Cerita Sex Junarti

Cerita Sex Junarti

Cerita Sex Junarti


Junarti begitu tak sampai hati melihat keadaan mamanya, nyonya Emma, di dalam keadaan usia tua masih terus bekerja membanting tulang semata – mata karena hanya untuk makan sehari – hari. Bagaimana nyonya Emma tdk harus demikian, karena sejak kematian tuan Rudolf suaminya tak ada lagi yg memberikan makan mereka selain dengan cara yg demikian itu.

Cerita Sex Terbaru | Sedangkan disisi lain nyonya Emma hanya hidup seorang diri di desa Briming yg lengang dan tdk banyak memberikan pola kerja selain daripada menjahit pakaian – pakaian orang – orang di sekitar kebun anggur itu. Ia untuk bekerja seperti mereka – mereka nyonya Emma betul – betul sudah tak kuat. Usianya yg memasuki empat puluh lima tahun itu sangat membuat ia semakin lemah, apalagi ia sudah mulai merasakan adanya sakit rematik, sehingga pekerjaan yg semestinya dikerjakan oleh kaum lelaki itu sungguh membuat ia tdk bisa sama sekali, selain hanya dengan cara menjahit pakaian – pakaian orang yg ada di sekitar kebun anggur itu.

Baca juga :
Cerita Sex Menembus Batas

Pekerjaan nyonya Emma memang tdk terlalu berat, tetapi justuru di mata Junarti merupakan suatu pukulan bathin karena tak sampai hati melihat mamanya yg sudah dimakan usia tua itu masih terus bekerja keras hanya dikarenakan semata – mata untuk makan sehari – hari.
Cerita Dewasa | Di kala tegang – tegangnya pikiran Junarti memikirkan orang tuanya, tiba – tiba tuan Michael Dorby si pemilik kebun anggur itu datang ke rumahnya dan sekaligus meminta kepada orang tuanya agar Junarti dapat diajak ke Switzerland untuk dijadikannya sebagai tenaga penyalur di negara kincir angin itu.

Mengetahui maksud baik Michael Dorby sudah barang tentu diterima nyonya Emma. Untuk itu ia langsung menyerahkan puterinya itu untuk dibawa Michael Dorby ke Switzerland.
“Saya memang sudah semestinya beristirahat dan di samping itu sudah waktunya buat Junarti mencari kehidupan sendiri. Bawalah dia, tapi tolong jaga anak saya itu baik – baik, tuan….” kata nyonya Emma menjawab permintaan juragan kebun anggur itu.

“Ow, masalah keselamatan diri puteri nyonya, saya yg bertanggung jawab…” kata tuan Michael Dorby memberikan keyakinan kepada orang tua itu.
“Lalu rencana tuan, Junarti hendak tuan jadikan apa di kota besar itu ?” seketika nyonya Emma mendesak bertanya. Tuan Michael Dorby tersenyum kecil dan menghela napas panjang.

“Penyalur. Setelah anggur kami ini diproduksi menjadi minuman. Jadi di Switzerland Junarti kami tempatkan di sebuah toko besar dan di situlah dia akan kami berikan kepercayaan untuk menangani permasalahan jual beli. Selain untuk mengajarkan dia supaya menjadi orang cerdik, dia juga memiliki wajah menarik yg semata – mata dapat mengundang rasa senang kaum pembeli, nyonya….” sahut lelaki yg bertubuh gemuk serta pendek dan berkepala botak itu kepada nyonya Emma sambil tersenyum.

Pembicaraan yg agak panjang dan mendetail itu akhirnya semakin membuat mengerti nyonya Emma. Maka setelah itu sepetang – petang harinya juga lelaki bandar anggur itu mengajak Junarti berangkat menuju Switzerland dengan mengendarai kereta api. Bukan main senangnya perasaan Junarti di kala lelaki setengah baya itu mengajaknya pergi ke kota besar. Selain dia memang sudah merasa jemu dengan keadaan desa Breming yg sepi itu, ia juga merasa mempunyai kewajiban untuk menjadi seorang yg mandiri dan sekaligus dapat meringankan beban mamanya yg sudah lama menjanda itu.

