah dekat puncak mempercepat hentakan pinggulnya ke atas dan meremasi payudara itu lebih kencang. Ia merasakan cairan hangat meredam penisnya dan otot-otot vagina suster alim itu meremas-remasnya sehingga tanpa dapat ditahan lagi spermanya tertumpah di dalam dan membanjir, maklum sudah seminnggu gak dikeluarkan. Setelah klimaksnya selesai tubuh Susi melemas dan tergolek di atas tubuh dokter itu. Virna yang baru berusia 24 tahun itu begitu kontras dengan pria di bawahnya yang lebih pantas menjadi bapaknya, yang satu begitu ranum dan segar sementara yang lain sudah agak tua.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Asyik banget Sus, udah selama seminggu saya gak ginian loh !” ujar Pak Steven dengan tersenyum puas.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Gile nih malem, ga nyangka bisa dapet yang ginian” dia seperti masih belum percaya hal yang dialaminya itu.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Ketika sedang asyik memandangi Susi, tiba-tiba Pak Steven nafsunya bangkit lagi dan minta jatah sekali lagi. Tangan Steven terus saja menggerayangi tubuh Susi, kadang diremasnya payudara atau pantatnya dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu. Sedangkan Pak Steven sering menekan-nekan kepala gadis itu sehingga membuat Susi terkadang gelagapan.<br />
<br />
“Gila nih doketer, barbar banget sih” kata Susi dalam hati.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Walau kewalahan diperlakukan seperti ini, namun tanpa dapat disangkal Susi juga merasakan nikmat yang tak terkira. Tak lama kemudian Steven menyiorongkan penisnya lalu berpindah ke mulut Susi. Susi kini bersimpuh di depan pria yang senjatanya mengarah padanya menuntut untuk diservis olehnya. Susi menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani penis itu hingga akhirnya penis Steven meledak lebih dulu ketika ia menghisapnya.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Sperma si doketr langsung memenuhi mulut gadis itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagian meleleh di bibir indah itu karena banyaknya. Pria itu melenguh dan berkelejotan menikmati penisnya dihisap gadis itu. Tak lama kemudian Pak Steven pun menyemburkan isi penisnya dalam kocokan Susi, cairan itu mengenai wajah samping dan sebagian rambutnya. Tubuh Susi pun tak ayal lagi penuh dengan keringat dan sperma yang berceceran.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sus hebat banget, sepongannya dahsyat, saya jadi kesengsem loh” puji Steven ketika beristirahat memulihkan tenaga.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Sering-sering main sini yah Sus, saya kalau malem kan sering kesepian hehehe” goda Pak Steven.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Susi tersenyum dengan hanya melihat pantulan di cermin, katanya, “Kenapa nggak, saya puas banget malem ini, mulai sekarang saya pasti sering mendatangi dokter”</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Jam telah menunjukkan pukul setengah dua kurang, berarti mereka telah bermain cinta selama hampir satu setengah jam. Susi pun berpamitan setelah memakai jaket pinknya dan memakai kembali jilbab putih panjangnya. Sebelum berpisah ia menghadiahkan sebuah ciuman di mulut. Steven membalas ciuman itu dengan bernafsu, dipeluknya tubuh padat dan montok itu sambil meremas pantatnya selama dua menitan.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
“Nakal yah, ok saya masuk dulu yah !” katanya sebelum membalik badan dan berlalu.<br />
Lelah sekali Steven setelah menguras tenaga dengan perawat alim yang cantik itu sehingga selama sisa waktu itu agak terkantuk-kantuk. Setelah pagi mereka pun pulang dan tertidur di tempat masing-masing dengan perasaan puas.</div>
<div style="color: #333333; font-family: Georgia, "Times New Roman", "Bitstream Charter", Times, serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
Setiap kali kalau ada jadwal piket bersama, mereka selalu ngentot. Dokter Steven bermaksud menjadikan Suster Susi yang alim berjilbab sebagai istri keduanya, oleh sebab itu dokter Steven tidak memakai alat kontrasepsi apa pun jika ngentot dengan Suster Susi. Steven ingin wanita alim itu hamil, hingga terpaksa mau menikah dengannya sebagai istri keduanya. Hebat Dokter Steven!</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-65982567261370369822016-06-21T16:49:00.000+07:002016-06-21T17:07:22.705+07:00Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku<h2 style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzTeUCbbXkQZuCNUg7_DOzL1CA5DQPSbjLIYTnlsiR2zQzEf7JWfARJDvGzijKwpPLh9nf-pQKZXEHxwCLEn_4vtpBEf8cOTO_rHdTm5s2urjqmQuEKTK6JM7tC3YGiEtPNnnZm2epYa4/s1600/cerita-sex-teman-suamiku-pemuas-nafsuku.jpg" imageanchor="1"><img alt="Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzTeUCbbXkQZuCNUg7_DOzL1CA5DQPSbjLIYTnlsiR2zQzEf7JWfARJDvGzijKwpPLh9nf-pQKZXEHxwCLEn_4vtpBEf8cOTO_rHdTm5s2urjqmQuEKTK6JM7tC3YGiEtPNnnZm2epYa4/s320/cerita-sex-teman-suamiku-pemuas-nafsuku.jpg" title="Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku" width="233" /></a><br /><br />Cerita Sex Teman Suamiku, Pemuas Nafsuku ini<br /></h2>
“Percayakah kau bahwa dalam kehidupan seseorang disadari atau tidak dia pasti pernah mempunyai suatu fantasi mengenai kehidupan seksualnya”, kata suamiku pada suatu saat ketika kami sedang bermesraan di tempat tidur.<br />
“Aku kurang mengerti maksudmu?” jawabku.<br />
“Begini.. apakah dia itu seorang pria atau seorang wanita, apakah dia dalam status sebagai seorang suami atau sebagai seorang istri, suatu ketika dia akan pernah mengkhayal atau setidak-tidaknya pernah mempunyai suatu ungkapan imajinasi mengenai keinginan seksualnya yang dia harapkan”, kata suamiku selanjutnya.<br />
“Oooooo.. maksudmu suatu khayalan mengenai keinginan seksual?”<br />
“Yaaa..!”<br />
“Mungkin saja ada..”<br />
<br />
Baca juga : <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-ngesex-sama-cewek-cafe_21.html">Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe</a></b><br />
<br />
“Kalau begitu apabila boleh aku tahu, apa yang menjadi fantasimu?”<br />
“Ah, aku tidak pernah merasa mempunyai fantasi mengenai itu”<br />
“Nah, itulah masalahnya.. kau bukan tidak mempunyai fantasi tetapi tidak menyadari adanya fantasi tersebut. Seperti yang aku katakan tadi fantasi tersebut sebenarnya terdapat pada semua orang, perbedaannya hanyalah disadari atau tidak adanya fantasi tersebut oleh seseorang itu”<br />
“Tetapi aku memang tidak pernah merasa atau memikirkan hal itu, apalagi mengkhayalkannya!”<br />
<br />
“Boleh saja seseorang mengatakan bahwa dia tidak mempunyai suatu fantasi seksual, akan tetapi hal ini bukan berarti dia tidak dapat berfantasi. Hanya saja ungkapan-ungkapan apa yang menjadi imajinasinya serta bagaimana dia mewujudkan fantasinya, antara satu orang dengan lainnya akan sangat berbeda. Hal ini tergantung dari pengaruh sifat pribadi, taraf tingkat hidupnya, serta latar belakang pengalaman dan pendidikannya serta lingkungan sosial di sekitarnya.”<br />
<br />
“Misalnya apa..?”<br />
“Ya, misalnya contoh yang paling umum bagi setiap orang, dia selalu mempunyai idola mengenai type lawan jenisnya”<br />
“Ah, itu kan biasa, apalagi untuk anak-anak muda. Kalau sekarang sih bukan waktunya lagi”<br />
<br />
“Tapi hal itu tidak terbatas pada saat remaja saja. Bisa saja secara tidak disadari hal itu terjadi sampai seseorang itu sudah dalam kehidupan perkawinan. Misalnya.. mungkin saja suatu saat seseorang mempunyai pikiran atau bayangan bagaimana kiranya kalau melakukan hubungan seks dengan orang yang menjadi idola kita, mungkin dia seorang bintang film atau penyanyi pop yang menjadi pujaan kita. Atau secara umum bagi wanita senang apabila suaminya memakai kumis, atau celana jeans. Demikian juga bagi pria, misalnya senang apabila istrinya berambut panjang atau memakai gaun warna tertentu”<br />
<br />
“Ah kau tambah membingungkan saja.. hal itu kan memang wajar-wajar saja apabila seseorang mempunyai anggapan seperti itu”<br />
<br />
“Memang betul sekali.. karena fantasi seksual itu memang suatu yang wajar. Adanya suatu fantasi seksual dalam diri seseorang menurut Dr Andrew Stanway, seorang pakar seksualogi dalam bukunya, “The Joy Of Sexual Fantasy” adalah merupakan suatu hal yang normal. Fantasi seksual menurut dia adalah merupakan suatu bagian yang kompleks dari pengalaman seseorang, akan tetapi memang oleh kebanyakan ahli masih mempertanyakan apakah fantasi tersebut merupakan bagian dari suatu mimpi atau merupakan bagian dari suatu pengalaman nyata. Fantasi seksual secara umum berfungsi untuk menyalurkan keinginan alam bawah sadar seksual seseorang menjadi suatu kenyataan dalam suatu bentuk yang dapat diterima. Fantasi seksual secara tidak langsung sebenarnya juga merupakan salah satu mekanisme pembangkit gairah seksual seseorang, karena fantasi seksual menyalurkan sejumlah besar informasi yang tersembunyi di antara alam sadar dan alam bawah sadar seseorang yang berhubungan dengan kegairahan seksnya. Oleh karena itu kadangkala fantasi seks tersebut dapat secara tiba-tiba melanda diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi maka secara tidak disadari seseorang akan mencari penyaluran sampai kepada batas-batas alam kesadarannya. Oleh karena itu pula sangatlah penting bagi kita untuk menyadari dan memahami adanya fantasi tersebut sehingga dapat menyalurkannya sampai kepada batas-batas alam kesadaran kita secara lebih terarah.. kalau tidak mungkin saja seseorang itu akhirnya bertindak yang aneh-aneh”<br />
<br />
“Eh tiba-tiba kok kau jadi seorang ahli psikologi, dalam masalah seksualogi lagi, kapan kau belajarnya?”<br />
“Kapan aku belajarnya itu tidak penting.. yang penting sekarang mau tidak kau mengatakan atau mengingat-ingat kira-kira apa yang menjadi fantasimu?”<br />