Tiba di Switzerland dengan mengendarai sebuah taksi dodge kuno, gadis yg masih di bawah umur itu dibawa Dorby ke sebuah kios besar yg berisikan berbagai bentuk dan model jenis minuman keras. Ketika melihat keadaan toko yg besar dan luas itu semula Junarti agak bingung dengan ketdkmengertiannya. Tetapi setelah dua hari berselang dan telah diajar dengan baik cara – cara menghadapi kaum pembeli akhirnya Junarti menguasai pekerjaannya itu.

Pada suatu malam, di kala waktu sudah menunjukan pukul sembilan lewat di kala toko sudah tutup, Junarti berlalu ke dalam kamar mandi yg letaknya di bagian dalam toko itu. Dia tampak sudah begitu lelah dan tubuhnya yg sejak tadi berkeringat melayani pembeli yg membludak sudah membuahkan aroma bau yg kurang sedap. Gadis yg baru menginjak dewasa dan bertubuh padat sekali serta montok itu bermaksud hendak mandi.

Tetapi alangkah terkejutnya ketika tiba di muka pintu kamar mandi itu. Seperti orang terkesima, ia melihat Dorby dalam keadaan telanjang bulat tengah menunduk membelakangi pintu kamar mandi asyik sekali mengocok – ngocok kemaluannya yg diborehkannya sabun miyana.
Gila…..? sentak Junarti di dalam hati terpaku melihat tubuh gemuk pendek bagai babi itu dalam keadaan telanjang bulat dan seolah – olah tdk memperdulikan apapun yg terjadi ketika itu. Kocokan – kocokan telapak tangan pada batang pelernya itu membuat bunyi yg berdecak – decak di antara busa sabun mandi.

“Akkkkh,” desah gadis itu lagi mulai merasakan adanya kelainan di dalam dirinya sewaktu melihat adegan tersebut.
Jantungnya mendadak bergetar keras dan tubuhnya menjadi gemetaran. Sedangkan kelentitnya terasa berdenyut – denyut seketika, dan akibat menahan nafsu itu tiba – tiba terasa cairan agak kental dan licin mengalir keluar dari pelupuk liang memeknya.

Dorby tampak megap – megap menyeringai dengan kepala tertatap menghadap keatas langit – langit kamar mandi itu. Sedangkan pinggulnya yg padat dan berlipat – lipat karena lemak itu tampak bergoyang – goyang ke muka belakang mengikuti gerakan telapak tangan yg mengkocok kocok kemaluannya. Dan selang beberapa saat tiba – tiba lelaki itu terdengar mengerang dengan suara serak – serak parau yg kemudian dilanjutkan dengan meluncurnya denyut – denyut cairan yg memancar keluar dari lubang kemaluannya. Cairan yg tampaknya kental berwarna putih itu, mendenyut – denyut terlempar jauh sampai membentur dinding tembok kamar mandi.

“Gila…?” kata hati Junarti yg masih tegak terpaku menyaksikan ulah sang majikan yg sinting sendirian itu. Ia betul – betul menjadi terangsang hebat, dan sekaligus membuatnya menjadi resah tak menentu. Namun sedemikian tegangnya keadaan yg dialami Junarti ketika itu, sedikitpun ia tdk bergerak dengan wajah tertatap lurus mengarah ke arah Dorby yg tampak mulai mencuci kemaluannya dengan air.
Setelah selesai membasuh kemaluannya lelaki itu bermaksud hendak keluar dari kamar mandi tersebut, tetapi alangkah terkejutnya ia di kala membalikkan tubuh tiba tiba menjumpai Junarti yg berdiri tegak di muka pintu dengan sikap penuh keterpanaan.