“Begini saja.. sekarang kau saja dahulu yang mengatakan apakah kau juga mempunyai fantasi tersebut, kau ingin berhubungan seks dengan siapa? Nah ayo katakan!”<br />
“Eh, jangan marah dulu, ya tentunya ada fantasiku itu tapi bukan seperti apa yang kau katakan!”<br />
“Jadi seperti apa?”<br />
“Kalau aku katakan apakah kau tidak terus marah?”<br />
“Mengapa harus marah!”<br />
<br />
“Baiklah.. memang selama ini aku merasakan adanya suatu fantasi seks yang membayang dalam diriku, akan tetapi fantasi seks yang kurasakan merupakan sebuah fantasi yang ganjil dan luar biasa”, kata suamiku. Kemudian dia diam sejenak.<br />
“Ayo katakanlah.. aku akan mendengarkannya, apa yang kau maksud dengan ganjil dan luar biasa!” desakku agak penasaran.<br />
“Yah karena fantasi yang kurasakan mungkin akan sangat sulit di pahami karena berkisar kepada masalah hubungan seks antara kau sebagai istriku dengan laki-laki lain sebagai pihak ketiga..”<br />
“Aku tidak jelas akan maksudmu?”<br />
<br />
“Begini secara jelasnya.. fantasi tersebut berupa suatu keinginan dalam diriku bahwa aku ingin sekali menyaksikan istriku melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain!”<br />
“Apa..! Aku harus melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?!”<br />
“Ya kira-kira begitu! Apakah hubungan itu dilakukan hanya oleh kau berduaan saja dengan laki-laki lain tersebut dan aku hanya ikut menyaksikannya, atau hubungan seks tersebut dilakukan bersama-sama secara bertiga, yaitu antara kamu dengan laki-laki lain itu dan aku sendiri secara bergantian, atau paling tidak aku ingin melakukan hubungan seks dengan kau sebagai istriku sambil disaksikan oleh laki-laki lain”<br />
“Memang aneh kedengarannya.. dan siapakah laki-laki lain yang kau maksudkan itu?”<br />
“Siapa saja.. asal sehat dan kau senang menerimanya”<br />
“Ah, itu fantasi gila namanya!” jawabku agak terhenyak.<br />
“Nah, katanya kau tidak akan marah tapi sekarang marah”, kata suamiku.<br />
“Bagaimana tidak akan marah.. hal itu kan tidak mungkin.. bayangkan saja apa kata orang kalau mereka tahu aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain!”<br />
<br />
“Ya jangan sampai orang tahu..”<br />
“Oke, taruhlah orang tidak tahu, tapi kita kan terlibat dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan.”<br />
“Ya betul, memangnya kenapa?”<br />
“Kau tahu tidak apa artinya itu? Yaitu dimana hubungan seks dengan orang lain di luar pasangan dalam perkawinan kita dianggap sebagai suatu penyelewengan, apalagi kalau itu dilakukan oleh seorang wanita yang berstatus sebagai istri, maka hal ini akan dianggap suatu kesalahan yang sangat besar sekali!”<br />
“Justru itulah sekarang aku bertanya kepadamu, karena aku tahu hal itu sangat susah untuk diwujudkan kalau hanya aku saja yang berkeinginan, akan tetapi sebaliknya hal itu tentu juga sangat mudah dapat dilakukan apabila kita berdua sepakat. Nah, kalau kesepakatan ini ada, maka hal ini berarti juga tidak ada penyelewengan!”<br />
“Tidak ada penyelewengan yang bagaimana maksudmu?!”<br />
“Ya sebagaimana yang kau katakan tadi!”<br />
“Aku tidak mengerti maksudmu?”<br />
<br />
“Begini, kita harus lihat dahulu apa sih definisi dari suatu penyelewengan, yaitu suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud. Jadi penyelewengan dalam perkawinan artinya juga suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud dalam perkawinan. Karena dalam perkawinan itu terlibat kepentingan dari dua orang maka pengertian penyelewengan dalam perkawinan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan pengkhianatan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pasangan hidupnya secara diam-diam tanpa diketahui apalagi disetujui oleh pasangan lainnya.”<br />
<br />
“Jadi apa hubungannya dengan yang kau maksudkan tidak ada penyelewengan di sini?”<br />
<br />
“Ya seperti yang aku katakan tadi, bahwa untuk melaksanakan fantasiku itu, aku telah sepakat dan bahkan telah memberikan izin kepadamu sebagai suami untuk melakukan hubungan seks dengan orang lain, jadi sudah barang tentu unsur penyelewengan tadi tidak berlaku lagi karena kita sama-sama menyetujui, bahkan dengan restu suami!”<br />
<br />
“Nah, sekarang kau juga telah jadi pokrol bambu! Bikin argumentasi seenaknya saja! Masalahnya kan bukan sampai disitu saja, tapi ada konsekwensi yang lain, terutama untuk aku!”<br />
“Misalnya apa?”<br />
<br />
“Taruhlah aku mau melakukan hal itu, maka ada suatu konsekwensi yang akan aku tanggung, yaitu apabila terjadi sesuatu hal terhadap perkawinan kita dan terjadi perpecahan, maka kau akan dapat saja berkata kepada orang lain bahwa hal itu disebabkan karena kesalahan dariku. Kau dapat saja mengatakan aku telah menyeleweng berkali-kali dengan laki-laki lain dan orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu sebenarnya kau yang mengaturnya. Demikian juga seandainya laki-laki lain yang kau beri kesempatan untuk berhubungan seks denganku pada suatu saat menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, maka akan hancurlah diriku, karena walaupun bagaimana orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu justru atas permintaanmu sebagai suami, semua orang akan menuduhku sebagai seorang istri yang serong”<br />
<br />
“Akan tetapi sungguh mati selama ini tidak pernah terlintas dalam benakku untuk berbuat seperti itu. Aku meminta istriku untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain bukan bertujuan karena ingin memojokkanmu suatu waktu guna kepentinganku sendiri akan tetapi malahan sebaliknya yaitu agar kehidupan perkawinan kami tetap bergairah dan langgeng, karena aku akan mendapat kepuasan lahir dan batin hanya dari istriku yang sekarang. Sehingga istriku yang sekarang ini benar-benar merupakan teman hidup bagiku karena dia merupakan ibu dari anak-anakku, temanku berdiskusi dan menumpahkan perasaan serta sekaligus merupakan teman berkencan dalam menyalurkan hasrat seks!” kata suamiku agak terkejut.<br />
<br />
Setelah diam sejenak selanjutnya dia berkata,<br />
<br />
“Mengenai kemungkinan laki-laki itu akan bercerita kepada orang lain memang ada, akan tetapi apabila memang hal itu terjadi, maka akan sangat mudah sekali ditangkal karena justru orang lain tidak akan percaya kepada cerita dia. Apalagi bila aku memberikan kesaksian bahwa kesemuanya itu hanyalah karangan dia semata-mata sehingga hal itu benar-benar merupakan suatu fitnah saja”<br />
<br />
“Baiklah kalau begitu, yang penting kini aku juga ingin tahu mengapa sih kau mempunyai fantasi seperti itu?”<br />
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa mempunyai fantasi seperti itu. Tapi yang jelas aku merasakan adanya suatu rangsangan gairah birahi yang hebat apabila aku melihat ada seseorang laki-laki yang tertarik dan memperhatikan bagian tubuhmu yang secara tidak sengaja terbuka.”<br />
“Misalnya..”<br />
<br />
“Ya, misalnya ketika kita berlibur di pantai. Saat itu kau mengenakan pakaian renang. Dan aku tahu saat itu ada beberapa laki-laki memperhatikan bentuk tubuhmu. Mula-mula memang aku agak merasa cemburu, akan tetapi lama-kelamaan hal itu menimbulkan semacam suatu imajinasi dalam diriku. Apalagi apabila aku melihat kau bertelanjang bulat di kamar.”<br />
<br />
“Lha, memangnya kenapa? Aku kan bertelanjang bulat di kamar sendiri dan yang lihat hanya kamu sendiri saja?”<br />
“Justru itu yang merangsang imajinasiku.”<br />
“Kalau begitu aku tidak akan berbuat itu lagi!” kataku.<br />
<br />
“Eh, jangan salah sangka. Aku senang melihat itu semua. Malahan kalau kau mau, boleh saja kau berkeliaran dalam rumah dengan bertelanjang bulat seperti yang kau lakukan di kamar, karena terus terang hal itu membangkitkan rasa birahiku. Aku merasa nikmat memperhatikanmu berkeliaran di kamar dengan berpolos bugil. Dan dalam keadaan itu pula kadang-kadang aku berpikir apakah laki-laki lain juga akan bangkit birahinya apabila melihat keseluruhan bentuk tubuh istriku ini. Dan bagaimanakah seandainya tubuh istriku yang segar berisi itu dinikmati pula oleh laki-laki lain. Imajinasi itu akhirnya menimbulkan suatu kenikmatan seksual yang lain bagiku. Apalagi bila aku membayangkan bahwa ternyata laki-laki tersebut memang sangat terangsang oleh keindahan tubuh istriku dan berusaha untuk menikmatinya di tempat tidur. Imajinasiku itu selanjutnya terus berkembang yaitu apakah istriku ini kira-kira juga tertarik untuk merasakan hubungan seks dengan laki-laki lain dan bagaimanakah kiranya sikap istriku ketika melayani laki-laki lain tersebut. Apakah dia juga akan menjadi sangat lebih bergairah? Dan apakah dia akan mendapatkan kepuasan seks yang lebih besar lagi?” bisik suamiku.<br />
<br />
Lalu ia menambahkan,<br />
<br />
“Kenikmatan seksual yang kurasakan akan menjadi lebih hebat lagi apabila aku terus membayangkan bagaimana istriku dengan tubuhnya yang dalam keadaan polos bugil bergumul dengan hebat dengan tubuh laki-laki tersebut yang juga berada dalam keadaan berpolos bugil. Terlebih lagi apabila aku membayangkan bahwa ternyata ukuran alat kejantanan laki-laki tersebut jauh lebih besar dari pada ukuran alat kejantananku sendiri, dan istriku benar-benar sangat tergiur akan kehebatan alat kejantanan itu, sehingga ketika laki-laki itu menindihkan tubuhnya ke tubuh istriku dan memasukkan alat kejantanannya ke liang istriku, aku menyaksikan istriku menjadi bergelinjang dengan hebat merasakan alat kejantanan tersebut tertanam dalam-dalam di liang senggamanya. Kemudian aku pun membayangkan bagaimana ketika laki-laki tersebut mulai mengayunkan tubuhnya di atas tubuh istriku dan istriku menjadi tambah hebat bergelinjang sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan turun-naiknya alat kejantanan laki-laki tersebut yang memberikan suatu kenikmatan lain daripada yang pernah dirasakannya dari alat kejantananku sendiri. Selanjutnya aku pun membayangkan bagaimana ekspresi istriku dan laki-laki itu ketika mencapai dan melepaskan puncak ejakulasi bersama dengan penuh kepuasan”, kata suamiku.<br />