“Haiii….kau……kau………….” sentak Dorby dan berusaha menutupi kemaluannya dengan kedua belah telapak tangannya. Wajahnya merah padam seperti menahan malu.
“Sedang apa kau disitu?” sambungnya berusaha menggapai handuk yg tergantung di sebelah kiri dan sekaligus menutupi pinggangnya dengan handuk itu.
“Sa…..saya ingin mandi tuan………” sahut Junarti dengan wajah agak pucat dan gugup.
Betapa dia tdk harus menjadi demikian? Di kala lelaki setengah baya itu membalikkan tubuh, dengan jelas mata Junarti melihat sesuatu yg menggantung masih sedikit tegang itu sungguh panjang dan besar. Dan bulu jembut di bagian pangkal peler. Hal yg demikian itu sungguh membuat Junarti menjadi tak kuasa menghadapi keadaan.

“Sa…….saya lelah, tubuh saya sudah bau oleh keringat. Sedang apa tuan tadi di sini sendirian?” sambung Junarti lagi.
Melihat sikap Junarti yg bertanya itu, sedangkan perasaan gelisah mulai pudar dirasakannya lalu dengan senyuman yg dipaksa – paksakan lelaki itu menjawab.
“Saya sedang membersihkan kemaluan saya yg amat kotor oleh kotoran. Kalau kau mau mandi, mandilah dulu…….” ujar lelaki itu dan kemudian langsung berusaha keluar dari kamar mandi itu.

Di kala lelaki itu berlalu lewat ruangan di muka pintu, Junarti berusaha melangkahkan kakinya maju sekalipun dirasakannya ketika itu dadanya berguncang hebat. Dan di kala ia telah masuk ke dalam kamar mandi itu dan tak memperdulikan lelaki yg sudah berlalu meninggalkan kamar mandi, dengan di sertai tubuh yg gemetaran ia mengunci pintu dari dalam kamar mandi.

“Aaaaah…….” desah perempuan itu di kala ia meraba bagian kemaluannya yg sudah telanjang bulat.
Telapak tangan kanannya yg berusaha meraba kemaluannya itu merasakan adanya cairan – cairan kental dan licin sudah memenuhi rongga yg ada di liang memeknya. “Aku rupanya sudah mengeluarkan air nafsu, ooooohhhhh…………..” sambungnya lagi di dalam hati dan kemudian meredupkan kedua matanya di antara yg sedikit terangkat.

Kobaran rangsangan mendadak datang menggangu jiwa perempuan itu. Darahnya terasa mendesir kuat dan kemudian membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat. Sedangkan jantungnya terasa kian berdegup keras dan membuat dadanya tergetar – getar. Tubuhnya gemetaran menahan rangsangan yg sudah tdk terkendalikan itu. Dan di seluruh bagian dalam kemaluannya semakin banjir oleh derai derai air maninya sendiri.
“Oouuuuuuukh……..eeeeeessssstttttttt………” rintih perempuan itu berusaha menggosok – gosok bagian permukaan kemaluannya dengan telapak tangan.

Dan kemudian khayalannya melayg tinggi teringat kepada masa masa lalunya yg pernah dialaminya bersama Jhose, bekas rekannya satu sekolah di sebuah yayasan orang – orang tdk mampu.
Jhose betul – betul membuat sekujur tubuhnya menjadi hangat dan nyaman. Kemaluannya yg besar dan panjang itu sungguh membuat ia mendelik – delik menahan nikmat yg tiada tara. Tetapi sayangnya kenikmatan yg sangat itu tdk bisa diulanginya lagi. Setelah Jhose selesai menamatkan sekolahnya, lalu pemuda itu pergi ke George dan kemudian bekerja di sebuah pabrik perkayuan. Sejak itu Junarti sudah tak pernah berjumpa lagi dengan pemuda yg pernah memikat hatinya itu.

Sambil terus menerus mengusap – usap permukaan lubang memek yg di tutupi rapat oleh bebuluan jembut. Khayalan terus menggelinyg membayangkan kejadian – kejadian yg pernah dirasakannya bersama Jhose.
“Uuuukkh, sayang kau tak ada disini Jhose, kalau seandainya saja kau ada disini alangkah nyamannya tubuhku ini. Tentunya kita berdua akan mendesah – desah merasakan nikmatnya sentuhan antara kelamin kita. Ooooh, Jhoss….” kata perempuan itu terpejam – pejam dan terus menggosok – gosok permukaan memek, yg semakin lama semakin banjir oleh denyut – denyut air mani karena menahan nafsu yg berkobar itu.

Namun di kala asyik – asyiknya perempuan itu menghayal dan merasakan nikmatnya sentuhan telapak tangan yg mengusap – usap permukaan liang memek, tiba – tiba pintu yg tertutup terkunci itu terdengar diketuk orang dari luar. Khayalan Junarti sudah melayg tinggi itu mendadak sayup dan kecut karena keterkejutan.

“Siapa di luar?” sentaknya seraya bergegas menutup bagian tubuhnya dengan handuk. Dan kemudian dari luar kamar mandi terdengar suara menyahut.
“Aku Jun, buka pintu. Ada sesuatu yg ketinggalan di dalam kamar mandi….” suara dari luar menyahut yg lain tdk adalah Dorby. Ded! Jantung Junarti agak berdetak kaget. Sedangkan keningnya mengernyit berpikir – pikir.

“Mau apa boss? Akh biarlah aku buka pintu ini, kalau dia mau biarlah akan aku penuhi seleranya daripada mengonani seperti tadi…..?” bisiknya di dalam hati dan kemudian tangannya mulai memutar anak kunci.

“Celanaku tertinggal, aku tdk bisa mengambil pakaian kalau dengan hanya mengenakan handuk seperti ini….” kata Dorby yg tampak tegak di muka pintu dengan tubuh yg hanya ditutupi selembar handuk.
Namun mata pria itu tampak berbinar tajam memperhatikan tubuh Junarti yg hanya ditutupi selembar handuk juga. Namun di bagian atas dia melihat sepasang buah dada yg bulat besar dan montok sama sekali tak tertutup oleh handuk.

Dan seketika itu pula tubuhnya tiba tiba menjadi bergetar menahan nafsu ingin rasanya ia menjilat dan melumat puting susu yg tampak mencuat ke muka itu. Namun untuk itu ia masih belum berani melakukannya. Ia mempunyai pikiran, apa pendapat nyonya Emma kalau dia sampai melakukan ke kurang ajaran terhadap putrinya itu. Alangkah malunya ia seorang juragan anggur telah melakukan hal kriminil yg semata – mata membuat nama baiknya menjadi tercemar.

Maka seketika di kala itu ia berpura – pura melangkah masuk dengan tujuan ingin mengambil pakaiannya yg tergantung di dinding sebelah kiri kamar mandi itu. Tetapi tak ubahnya pepatah mengatakan pucuk dicinta ulampun tiba, mendadak setelah ia berada di dalam kamar mandi itu, dan di kala baru saja ia hendak menggapai pakaiannya yg tergantung tiba – tiba Junarti mendekati dan kemudian handuk yg melingkar di pinggangnya di tarik lalu Junarti pun berusaha melepaskan handuknya pula. Sehingga kedua tubuh yg ada di dalam kamar mandi itu sudah dalam keadaan terlanjang bulat.

“Gila….? kau mau apa…?” cetus juragan anggur itu dengan kepura – puraan dan dengan kedua mat membelalak.
“Tuan tdk perlu khawatir, saya mengerti semenjak nyonya Melinda meniggal dunia setahun yg lalu, tuan sudah kehausan. kita tdk berbeda tuan…. saya pun haus tuan….” seloroh Junarti bagai tak sadarkan diri membuka ucapan demikian.