<br />
“Ah, sangat mengerikan sekali fantasimu.”<br />
“Tapi ini kan baru fantasi.. apabila menjadi kenyataan mungkin tidak mengerikan lagi, tapi.. mengasyikan!” kata suamiku sambil tertawa.<br />
“Tidak lucu ah!” kataku sambil memukul punggungnya.<br />
“Eh, jangan jadi sewot! Diberi kesempatan enak malah marah. Jarang kan suami yang sebaik itu yang mengizinkan istrinya boleh main dengan laki-laki lain. Malahan bukan itu saja kadang-kadang aku juga sering membayangkan bagaimana rasanya apabila aku mempunyai seorang istri yang hiperseks atau seorang istri yang senang menyeleweng dengan laki-laki lain.”<br />
“Apa maksudmu dengan itu..? Jadi kau tuduh aku ini pernah menyeleweng?!” jawabku agak tersinggung.<br />
<br />
“Bukan itu maksudku, tapi itu adalah kelanjutan dari ungkapan imajinasi fantasi seksualku, seperti yang kukatakan tadi, aku kan ingin sekali melihat istriku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, sehingga hal itu menimbulkan semacam imajinasi lanjutan dalam diriku mengenai type istri yang bagaimana yang kira-kira kuinginkan, atau paling tidak, aku kira-kira ingin mempunyai seorang istri yang berpandangan sangat bebas mengenai masalah hubungan seks, tidak posesif dan memandang masalah hubungan seks dengan laki-laki lain atau sebaliknya bukan merupakan suatu masalah yang tabu melainkan sesuatu yang wajar dan dapat dinikmati bersama”, kata suamiku selanjutnya.<br />
<br />
“Bilang saja terus terang kau yang mau melakukan hubungan seks dengan wanita lain! Kalau begitu carilah type istri sebagaimana yang kamu idamkan.. karena bagiku tidak mungkin melakukan hal tersebut! Kalau mau, kau lakukan sendiri saja! Jangan ajak-ajak orang!” kataku bertambah ketus.<br />
“Nah, lagi-lagi marah. Ini kan semua baru gagasan. Siapa tahu kau mau?” balas suamiku.<br />
“Mau apanya? Lagi pula sekiranya aku mau melakukan hal itu, aku lakukan saja sendiri secara diam-diam”, kataku dengan hati yang agak mendongkol.<br />
<br />
“Bukan itu maksudku.. aku sama sekali tidak bermaksud untuk mencari istri lain, akan tetapi justru kamulah yang aku inginkan menjadi type istri sebagaimana yang aku idamkan”, kata suamiku.<br />
“Jadi aku harus menyeleweng dan melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?”<br />
“Ada benarnya dan ada tidaknya”, kata suamiku.<br />
“Benar dan tidak bagaimana?”<br />
<br />
“Benarnya memang aku ingin melihat kamu melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, tidak benarnya adalah hal itu bukan berarti kamu harus menyeleweng, karena seperti yang aku katakan tadi kesemuanya itu berdasarkan persetujuan dan permintaanku sebagai suami, jadi unsur penyelewengan di sini sekali lagi aku katakan sama sekali tidak ada.. tapi apabila kau lakukan secara diam-diam maka itu baru namanya penyelewengan”, kata suamiku.<br />
“Benar-benar kamu tidak menyesal apabila aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?” kataku menegaskan.<br />
“Malahan sebaliknya.. karena hal itu justru aku rasakan sebagai penambah semangat dan gairahku terhadapmu. Mungkin kau merasakan bagaimana keadaanku selama ini, aku merasa kehilangan gairah dalam bercinta dan merasa sangat lelah sekali. Hal ini disebabkan aku merasakan fantasi itu sedemikian membebani diriku”, kata suamiku.<br />
<br />
Kini aku tahu bahwa masalah yang dihadapi suamiku selama ini adalah beban psikologis. Fantasi seksualnya telah membebani pikiran suamiku sedemikian hebatnya sehingga mempengaruhi kualitas hubungan seksual kami sebagai suami-istri. Memang aku merasakan akhir-akhir ini suamiku sering menjadi gelisah sendiri dan tidak tahu apa yang harus diperbuat dan merasa sangat letih sekali baik fisik maupun mental. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas hubungan seks kami. Aku merasakan gairah suamiku menjadi agak menurun. Suamiku sering mengalami prematur ejakulasi dan telah mencapai puncak ejakulasi hanya dalam beberapa detik saja begitu dia melakukan penetrasi, bahkan kadang-kadang telah orgasme sebelum sempat melakukan persetubuhan sama sekali. Oleh karena itu suamiku mulai rajin mengkonsumsi vitamin dan makanan yang dapat meningkatkan potensi laki-laki, akan tetapi sejauh itu hal tersebut sama sekali tidak membantu.<br />
<br />
Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku. Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna. Hal ini dimaklumi oleh suamiku karena dia tahu bagaimana kualitas hubungan suami-istri kami belakangan ini. Oleh karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum kami berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan semakin meluap-luap.<br />
<br />
Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut, tidak jarang akhirnya kami terlibat dalam suatu pertengkaran yang hebat. Malahan bukan itu saja. Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Hal ini lama-kelamaan membuatku menjadi agak khawatir juga, aku takut suamiku akan menderita impotensi. Aku berpikir bahwa aku harus membantu suamiku walaupun konsekuensi yang aku khawatirkan akan terjadi. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja.<br />
<br />
“Aku telah mengundang Ridwan untuk makan malam di sini malam ini”, kata suamiku di suatu hari sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena Ridwan adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya dan kebetulan saat itu semua anak-anak sedang libur bersama kawan-kawannya ke luar kota sehingga tinggal aku dan suamiku saja yang berada di rumah.<br />
<br />
Memang selama ini sudah ada beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah Ridwan. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang baik untuk itu. Ridwan adalah salah seorang kawan dekatnya dan aku pun kenal baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Ridwan tidak mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku.<br />
<br />
Aku berpikir tidak ada lagi gunanya aku berargumentasi dengan suamiku. Kehendaknya agar aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain sedemikian kuat. Hal itu sebenarnya membuatku agak tersinggung juga. Karena hal ini hanya biasa dilakukan oleh seorang wanita penghibur atau dengan kata lain seorang pelacur dan suamiku menghendaki aku melakukan hal seperti itu walaupun dengan alasan lain. Namun mengingat kehendak suamiku itu merupakan suatu akibat dari gejala psikologi, maka aku kesampingkan masakah harga diri itu. Aku hanya berpikir bagaimana aku dapat membantu suamiku mengatasi masalahnya. Selain itu aku pun mengharap bahwa dengan aku penuhinya fantasi seksualnya itu malam ini, maka suamiku tidak akan lagi mempunyai fantasi semacam itu karena secara psikologis keinginannya telah tercapai.<br />
<br />
Ketika Ridwan datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan seimbang, tidak dipenuhi oleh lemak sebagaimana ibu-ibu rumah tangga lainnya yang seumurku. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan padat berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal. Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna.<br />
<br />
Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria.<br />
<br />
Setelah makan malam suamiku dan Ridwan duduk mengobrol di taman belakang rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan arak ginseng dari Cina. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku.<br />
<br />
“Aku telah bicara dengan Ridwan mengenai rencana kita. Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini! Tapi walaupun demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan keputusan itu sepenuhnya kepadamu!” bisik suamiku selanjutnya. Mendengar bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku itu. Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain. Apalagi bila dalam rahimku nanti akan tersebar benih laki-laki lain selain dari benih suamiku sendiri.<br />
<br />
Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Ridwan agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku.<br />
<br />
“Ridwan baru saja cerita bahwa dia telah mempelajari pijat refleksi Siatzu. Aku rasa kau harus coba! Apa benar dia bisa! Kau mau kan..?” tanya suamiku kepadaku.<br />
“Boleh saja..!” jawabku sambil agak merapatkan leher baju tidurku sehingga siluet puting susuku kini tercetak dengan lebih jelas.<br />
“Ah sebenarnya aku tidak terlalu mahir..!” kata Ridwan, “Tapi bila mau dicoba boleh saja. Nanti setelah pijat Siatzu, saya juga akan memberikan pijatan dengan tehnik kucing mandi”, katanya lagi.<br />
“Oo ya.. tehnik apa itu?” aku bertanya agak heran.<br />
“Susah diterangkan sekarang, nanti saja deh kalau pijat refleksinya sudah selesai.”<br />
“Ayo..!” kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur.<br />
<br />
Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat tidur untuk siap dipijit. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik.<br />
<br />
Mula-mula Ridwan memijit sekitar bagian punggungku dengan lembut kemudian secara perlahan-lahan terus turun ke bawah menelusuri bagian pinggulku. Sementara itu aku terus berusaha sekuat tenaga menekan perasaan risih dan malu dengan melepaskan pikiranku dari kedua hal tersebut dan berusaha menikmati pijitan Ridwan itu yang sebenarnya lebih tepat dikatakan rabaan dan sentuhan di tubuhku. Rupanya usahaku itu berhasil dengan baik, akan tetapi lama-kelamaan secara tidak langsung aku jadi terbawa oleh semacam arus sensasional yang menjalar dalam tubuhku. Apalagi ketika tangan Ridwan tiba pada bagian belahan pantatku yang gempal lembut kemudian meremas-remas dengan halus pinggul serta daging pantatku yang hanya ditutupi oleh gaun tidur nylon yang tipis maka terasa adanya suatu gejolak hangat dalam diriku. Aku menjadi pasrah dan benar-benar mulai menikmati pijitannya itu.<br />