“Haaaa?” sentak lelaki itu dengan mata agak membelalak karena penuh keterkejutan.
Namun di kala perempuan itu selesai menghabiskan kalimat ucapannya, tiba – tiba ia merasakan denyut – denyut kemaluannya yg lama kelamaan bangkit tegak berdiri. Dan di kala milik lelaki itu bangkit menegang, darah di sekujur tubuh Junarti terasa menyirap kuat dan sekaligus membuat tubuhnya menjadi hangat karena menahan rangsangan. Ia betul – betul merasa gemas melihat sesuatu yg semula bergelayut itu tiba – tiba berdenyut – denyut dan kemudian tegang dengan kerasnya. Dadanya seketika berdegup keras, tulang – tulang di seluruh tubuh terasa tergetar dan seketika saja ia melangkah mendekati lelaki itu.

“Biarlah di kamar mandi ini kita lakukan tuan….” ujar Junarti lagi dengan disertai tatapan mata sayu, dan kemudian melangkah mendekati.
“Rasanya tak ada halangan sekalipun kita lakukan di tempat kosong seperti ini….”
Dorby tercengang diam. Namun di hatinya ketika itu, dia memang betul – betul mengharapkan itu bisa terjadi.

Sementara Dorby terdiam bengong sambil menghela napas panjang, ketika itu Junarti memperlihatkan tubuhnya yg kuning langsat itu. Dorby mulai menggeraygi paha Junarti lalu ke atas dan sampailah ke puncak yg ditujunya.

“Oh….akh Dorby jangan ditusuk pakai jari aaakhhhh…..” kata Junarti sambil menggelinjang.
Sejak kematian istrinya nyonya Melinda, ia memang betul haus akan persetubuhan dan rindu sekali menikimati sentuhan lembut dari seorang wanita. Tetapi memang keadaan dirinya yg kurang menarik, wanita-wanita tdk begitu bernafsu untuk melayaninya. Muka buruk, hidungnya pesek, kulitnya hitam dan bentuk postur tubuhnya gemuk pendek serta kepala pun botak itulah penyebab wanita-wanita kurang menyenanginya.

Namun kali ini seperti katak merindukan hujan, tiba-tiba hujan itu turun dengan derasnya. Begitulah yg ada di dalam hati lelaki itu. Maka seketika ia memandang bagian selangkangan paha Junarti yg tampak rimbun oleh bebuluan yg keriting dan panjang sampai menepis ke bagian bawah pusarnya. Dan ketika tatapan itu terjadi tubuhnya mendadak menjadi gemetaran karena menahan nafsu.

Di bawah pinggang yg ramping dan berkulit putih itu ia melihat pinggul Junarti padat, sekal dan berlipat-lipat. Di bagian atas pinggang perempuan itu ia melihat sepasang buah dada yg bulat, padat dan dihiasi puting susu yg tampak sudah mencuat tegak berdiri. Seketika lelaki itu menelan air ludah akibat menahan nafsu, dan dibiarkannya perempuan itu mulai merendahkan tubuhnya, duduk berjongkok sambil menggenggam batang peler.

“Juuuuuhhh…” erang suara Dorby menyeringai di kala telapak tangan pegawainya itu mulai menyentuh batang kemaluannya.
Jantung yg sudah terasa berdegub menggetarkan dada terasa semakin menjadi-jadi. Apalagi setelah itu Junarti tampak mulai mendekatkan bibirnya kearah bagian kepala zakar. Dan dia mengerti kalau perempuan itu ingin melakukan sesuatu, maka seketika itu ia perlahan-lahan mengangkat mukanya memandang keatas langit-langit kamar mandi itu, berusaha menikmati apa yg dilakukan Junarti saat itu.

“Aaaaaakkkhh…” erang lelaki itu lagi dengan wajah tegang merah padam. Seketika sentuhan ujung lidah yg lembut menggelenyar itu menepis di bagian lubang kemaluannya. Sungguh tak terbayangkan betapa indah keadaan yg ada, sekalipun hanya terjadi di dalam kamar mandi.