<br />
Selanjutnya kurasakan tangan Ridwan mulai lebih berani lagi menyentuh tubuhku dengan sentuhan-sentuhan yang semakin lama semakin nakal. Bahkan dia kini berusaha membuka baju tidurku dan menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Ridwan.<br />
<br />
Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba kurasakan Ridwan mulai melumat bibirku dalam suatu adegan cium yang panjang dan berapi-api. Selanjutnya ketika bibir kami terlepas Ridwan berbisik kepadaku bahwa sekarang saatnya dia akan melakukan tehnik pijitan kucing mandi. Berbarengan dengan itu dia mulai menjilati seluruh tubuhku yang telanjang dengan lidahnya bagaikan seekor kucing yang sedang memandikan anaknya. Aku berpikir jadi inilah yang dia maksudkan dengan tehnik kucing mandi. Aku menjadi menggelinjang, entah karena apa. Tapi yang terang aku merasakan seluruh pembuluh darah di tubuhku menjadi bergetar dan aku terlambung dalam suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan selama ini. Apalagi sambil menjilati tubuhku dia juga meremas dan menghisap buah dadaku dengan lahap, menjilati liang kewanitaanku dengan rakusnya dan sementara itu suamiku hanya menonton saja dengan asyiknya seperti orang dungu.<br />
<br />
Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Ridwan di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah kurasakan selama ini.<br />
<br />
Tidak berapa lama kemudian Ridwan berdiri di hadapanku melepaskan celananya sehingga dia juga kini berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Saat itu pula aku dapat menyaksikan ukuran alat kejantanan Ridwan yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar dan panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. Ukuran alat kejantanan Ridwan hampir sebesar lengan bayi dan bentuknya agak membengkok ke kiri.<br />
<br />
Kemudian dia menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Secara reflek aku segera menggenggam alat kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku tidak pernah membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku. Oleh karena itu aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-habisan oleh seorang laki-laki lain. Dalam hatiku tiba-tiba muncul kembali perasaan geramku terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih alat kejantanan Ridwan itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya.<br />
<br />
Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat alat kejantanan Ridwan yang memang telah berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat kejantanan Ridwan yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara bertubi-tubi.<br />
<br />
Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Ridwan tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekad dan pasrah untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. Berbarengan dengan itu kurasakan alat kejantanannya kini menghimpit dengan tepat di liang surgaku dan selanjutnya secara perlahan-lahan langsung memasuki dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku yang telah menganga lebar dan licin dengan cairan birahi.<br />
<br />
Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat kejantanan Ridwan itu menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih disebabkan aku merasakan alat kejantanan Ridwan memang terasa lebih istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya. Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Ridwan erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Ridwan.<br />
<br />
Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapati suamiku agak ternganga menyaksikan bagaimana diriku disetubuhi oleh Ridwan. Melihat penampilan suamiku itu, timbul kembali geram di hatiku, maka secara lebih demonstratif lagi kulayani permainan Ridwan sehebat-hebatnya secara aktif bagaikan adegan dalam sebuah film biru. Keadaan ini tiba-tiba membuatku merasakan ada suatu kepuasan dalam diriku. Hal itu bukan saja disebabkan oleh kenikmatan seks yang sedang kualami bersama Ridwan, akan tetapi aku juga memperoleh suatu kepuasan lain yaitu aku telah dapat melampiaskan rasa kesalku terhadap suamiku. Suamiku menghendakiku berhubungan seks dengan laki-laki lain dan malam ini kulaksanakan sepuas-puasnya, sehingga malam ini aku bukan seperti aku yang dulu lagi. Diriku sudah tidak murni lagi karena dalam tubuhku telah hadir tubuh laki-laki lain selain suamiku.<br />
<br />
Setelah agak beberapa lama kami bergumul tiba-tiba Ridwan menghentikan gerakannya dan mengeluarkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegar dari liang kenikmatanku. Kupikir dia telah mengalami ejakulasi dini. Pada mulanya aku agak kecewa juga karena aku sendiri belum merasakan apa-apa. Bahkan aku tidak merasakan adanya sperma yang tumpah dalam rahimku. Akan tetapi rupanya dugaanku salah, kulihat alat kejantanannya masih sangat tegar berdiri dengan kerasnya. Ridwan menghentikan persetubuhannya karena dia meminta suamiku menggantikannya untuk meneruskan hubungan seks tersebut. Kini dia yang akan menonton diriku disetubuhi oleh suamiku sendiri.<br />
<br />
Suamiku dengan segera menggantikan Ridwan dan mulai menyetubuhi diriku dengan hebat. Kurasakan nafsu birahi suamiku sedemikian hebat dan bernyala-nyala sehingga sambil berteriak-teriak kecil dia menghunjamkan tubuhnya ke tubuhku. Akan tetapi apakah karena aku masih terpengaruh oleh pengalaman yang barusan kudapatkan bersama Ridwan, maka ketika suamiku menghunjamkan alat kejantanannya ke dalam liang kenikmatanku, kurasakan alat kejantanan suamiku itu kini terasa hambar. Kurasakan otot-otot liang senggamaku tidak lagi sedemikian tegangnya menjepit alat kejantanan itu sebagaimana ketika alat kejantanan Ridwan yang berukuran besar dan panjang itu menerobos sampai ke dasar liang senggamaku. Alat kejantanan suamiku kurasakan tidak sepenuhnya masuk ke dalam liang senggamaku dan terasa lebih lembek bahkan dapat kukatakan tidak begitu terasa lagi dalam liang senggamaku yang kini telah pernah diterobos oleh sesuatu benda yang lebih besar.<br />
<br />
Di lain keadaan mungkin disebabkan pengaruh minuman alkohol yang terlalu banyak, atau mungkin juga suamiku telah berada dalam keadaan yang sedemikian rupa sangat tegangnya, sehingga hanya dalam beberapa kali saja dia mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku dan dalam waktu kurang dari satu menit, suamiku telah mencapai puncak ejakulasi dengan hebat. Malahan karena alat kejantanan suamiku tidak berada dalam liang kewanitaanku secara sempurna, dia telah menyemprotkan separuh spermanya agak di luar liang kewanitaanku dengan berkali-kali dan sangat banyak sekali sehingga seluruh permukaan kemaluan sampai ke sela pahaku basah kujub dengan cairan sperma suamiku. Selanjutnya suamiku langsung terjerembab tidak bertenaga lagi terhempas kelelahan di sampingku.<br />
<br />
Sementara itu aku masih dalam keadaan liar. Bagaikan seekor kuda betina binal aku jadi bergelinjangan tidak karuan karena aku belum sempat mengalami puncak ejakulasi sama sekali semenjak disetubuhi oleh Ridwan. Oleh karena itu sambil mengerang-erang kecil aku raih alat kejantanan suamiku itu dan meremas-remasnya dengan kuat agar dapat segera tegang kembali. Akan tetapi setelah berkali-kali kulakukan usahaku itu tidak membawa hasil. Alat kejantanan suamiku malahan semakin layu sehingga akhirnya aku benar-benar kewalahan dan membiarkan dia tergolek tanpa daya di tempat tidur. Selanjutnya tanpa ampun suamiku tertidur dengan nyenyak dalam keadaan tidak berdaya sama sekali.<br />
<br />
Aku segera bangkit dari tempat tidur dalam keadaan tubuh yang masih bertelanjang bulat menuju kamar mandi yang memang menyatu dengan kamar tidurku untuk membersihkan cairan sperma suamiku yang melumuri tubuhku. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba Ridwan yang masih dalam keadaan bertelanjang bulat menyusul ke dalam kamar mandi. Dia langsung memelukku dari belakang sambil memagut serta menciumi leherku secara bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhku ke pinggir bak mandi sehingga aku kini berada dalam posisi menungging. Dalam posisi yang sedemikian Ridwan menyetubuhi diriku dari belakang dengan garangnya sehingga dengan cepat aku telah mencapai puncak ejakulasi terlebih dahulu. Begitu aku sedang mengalami puncak ejakulasi, Ridwan menarik alat kejantanannya dari liang sengamaku, kemudian dengan sangat brutal dia segera menggarap lubang duburku. Aku jadi agak terpekik keras dan bergelinjang dengan hebat ketika alat kejantanannya itu tiba-tiba memasuki lubang duburku.<br />
<br />
Tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata betapa perasaanku saat itu mendapatkan pengalaman yang belum pernah kurasakan sama sekali. Selama ini suamiku sendiri belum pernah menyetubuhi duburku sebagaimana yang dilakukan Ridwan sekarang ini. Ketika kami sedang asyik melakukan anal seks, tiba-tiba suamiku menyusul ke kamar mandi. Dia kelihatan tidak senang kami melakukan hubungan seks di kamar mandi. Dengan nada suara yang agak keras dia memerintahkanku untuk segera kembali ke kamar dan melakukan hubungan seks di sana, di hadapannya.<br />
<br />
Dengan masih tetap berbugil aku kembali ke kamar tidur dan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Sementara itu suamiku mengikuti merebahkan diri di tempat tidur tapi untuk selanjutnya dia tertidur kembali dengan nyenyaknya. Rupanya suamiku benar-benar kelelahan disebabkan oleh suatu tekanan ketegangan syaraf yang tinggi dan juga agak setengah mabuk karena mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Sedangkan aku justru sebaliknya. Seluruh tubuhku terasa menjadi tidak karuan, kurasakan liang kenikmatanku dan lubang duburku berdenyut agak aneh dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali kulukiskan dan belum pernah kualami selama ini. Aku kini tidak dapat tidur walaupun barusan aku telah mengalami orgasme di kamar mandi bersama Ridwan.<br />
<br />
Dalam keadaan yang sedemikian tiba-tiba Ridwan muncul di hadapanku. Dia masih tetap bertelanjang bulat sebagaimana juga diriku. Dengan tatapan yang tajam dia menarikku dari tempat tidur dan mengajakku tidur bersamanya di kamar tamu di sebelah kamarku. Bagaikan didorong oleh suatu kekuatan hipnostisme yang besar, aku mengikuti Ridwan ke kamar sebelah. Kami berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh masing-masing masih bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Memang saat itu aku merasa diriku seakan berada dalam suatu suasana yang mirip pada saat aku mengalami malam pengantinku yang pertama. Sambil mendekap diriku Ridwan terus-menerus menciumiku sehingga aku kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun sudah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang dahsyat.<br />
<br />
Tidak berapa lama kemudian Ridwan membalikkan tubuhku sehingga kini aku berada di posisi atas. Selanjutnya dengan spontan kuraih alat kejantanannya dan memandunya ke arah liang senggamaku. Kemudian kutekan tubuhku agak kuat ke tubuh Ridwan dan mulai mengayunkan tubuhku turun naik di atas tubuhnya. Mula-mula secara perlahan-lahan akan tetapi lama-kelamaan semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu Ridwan dengan tenang telentang menikmati seluruh permainanku sampai tiba-tiba kurasakan suatu ketegangan yang amat dahsyat dan dia mulai mengerang-erang kecil. Dengan semakin cepat aku menggerakkan tubuhku turun naik di atas tubuh Ridwan dan nafasku pun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan tubuh laki-laki yang berada di bawahku. Tidak berapa lama kemudian aku menjadi terpekik kecil melepaskan puncak ejakulasi dengan hebat dan tubuhku langsung terkulai menelungkup di atas tubuh Ridwan.<br />
<br />
Setelah beberapa saat aku tertelungkup di atas tubuh Ridwan, tiba-tiba dia bangkit dengan suatu gerakan yang cepat. Kemudian dengan sigap dia menelentangkan tubuhku di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahaku ke atas sehingga liang kenikmatanku yang telah basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya Ridwan mengacungkan alat kejantanannya yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang kewanitaanku dan menghunjamkan kembali alat kejantanannya tersebut ke tubuhku dengan garang. Aku menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika alat kejantanan Ridwan mulai menerobos dengan buasnya ke dalam tubuhku dan membuat gerakan mundur maju dalam liang senggamaku. Aku pun kini semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun naiknya alat kejantanan Ridwan yang semakin lama semakin cepat menggenjotkan di atas tubuhku.<br />
<br />
Kami bergumul bagaikan dua ekor binatang liar yang sedang bertarung, saling hempas dan saling bantai tubuh masing-masing dengan sekuat tenaga tanpa mempedulikan apa-apa lagi kecuali berlomba untuk menggali segala kenikmatan dari tubuh masing-masing. Nafas kami semakin memburu berdesah-desah dengan kencang yang kadang-kadang diselingi dengan pekikan kecil di luar kesadaran masing-masing. Tubuh bugil kami yang sedang bersatu padu itu pun basah dengan keringat. Aku merasakan betapa liang kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha menghisap dan melahap alat kejantanan Ridwan yang teramat besar dan panjang itu sedalam-dalamnya serta melumat seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya.<br />
<br />
Selama pertarungan itu beberapa kali aku terpekik agak keras karena mencapai puncak orgasme berkali-kali, sementara itu Ridwan masih tetap tegar dan perkasa mengayunkan tubuhnya di atas tubuhku. Akan tetapi akhirnya kulihat Ridwan tiba juga pada puncaknya. Dengan mimik wajah yang sangat luar biasa dia melepaskan puncak orgasmenya secara bertubi-tubi menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam tubuhku dalam waktu yang amat panjang. Sementara itu alat kejantanannya tetap dibenamkannya sedalam-dalamnya di liang kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya terhisap dalam tubuhku sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke tempat tidur dengan tubuh yang tetap menyatu. Selama kami tergolek, alat kejantanan Ridwan masih tetap terbenam dalam tubuhku, dan aku pun memang berusaha menjepitnya erat-erat karena tidak ingin segera kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.<br />
<br />
Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Ridwan mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku sehingga kini kami terlibat dalam suatu adegan cium yang mesra penuh dengan perasaan. Selanjutnya kubenamkan wajahku ke dadanya mengecup puting susunya sambil menjilati permukaan dada yang bidang dan penuh dengan bintik-bintik keringat. Aku tidak tahu mengapa aku melakukan hal itu. Akan tetapi yang terang kurasakan keringat Ridwan saat itu membuat semacam rangsangan yang lain dalam diriku.<br />
<br />
Ridwan agak memejamkan matanya menikmati sentuhan-sentuhan ujung lidahku itu, sementara itu tangannya dengan halus membelai-belai rambutku sebagaimana seorang suami yang sedang mencurahkan cinta kasihnya kepada istrinya. Suasana romantis ini akhirnya membuat gairah kami muncul kembali. Kulihat alat kejantanan Ridwan mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Ridwan segera menguakkan kedua belah pahaku membukanya lebar-lebar untuk kemudian mulai menyetubuhi diriku kembali.<br />
<br />
Berlainan dengan suasana permulaan yang kualami tadi, dimana kami melakukan persetubuhan dalam suatu pertarungan yang dahsyat dan liar. Kali ini kami bersetubuh dalam suatu gerakan yang santai dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra bagaikan sepasang suami istri yang sedang melakukan kewajibannya. Aku pun dengan penuh perasaan dan dengan segala kepasrahan melayani Ridwan sebagaimana aku melayani suamiku selama ini. Keadaan ini berlangsung sangat lama sekali. Suasana ini berakhir dengan tibanya kembali puncak ejakulasi kami secara bersamaan. Kami kini benar-benar kelelahan dan langsung tergolek di tempat tidur untuk kemudian terlelap dengan nyenyak dalam suatu kepuasan yang dalam.<br />
<br />
Semenjak pengalaman kami malam itu, suamiku tidak mempermasalahkan lagi soal fantasi seksualnya dan tidak pernah menyinggung lagi soal itu. Hubunganku dan suamiku pun tetap berlangsung seperti biasa-biasa saja seperti dahulu. Hanya memang sejak pengalaman kami malam itu kurasakan gairah suamiku berangsur-angsur normal. Bila kami melaksanakan kewajiban suami-istri, dia telah dapat melaksanakannya secara normal sebagaimana lazimnya walaupun secara kualitas kurasakan tidak sehebat sebagaimana yang kualami bersama Ridwan.<br />
<br />
Kuakui malam itu Ridwan memang hebat. Walaupun telah beberapa waktu berlalu namun bayangan kejadian malam itu tidak pernah berlalu dalam benakku. Malam itu aku telah merasakan suatu kepuasan seksual yang luar biasa hebatnya yang belum pernah kualami bersama suamiku selama ini. Walaupun telah beberapa kali menyetubuhiku, Ridwan masih tetap saja kelihatan bugar. Alat kejantanannya pun masih tetap berfungsi dengan baik melakukan tugasnya keluar masuk liang kewanitaanku dengan tegar hingga membuatku menjadi agak kewalahan.<br />
<br />
Aku telah terkapar lunglai dengan tidak putus-putusnya mengerang kecil karena terus-menerus mengalami puncak orgasme dengan berkali-kali namun alat kejantanan Ridwan masih tetap tegar bertahan. Memang secara terus terang kuakui bahwa selama melakukan hubungan seks dengan suamiku beberapa bulan belakangan itu, aku tidak pernah mengalami puncak orgasme sama sekali. Apalagi dalam waktu yang berkali-kali dan secara bertubi-tubi seperti malam itu. Sehingga secara terus terang setelah hubungan kami yang pertama di malam itu kami masih tetap berhubungan tanpa sepengetahuan suamiku.<br />
<br />
Awalnya di suatu pagi Ridwan berkunjung ke rumahku pada saat suamiku sudah berangkat ke tempat tugasnya. Secara terus terang saat itu dia minta tolong kepadaku untuk menyalurkan kebutuhan seksnya yang katanya sudah beberapa lama tidak dapat terpenuhi dari istrinya berhubung kesehatan istrinya yang sangat tidak mengizinkan. Mulanya aku ragu memenuhi permintaannya itu. Akan tetapi anehnya aku tidak kuasa untuk menolak permintaan tersebut. Sehingga kubiarkan saja dia melepaskan hasrat birahinya yang selama itu tidak tersalurkan dan kami melakukan hubungan cinta kilat di ruang tamu sambil berdiri. Hubungan itu rupanya membawa diriku ke dalam suatu alam kenikmatan lain tersendiri.<br />
<br />
Ketika kami berhubungan seks secara terburu-buru di suatu ruangan terbuka kurasakan suatu sensasi kenikmatan yang hebat dan sangat menegangkan. Keadaan ini membawa hubunganku dan Ridwan semakin berlanjut. Demikianlah sehingga akhirnya aku dan Ridwan sering membuat suatu pertemuan sendiri di luar rumah. Melakukan hubungan seks yang liar di luar rumah, baik dari satu kamar cottage ke kamar cottage lainnya ataupun dari satu kamar hotel ke kamar hotel lainnya.<br />
<br />