Junarti tdk menghiraukan kegelisahan lelaki itu. Tdk diperdulikannya Dorby yg tampak sudah menggeliat-geliat menahan nikmat dan diantar tubuh yg gemetaran. Setelah selesai ia menjilat-jilat bagian lubang perkencingan lelaki itu, lalu seluruh bagian kapala zakar itu diulasnya dengan penuh mesra dan perasaan dengan permukaan lidahnya secara menyeluruh.

Dorby tampak semakin resah gelisah tak menentu. Diantar desah-desah mulut yg menahan rangsangan itu, ia tampak menggeliat tak karuan. Dan kemudian saking tak sadarnya kedua telapak tangannya bergerak yg kemudian meremas-remas rambut Junarti, sehingga rambut menjadi acak-acakan tak menentu.

Tetapi hal itu tak menjadi problem bagi Junarti. Bahkan dengan sikap histeris yg dilakukan lelaki yg sudah tdk sadarkan diri itu, ia semakin menjadi senang, gemas seperti ada suatu kelebihan yg membuat ia menjadi serius untuk menjilat-jilat kapala zakar itu.

Lama perempuan itu mengulas-ulaskan lidah yg semakin lama keadaan kapala zakar itu semakin bersih berkilat dan basah kuyup oleh cairan air ludah. Namun hal yg demikian itu bukanlah sesuatu yg mengurangi semangat Junarti untuk menjilat-jilat itu, bahkan sebaliknya dengan keadaan yg ada itu merupakan salah satu spirit yg memberikan semangat untuk mengadakan aksi itu.

Sesaat keadaan kepala peler kian basah kuyup oleh deraan air ludah. Dan kemudian jilatan itu mulai turun ke bagian batang peler, sehingga keadaan kemaluan lelaki duda itu kian menegang keras dan penuh dilingkari oleh urat-urat yg besar melingkari seluruh bagian batang zakar. Di kala seluruh batang zakar itu telah tersapu seluruhnya oleh ujung lidah perempuan itu, dan keadaan k0ntol kian basah kuyup barulah perempuan itu bangkit dari jongkoknya.

“Uuuuffhh..” desahnya dengan suara terdengar serak parau.
Sesaat di kala posisi Junarti sudah tegak berhadap-hadapan dengannya, lalu dengan secara otomatis seperti yg pernah dilakukannya dengan istrinya dahulu, lelaki bertubuh gemuk pendek itu menggantikan posisi Junarti.

Perlahan-lahan ia merendahkan tubuhnya duduk berjongkok dan menghadapi bagian selangkangan Junarti. Di kala melihat bebuluan yg keriting panjang dan berwarna pirang itu, guncangan dadanya semakin terasa. Sedangkan kedua kaki yg tertekuk duduk berjongkok itu terasa bergetar karena menahan nafsu yg sangat meluap-luap.
“Eeeeekkhh…” erang suaranya dengan serak, sedangkan kedua belah tangannya bergerak mulai menyentuh bagian bibir memek perempuan itu.

Pada saat jemari kedua belah telapak tangan lelaki itu mulai menyentuh bagian pentingnya, tak ayal Junarti langsung mengerang lagi.
“Ooooww…aaakkkhhh”.
Tetapi suara itu sudah tak terpedulikan lagi oleh Dorby. Di kala jari-jarinya mulai menyibak bulu dan kemudian membengkek bibir memek itu, ia melihat dengan jelas isi memek yg sudah tampak basah kuyup oleh air mani yg sekaligus membuat keadaan yg ada didalamnya tampak berkilat seperti terkena pernis. Benda yg bergerindil berwarna kemerah-merahan dan berkilat seperti terkena pernis itu sungguh membuat kobaran rangsangan yg ada di dada lelaki itu kian meluap. Maka tak banyak pikir lagi lelaki itu langsung mengeluarkan ujung lidahnya dan kemudian bibir memek yg menguak lebar itu dijilat dngan penuh perasaan.