Kami saling mengisi kebutuhan jasmani masing-masing dalam adegan-adegan sebagaimana yang pernah kami lakukan di kamar tidurku di malam itu, dan sudah barang tentu perbedaannya kali ini adegan-adegan tersebut kini kami lakukan tanpa dihadiri dan tanpa diketahui oleh suamiku. Sebagai wanita yang sehat dan normal, aku tidak menyangkal bahwa berkat anjuran suamiku malam itu aku telah mendapatkan makna lain dari kenikmatan hubungan seksual yang hakiki walaupun hal itu pada akhirnya kuperoleh dari teman suamiku, yang kini menjadi teman tidurku.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-44124470584747238982016-06-21T16:36:00.004+07:002016-06-21T16:38:48.350+07:00Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOu72i6yHXXEAybb-SPReyGTLqSe_O4_PwDkWWDolvvVp37ZmxcRWogVX0f7wR7l_nA9xeOhRtZXC1PfjrZFp_LJkBfo7hlsgTv7-rdzK-j_hWVAXI5OV60IV-Ms7TQrU3xS8x2hs3WKhd/s1600/cerita-sex-ngesex-sama-cewek-cafe.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOu72i6yHXXEAybb-SPReyGTLqSe_O4_PwDkWWDolvvVp37ZmxcRWogVX0f7wR7l_nA9xeOhRtZXC1PfjrZFp_LJkBfo7hlsgTv7-rdzK-j_hWVAXI5OV60IV-Ms7TQrU3xS8x2hs3WKhd/s400/cerita-sex-ngesex-sama-cewek-cafe.jpg" title="Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe" width="360" /></a></div>
<br />
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe</h2>
<br />
perkenalanku dengan seorang pengunjung cafe , yg cukup terkenal di lokasi pariwisata yg bersebelahan dengan pulau Bali . Namaku Adietya dan aku seorang pemain musik di cafe , yg mana di cafe tersebut kita bermain bertiga , satu memegang melody satunya lagi memegang biola , dan aku memegang rythm sekaligus vokal .<br />
<br />
Baca Juga : <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-perselingkuhan-seorang-pns.html">Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS</a></b><br />
<br />
Seperti pada umumnya cafe yg menawarkan musik hiburan dengan live accoustic , malam itu yg kebetulan bersamaan dengan malam minggu , cafe sudah dipenuhi dengan pengunjung yg rata-rata anak muda semenjak pukul 20 .00 kebanyakan dari mereka berpasang-pasangan .<br />
<br />
Diantara sekian banyaknya pengunjung , ada satu kelompok beranggotakan 3 cewek cantik , salah satu diantaranya adalah Meida nama gadis yg berambut sebahu lebih dan berkulit mulus , tingginya kira-kira 170 dengan dipadu gaun malam warna merah yg cukup sexy yg menonjolkan lekuk tubuhnya yg menggiurkan dengan ukuran dada 36c , ukuran dadanya aku ketahui setelah malam itu aku dan Meida mereguk kenikmatan berasama di sebuah hotel di kawasan wisata tersebut .<br />
<br />
Perkenalanku dengan Meida , secara tdk sengaja , diawali dengan sebuah permintaan lagu yg mana pada saat itu pengunjung cukup menikmati suasana romantis yg di dukung penampilan dari beberapa lagu-lagu yg aku bawakan bersama teman-temanku , cukup membuat susana sedikit syahdu .<br />
<br />
Pada saat itu seorang waiter datang dengan secarik kertas yg berisikan permintaan lagu dari meja yg di sudut dekat taman kecil yg isinya minta dibawakan sebuah lagu yg berjudul “Lady in red .” Tak lama berselang setelah aku berkomunikasi dengan pengunjung , aku menyebutkan bahwa ada permintaan lagu special dari meja sudut , yg aku lanjukan dengan memetik senar gitar dan melantunlah sebuah lagu romantis yg diminta oleh Meida .<br />
<br />
Setelah lagu itu usai aku sempatkan memandang kearah meja yg disudut yg berisikan 3 cewek cantik-cantik yg mana Meida memberikan senyumnya yg manis , sambil mengucapkan sepata kata yg nggak terdengar dengan jelas .<br />
<br />
Setelah show sekitar 1 jam aku dan teman-temanku break sebentar , ketika aku turun , aku melihat cewek yg bergaun merah di 3 kelompok cewek cantik-cantik , melambaikan tangannya . Dengan sedikit berdebar aku berjalan kearah mereka . Aku mengulurkan tangan sebagai tanda keramah-tamahan terhadap pengunjung cafe , sambil menyebutkan namaku ,<br />
<br />
“Adietya “! ujarku .<br />
<br />
Dan disambut dengan cewek yg bergaun merah “Meida ,” ujarnya , diiringi senyumnya yg menawan . Setelah itu dilanjutkan dengan kedua orang temannya yg aku nggak begitu hafal nama-nama mereka .<br />
<br />
Kemudian dia menawarkan aku untuk duduk bergabung dengan mereka sambil menawarkan minuman kepadaku “Kamu boleh pesan minuman apa aja yg kamu suka ,” kata Meida kepadaku .<br />
<br />
Setelah aku duduk , tak lama kemudian Meida bilang ,<br />
<br />
“Thanks ya . . sapa nama kamu tadi “?<br />
<br />
Yg aku lanjutkan menyebutkan namaku sendiri<br />
<br />
“Adietya .”<br />
<br />
Kemudian Meida melanjutkan kalimatnya yg terpotong tadi ,<br />
<br />
“Thanks ya diet atas lagunya , aku begitu bahagia malam ini , karena lagu yg kamu bawakan untukku tadi .”<br />
<br />
Aku hanya tersenyum kecil sembari berkata ,<br />
<br />
“Aku juga suka kok lagu itu Mei. . hey , bolehkan aku panggil kamu dengan sebutan itu?” tanyaku kemudian .<br />
<br />
Meida menganggukan kepalanya sambil berkata , “Aku suka kok kamu memanggil aku dengan sebutan itu .”<br />
<br />
Sekitar jam 23 .00 pertunjukan live accoustic selesai , para pengunjung tinggal beberapa aja yg masih bertahan di meja masing-masing . Di meja sudut , Meida dan kedua temannya masih juga asyik dengan obrolannya . Setelah ngobrol sebentar dengan teman-teman musikku , kemudian aku berjalan ke arah meja Meida , sewaktu acara break tadi dia pesan kalo sudah usai pertunjukan aku diminta untuk datang ke mejanya .<br />
<br />
“Hey . . asyik banget obrolannya . . boleh gabung nggak?” ujarku sambil duduk .<br />
“silahkan diet . . lagian aku khan yg minta kamu datang ke sini ,” ujar Meida .<br />
<br />
Selama 20 menit di meja mereka , aku banyak diamnya , karena aku belum terbiasa dengan dikelilingi 3 cewek cantik-cantik .<br />
<br />
“Diet . . anterin dong kita pulang ke hotel , sekalian ada yg aku mau bicarakan berdua dengan kamu ,” ujar Meida memecah kesunyian .<br />
“Baiklah kalo begitu ,” ujarku kemudian sambil menenteng gitarku .<br />
<br />
Setelah membayar makanan dan minuman , kita berjalan kaki menuju hotel mereka menginap yg ternyata tak jauh dari cafe itu . Sesampainya di hotel , kedua temannya langsung masuk ke dalam kamar , kecuali Meida yg masih berdiri di depan pintu kamar sembari mengatakan sesuatu kepada dua orang temannya yg kelihatan sudah mulai ngantuk .<br />
<br />
Setelah menutup pintu kamarnya kembali , Meida berjalan kearahku , yg aku lanjutkan dengan berkata , “Kita ke pantai di depan hotel ini yuk . . kamu cerita disana aja nanti , lagian disini susananyakurang bagus dan takut mengganggu kedua teman kamu .”<br />
<br />
Meida hanya mengangguk kecil ,<br />
<br />
“Boleh deh , lagian kayaknya aku belum pernah duduk di pinggir pantai malam hari .” lanjutnya kemudian .<br />
<br />
Dengan diterangi lampu taman hotel yg menjorok ke arah pantai yg cahanya sedikit terhalang oleh pepohohan yg cukup rindang , aku dan Meida duduk di hamparan pasir . Sambil duduk mendekap kedua lututnya mulailah Meida bercerita .<br />
<br />
“Diet . . makasih yah kamu sudah mau menyanyikan lagu “Lady in Red” tadi , kamu tahu nggak kalo aku sangat terhanyut oleh lirik lagu itu .”<br />
“Aku nggak tau kenapa , ketika kamu nyanyi tadi perasaanku begitu terbawa sampai-sampai aku membaygkan kalo seandainya ada cowok yg begitu perhatian dan sayang kepadaku , betapa bahagianya diriku ,” lanjutnya .<br />
“Memangnya kamu belum punya cowok?” tanyaku kemudian .<br />
“Aku pernah punya cowok . . tapi dia sudah meninggal dalam kecelakaan mobil 2 tahun yg lalu ,” ungkapnya dengan menahan nafas sesaat .<br />
“Dia juga seorang musisi seperti kamu , bahkan postur dan gaya berbicaranya mirip kamu , makanya saat aku duduk di cafe tadi jantungku sempat berdebar sesaat ,” Meida melanjutkan ceritanya .<br />
“Semakin berdebar saat kamu mulai menyanyikan lagu itu dilanjutkan dengan datang ke mejaku serta ngobrol dan bercanda dengan teman-temanku ,” ujarnya lagi .<br />
<br />
Disini kedua bola mata Meida mulai berkaca-kaca , kemudiankudengar dia mulai terisak-isak .<br />
Dengan seketikakupeluk Meida untuk mengurangi kesedihannya dan memberikan kedamaian .<br />
Ternyata Meida diam saja , sembari memandang ke wajahku dan memelukku semakin erat .<br />
<br />
Entah siapa yg memulai kedua bibir kamu sudah saling melumat , memilin dengan penuh nafsu .<br />
<br />
tanganku mulai beraksi dengan mengelus permukaan dadanya yg tertutup gaum merah .<br />
<br />
“Ouchh . . Adiet . . ,” desahnya .<br />
<br />
Kemudian aku lanjutkan dengan menelusupkan tanganku yg satunya ke bagian bawah , dan langsung aku elus permukaan pahanya yg mulus . Tak lama berselang , aku melanjutkan dengan membuka bagian atas gaun merahnya dan tampaklah olehku kemulusankulit dadanya yg kontras terbalut bra warna hitam . Aku mencumbu permukaan dadanya yg mulus , sambil tanganku mengelus punggungnya , yg aku lanjutkan dengan membuka pengait branya yg ternyata berukuran 36c , aku melihat labelnya sekilas yg terpancar oleh cahaya lampu taman.<br />
<br />
Setelah membuka pengait bra Meida , lidahku tak tinggal diam dengan menjulurkan ujungnya selembut mungkin ke puting payudaranya yg berwarna pink .<br />
<br />
“Ssh . . ohh . . Diet ,” erangnya , ketika ujung lidahku menyentuh putingnya yg keliatan mulai mengeras .<br />
<br />
Ukuran payudara Meida cukup menggairahkan ditunjang dengan kekenyalannya , yg menurutku masih belum banyak tangan yg menjamahnya .<br />
<br />
Kemudian aku melanjutkan jilatan dengan menelusuri permukaan dadanya , terus berlanjut ke perutnya lidahku menelusuri setiap jengkalkulitnya . Dengan lembutkuteruskan dengan menurunkan gaun merahnya dan membukanya sekaligus .<br />
Dengan beralaskan gaun merahnya aku merebahkan Meida di atas hamparan pasir pantai . Kemudian aku rebahan di samping Meida dan membisikan kata-kata , “Aku sayang kamu .”<br />
<br />
Sambil sesekali aku mengecup bibirnyakulanjutkan berkata ,<br />
<br />
“Mei. . aku juga merasa berdebar saat menyanyikan lagu tadi .”<br />
“Kamu begitu cantik dan anggun saat duduk diantara teman-tamanmu ,” lanjutku kemudian .<br />
<br />
Sejenak Meida memandangku dengan kedua bibirnya merekah merah . Takkusia-siakan moment ini dengan mengecup bibirnya lembut . Aku menghisap lidah Meida yg menjulur menyeruak rongga mulutku .<br />
<br />
“Mhh . . ,” bibir Meida mendesah pelan .<br />
<br />
Tanganku juga mulai aktif dengan mengelus pahanya yg mulus , sementara lidahku beralih ke lehernya yg jenjang dengan menjilatinya yg berlanjut di belakang telinga sebelah kiri .<br />
<br />
Kujulurkan lidahku ke lubang telinganya . Kembali Meida mendesah pelan ,<br />
<br />
“Oohh . . Diet . .”<br />
<br />
Aku berdiri dengan pelan , kemudian menunduk ke arah jari-jari kakinya dan langsungkuhisap jemari kakinya satu persatu yg langsung membuat dia terhenyak seketika .<br />
<br />
“Ohh . . Diet . . ,” teriaknya .<br />
“Aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini ,” lanjutnya .<br />
<br />
Tanpa memperdulikan keluhannya , aku melanjutkan hisapanku ke telapak kakinya yg membuat dia terhenyak kedua kalinya .<br />
<br />
Lidahku sekarang berpindah menuju ke arah betisnya dan menjilati bagian itu dengan lembutnya , dan membuat Meida menggelinjang untuk kesekian kalinya .kuarahkan lidahku ke sela pahanya , setelah beberapa saat lamanya bermain di betisnya .kulihat Meida semakin menggelinjang , dankulanjutkan dengan menjilati pangkal pahanya yg berdekatan dengan memeknya . Dengan pelan kembalikujulurkan lidahku ke tepian memek Meida yg ternyata berbulu lebat hitam lebat .<br />
<br />
Jilatankulanjutkan mengitari daerah antara anus dan memek .<br />
<br />
“Slurp . . slurp . .” ujung lidahku bermain dari atas dan ke bawah .<br />
<br />
Kembali Meida mendesah , “Ouch . . Diett . . nikmat sekali sayang . .”<br />
<br />
Sebenarnya aku juga sudah terangsang sekali , k0ntolku sudah keras dan ingin berontak dari celana blue jeansku rasanya , tapi aku sengaja menahan nafsuku , tujuanku aku ingin membuat Meida mendapatkan kepuasan terlebih dahulu . Hal ini aku lakukan karena aku nggak mau terkesan egois yg mementingakan diri sendiri , karena aku cukup memahami kalo sebagai seorang laki-laki orgasmenya berbeda dengan perempuan yg bisa multi orgasme dalam satu kali permainan .<br />
<br />
Kembalikujulurkan lidahku yg tadinya sudah melewati daerah antara anus dan memek , sekarang menjulur dengan liarnya di lubang anus Meida yg disambut dengan hentakan tubuhnya .<br />
<br />
“Ohh . . Diet . . nggakkuat ,” erangnya kemudian .<br />
<br />
Dengan perlahan aku hentikan sesaat foreplayku , yg dilanjut dengan reaksi Meida yg duduk dari rebahannya yg kemudian dengan sedikit tergesa-gesa dia mulai membuka kaosku yg di lanjut dengan mencumbu permukaan dadaku dan tangannya tak tinggal diam dengan memasukannya ke sela celana bluejeansku , tangannya mulai menemukan k0ntolku yg sudah mulai mengeras karena nafsu yg tertahan . Tak lama berselang kemudian , Meida mulai membuka resliting celana blue jeansku dan langsung menariknya yg pada saat itu posisiku berdiri , sementara dia jongkok di depanku .<br />
<br />
Dengan lincahnya Meida menjulurkan lidahnya dan menjilati seluruh permukaan k0ntolku yg berukuran lumayan besar dengan bulunya yg hitam lebat . Meida memajukan bibirnya dan menghisap ujung kepala k0ntolku dengan lahapnya , serta memainkan lidahnya di dalam rongga mulutnya yg penuh dengan k0ntolku yg dilanjutkan dengan menghisapkuat buah zakarku .<br />
<br />
“Ahh . . Lia . . sayang enak banget . . ,” teriakku tertahan .<br />
<br />
Dengan tersenyum manis sambil tetap jongkok dibawahku wajahnya menengadah ke atas dan berkata kepadaku ,<br />
<br />
“Kamu suka diet”?<br />
<br />
Kujawab dengan suara parau ,<br />
<br />
“Suka banget sayang .”<br />
“Aku juga sangat menyukai k0ntol kamu yg lumayan besar ini ,” lanjutnya .<br />
<br />
Perlahan aku bimbing Meida untuk berpose merangkak beralaskan gaunnya , dengan sedikit membungkukkan badan aku mulai menjilati kembali permukaan pantatnya yg montok dan dilanjutkan dengan menjilati lubang anusnya dan pinggiran memeknya .<br />
<br />
“Ohh . . Diet . . aku sudah nggak kuat nih . . sekarang yah sayang . . ,” desahnya .<br />
<br />
Dengan jongkok sedikit dan memegang kepala k0ntolku yg keras , aku mulai dengan mengelus belahan pantatnya sampai ke belahan memeknya yg sudah basah dengan lendirnya .<br />
<br />
Dengan lembut aku mulai memasukan k0ntolku ke memek Meida yg ternyata cukup sempit juga .<br />
<br />
“Srett . . bles . .” masuklah kepala k0ntolku seperempatnya .<br />
“Ohh . . Diet . . enak sayang masukan semuanya dong . . ,” desahnya .<br />
<br />
Dengan perlahan , kembali aku memajukan k0ntolku ke memek Meida .<br />
<br />
“Sret . . srett . . bles .” masuklah setengah bagian k0ntolku .<br />
<br />
Dengan sekali tekan amblaslah semua k0ntolku kedalam lobang memek Meida yg cukup terasa remasannya .<br />
<br />
Kulanjutkan dengan memaju mundurkan pantatku perlahan yg menjadikan Meida semakin menggelinjang karena tekanan k0ntolku di dalam lobang memeknya . Dengan bertumpu di pinggulnya , aku kembali memaju mudurkan k0ntolku .<br />
<br />
“Srett . . srett . . bles . . bless” suara yg dihasilkan dari pertemuan k0ntol dan memek kita berdua , tanganku juga tak tinggal diam dengan meremas kedua payudaranya dari belakang .<br />
<br />
Tak lama berselang badan Meida bergetar hebat , menandakan dia akan mencapai orgasme .<br />
<br />
“Diet . . aku mau sampai nih ,” teriaknya .<br />
“Sebentar sayang . . aku juga mau nyampai nih ,” ujarku juga .<br />
<br />
Dengan cepat aku memompa k0ntolku kedalam memek Meida .<br />
<br />
“Sret . . srett . .” bunyi dari irama cinta kami .<br />
<br />
Tak lama kemudian Meida mengejang tubuhnya .<br />
<br />
“Ahh . . Diett . . ,” teriaknya .<br />
“Serr . . serr . .” ada desiran hangat dari dalam lobang memek Meida .<br />
<br />
Ternyata dia sudah mencapai orgasme duluan . Aku semakin mempercepat kocokkanku di memek Meida .<br />
<br />
“Srett . . srett . . srett .”<br />
“Ahh . . crott . .” menyemburlah spermaku didalam memek Meida yg cantik .<br />
<br />
Kukecup bibirnya sambil mengucapkan kata ,<br />
<br />
“Aku sayang kamu Mei”<br />
<br />
Dibalas kecupanku dengan ,<br />
<br />
“Aku juga sayang kamu diet ,” ujar Meida .<br />
<br />
Beruntunglah diriku bisa bercinta dengan Meida yg cantik , apalagi oral sexnya begitu dahsyat yg awalnya tdk pernah kubaygkan .Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1545543131407808860.post-36565422456655817022016-06-20T16:38:00.000+07:002016-06-21T16:40:16.904+07:00Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcSTqEyU7DCcbtLetZ7xFYzk_OoBjcC4VsgPvbbxpyiVi5Q8zdKVnv6X1znE6kBGcN4R3_tqFBirJcS0ka9ZyN4F4DiHRgUq1sbNSdye_l9zkNsrFHhilkmC_awpPCublGGfj3ob-i5u6N/s1600/cerita-sex-perselingkuhan-seorang-pns.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS" border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcSTqEyU7DCcbtLetZ7xFYzk_OoBjcC4VsgPvbbxpyiVi5Q8zdKVnv6X1znE6kBGcN4R3_tqFBirJcS0ka9ZyN4F4DiHRgUq1sbNSdye_l9zkNsrFHhilkmC_awpPCublGGfj3ob-i5u6N/s400/cerita-sex-perselingkuhan-seorang-pns.jpg" title="Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS" width="300" /></a></div>
<br />
<h2 style="text-align: center;">
Cerita Sex Perselingkuhan Seorang PNS</h2>
<br />
Perkenalkan namaku AGUNG RUBIANTORO saat ini, sudah beristeri dan bekerja sebagai PNS DI SUDIN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL JAKARTA BARAT. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yg bisa disebut sebagai cipondoh sebagai PNS aku memang banyak waktu untuk pergi keluar kantor dengan alasan kerjaan.<br />
<br />
Sehingga aku biasa leluasa untuk pergi kemanapun saat jam tugas dengam alasan ada pekerjaan diluar kantor ,seperti yg saya lakukan sejak saya bertugas di kelurahan DURI KEPA dan KEDOYA SELATAN,orang taunya saya pergi ke kecamatan atau sudin padahal saya pergi ke hotel sama selingkuhan saya.<br /><br />Baca juga : <b><a href="http://ceritasexdewasa01.blogspot.com/2016/06/cerita-sex-ngesex-sama-cewek-cafe_21.html">Cerita Sex Ngesex Sama Cewek Cafe</a></b><br />
<br />
Hotel favorit saya adalah hotel xxx di sawangan dan hotel di gintung ,karena tempatnya cukup didalam dan tdk mencolok dari luar.sebut saja namanya Ratih (samaran )….dia cewk selingkuhanku yg waktu itu statusnya masih istri orang,awal ketemu karena dia juga bekerja sebagai karyawan honorer di kelurahan durikepa. inilah yg menjadi ‘pemeran utama’ dalam ceritaku ini.<br />
<br />
Kau sudah lama kerja di kelurahan duri kepa ,begitumasuk Ratih hatiku langsung pingin menggodanya.. Ratih berumur 28 tahun, dia sudah belum bersuami anaknya satu. Wajahnya tdk cantik, kulitnya putih. Tapi yg menarik dari Ratih ini adalah bodynya, sexy sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yg bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya putih mulus. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh Ratih ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yg sudah agak mekar.<br />
<br />
Hari itu,aku dating ke kantor lebih pagi,sampai dikantor masih sepi,hanya tukang sapu yg sedang membersihkan halaman kelurahan,aku langsung masuk ke ruanganku,aku lihat Ratih sudah ada di ruang perpustakaan….aku batalkan niatku masuk keruanganku ,langsung aku hampiri Ratih di perpustakaan.dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yg aduhai itu.<br />
<br />
“Ini Pak, pak mau baca buku apa sih ?”<br />
<br />
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.<br />
<br />
“Pak Agung ngeliatin apa sih” Tanya Ratih.<br />
<br />
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,<br />
<br />
“Ngeliatin pantat kamu Ratih. Kok bisa seksi begitu sih Ratih?”<br />
“Iiih Bapak, kan Ibu Dinda juga pantatnya gede”<br />
“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu Ratih”<br />
“Lain gimana sih Pak?” tanya Ratih, sambil matanya melirik kearahku.<br />
<br />
Aku yakin, saat itu memang Ratih sedang memancingku untuk kearah yg lebih hot lagi.<br />
<br />
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi,<br />
<br />
“Iya, kalo Bu Dinda kan cuma menang gede, tapi tepos”<br />
“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.<br />
<br />
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat k0ntolku berdiri.<br />
<br />
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Ratih yg masih sibuk sambil membereskan buku di rak.<br />
<br />
“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.<br />
“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Ratih, tapi tdk menolak saat tanganku meraba pinggulnya.<br />
<br />
Mendengar itu, akupun yakin bahwa Ratih memang minta aku ‘apa-apain’.<br />
<br />
Akupun maju sehingga k0ntolku yg sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Ratih memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yg terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali k0ntolku yg keras itu menempel di belahan pantat Ratih yg, seperti kuduga, memang padat dan kencang.<br />
<br />
“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Ratih genit.<br />
“Ini namanya sonny Ratih, sodokan nikmat” sahutku.<br />
<br />
Saat itu, rupanya buku-buku sudah rapi disusun, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan k0ntolku. Aku tdk tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yg kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.<br />
<br />
Saat kuremas, Ratih sedikit menggelinjang dan mendesah,<br />
<br />
“Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali.<br />
<br />
Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya , dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. K0ntolku yg tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Ratih).<br />
<br />
Sekitar 5 menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yg ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.<br />
<br />
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan,<br />
<br />
“Ssshh, aahh, Pak Agung, paak.. jangan di diperpustakaan dong Pak” dan akupun mengajak Ratih ke hotel transit di deketkantor saya sampai di kamar, Ratih langsung memelukku dengan penuh nafsu,<br />
“Pak, Ratih sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”<br />
“Kok nggak bilang dari dulu Ratih?” tanyaku sambil membuka baju dan roknya.<br />
<br />
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh Ratih ini.<br />
<br />
Kulitnya memang tdk putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Ratih tdk mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.<br />
<br />
Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yg lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Ratih meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yg semakin menambah gairahku,<br />
<br />
“Aahh, Bapak”.<br />
<br />
Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yg indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Ratih yg berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yg langsung mengeras.<br />
<br />
Kurebahkan Ratih ditempat tidur, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Ratih yg dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tdk terlalu banyak, tersusun rapi dan yg paling mencolok adalah kemontokan memek Ratih. Kedua belah bibir memeknya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.<br />
<br />
“Pak, jangan diliatin aja dong, Ratih kan malu” Kata kata.<br />
<br />
Aku sudah tdk mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh memek Enny yg walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir memeknya itu. Ratih menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat memek yg sangat indah ini.<br />
<br />
“Ratih, memek kamu indah sekali, sayang”<br />
“Pak Agung suka sama memek Ratih? tanya Ratih.<br />
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari memek Ratih.<br />
“Mulai sekarang, memek Ratih cuma untuk Pak Agung” Kata Ratih.<br />
“Pak Wiji mau kan?”<br />
“Siapa sih yg nggak mau memek kayak gini Ratih?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke memeknya kembali.<br />
<br />
Ratih terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.<br />
<br />
“OooHHHh, sshsHHHhh, aahh.. Pak Agung, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Agung sayang”<br />
<br />
10 menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke memeknya, sehingga aku sulit bernafas<br />
<br />
”Pak Agung.. aahh, Ratih nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Ratih menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan memek Ratih menjadi semakin basah. Ratih sudah mencapai orgasme yg pertama. Ratih masih menghentak-hentakkan memeknya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari memeknya.<br />
<br />
Kuhirup cairan kenikmatan Ratih sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.<br />
<br />
Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yg masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Ratih sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yg sangat dahsyat saat lidahnya itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Ratih terus mengulum kemaluanku, yg semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tdk tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yg menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.<br />
<br />
“Pak Agung, Ratih masukin sekarang ya Pak?” pinta Ratih.<br />
<br />
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir memeknya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yg otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang memeknya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di memeknya. Ratih memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.<br />
<br />
Aku merasakan jepitan yg sangat erat dalam kemaluan Ratih. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban memek Ratih. Ketika kutekan agak keras, Ratih sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata,<br />
<br />
“Pelan dong Pak Agung, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoygkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan memeknya.<br />
<br />
Kami terdiam dulu, Ratih menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ memeknya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yg tdk terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Ratih menyedot kemaluanku!<br />
<br />
Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya memeknya, Ratihpun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Ratih. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam memeknya. Ratih merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya ygbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan memeknya semakin kuat, membuat aku hampir tdk bertahan.<br />
<br />
Aku tdk mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu memek Ratih yg ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Ratih ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.<br />
<br />
Lalu kusuruh Ratih tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke memeknya yg sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Ratih.<br />
<br />
Kumainkan pantatku turun naik, sehingga k0ntolku keluar masuk di lorong sempit Ratih yg sangat indah itu.<br />
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yg fantastis dari memek Ratih. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yg sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala k0ntolku.<br />
<br />
“Ratih, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Ratih.<br />
“Iya Pak, Ratih juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Wiji.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Ratih.<br />
<br />
Akupun mempercepat genjotanku pada lobang memek Ratih yg luar biasa itu, Ratih mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yg sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam memeknya. Akhirnya aku tdk dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.<br />
<br />
“Ratih, hh.. hh, aku keluar sayaang”<br />
<br />
Muncratlah air maniku ke dalam memeknya. Di saat bersamaan, Ratih pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.<br />
<br />
“Pak Agung, Ratih juga keluar paakk, sshh, aahh”.<br />
<br />
Aku terkulai di atas tubuh Ratih. Ratih masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yg tdk ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.<br />
<br />
“Ratih, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.<br />
“Pak Agung suka memek Ratih?”<br />
“Suka banget Ratih, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.<br />
<br />
Kembali kami berpagutan.<br />
<br />
“Dibandingin sama Bu Dinda, enakan mana Pak?” pancing Ratih.<br />
“Jauh lebih enak kamu sayang”<br />
<br />
Ratih tersenyum.<br />
<br />
“Jadi, Pak Agung mau lagi dong sama Ratih lain kali. Ratih sayang sama Pak Agung”<br />
<br />
Aku tdk menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Ratih. Sampai sekarang jadi Ratih masih menjadi kekasih gelapku.Untuk melancarkan hubungan ini,dan supaya tdkterlau mencolok ,maka saya minta pindah ke kelurahn kedoya selatan,dan Ratih saya bawa menjadi karyawan honorer di tempat saya.langsung saya belikan motor,rumah beserta isinya yg setiap saat saya bias nginep disana.<br />
<br />
Beberapa kali istri saya,dan temen temen kantor sempet curiga,tetapi karena kepandaian saya,sehingga semuanya bias teratasi sampai sekarang<br />
<br />
Tiap kali saya mau ngewe sama dia tinggal saya bilangada keperluan ke sudin,dan Ratih ijin pulang lebih awal.padahal Ratih sudah aku suruh tunggu di rumah temanya di kelapa dua.<br />
<br />
Sampai sekarang hubungn ini masih berlanjut,kurang lebih sudah 6 tahun lamanya bahkan Ratih rela menceraikan suaminya demi saya.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13763883495191072189noreply@blogger.com