“Aaaaauuuuww…” pekik Junarti menahan nikmat.
Mata perempuan itu terpejam-pejam dan nafasnya seketika menjadi menyengal-nyengal. Sentuhan lidah yg lembut dan basah itu sungguh memberikan kenikmatan yg tiada tara. Dan semakin perempuan itu resah blingsatan tak karuan, semakin pula semangat Dorby untuk melahap-lahap bibir memek itu dengan lidahnya. Seru, mesra dan senang sekali tampaknya Dorby mengadakan aksi yg demikian itu.
Setiap sentuhan yg agak menekan di permukaan bibir memek yg tipis dan peka itu, semakin pula perempuan itu mendesah dan sedangkan dari pelupuk memeknya mendenyutkan cairan kental dan semata-mata membuat keadaan di liang memek itu basah dan berkilat bentuknya.

Bibir memek yg terjegal oleh jemari lelaki itu semakin lama semakin melebar di kala kedua jari-jari itu kian menekan ke arah luar. Dan semakin bibir memek itu terkuak lebar, semakin pula mata Dorby melihat isi bagian bagian dalam yg bergerunjul lembut dan basah, kemudian dengan penglihatannya itu semakin pula ia merasakan kobaran nafsu di dadanya.

Sehingga bagai seekor hewan jantan yg buas tengah menjilat-jilat daerah mangsa, sedemikian pula sikap dan aksi yg dilakukan lelaki itu. Penuh nafsu, penuh gairah, penuh semangat di balik rangsangannya yg bergelora.
Bibir memek yg terjilat-jilat itu, semakin lama semakin banjir oleh denyut-denyut air mani yg keluar dari pelupuk memek. Dan cairan yg membanjir itu akhirnya menepis keluar sampai tersentuh oleh ujung lidah lelaki itu.

Tetapi dengan tersentuhnya cairan lengket dan licin itu di lidah Dorby, ia tampak semakin blingsatan. Semakin bernafsu dan cairan itu kemudian ditelannya. Cairan yg ditelannya itu tak ubahnya bagai susu kental yg penuh dengan kenyamanan.

Lama Dorby menjilat-jilat bagian bibir memek dan tak ayal tepian bibir memek sampai ke bagian permukaan bebuluan yg menutupi permukaan lubang kemaluan itu pun tak luput menjadi basah kuyup oleh karena terjilat-jilat. Keadaannya pun tampak bersih agak kemerah-merahan dan sudah basah kuyup oleh air serta berkilat tampaknya.

Setelah sekian lamanya lelaki itu menjilat-jilat bibir memek, lalu ia pun berusaha menghela nafas panjang dan kemudian bangkit dari duduk berjongkoknya. Kemudian lengan kirinya langsung dilingkarkannya ke bagian pinggang perempuan itu dan kemudian sambil merengkuh, bibir Junarti dikecupnya kuat-kuat dan sedangkan telapak tangan kanannya bergerak meremas-remas payudara yg sudah menyekal keras itu.

“Uuuufffhh….” Suara Junarti mendesah dan karena mulutnya terhisap kuat oleh mulut lelaki itu.
Tetapi menikmati rengkuhan kuat dari lelaki itu, Junarti menggeliat-geliat. Di antara mulutnya yg tersedot itu, ia merasakan sentuhan nyaman pada bagian payudaranya yg teremas-remas itu. Tetapi Dorby tdk memperdulikan sikap perempuan yg tampak sudah blingsatan itu, semakin ia merasakan perempuan itu menyengal-nyengal merasa nikmat, ia semakin menekuk pinggang perempuan itu seraya terus menerus meremas-remas payudara perempuan itu. Bukan main nyaman keadaan yg diterima Junarti ketika itu. Seakan-akan dendam yg selama ini terlupakan tunai sudah diterimanya.

Serangan Dorby yg demikian cukup berlangsung lama. Dada keduanya semakin terasa terguncang kuat oleh degup-degup jantung yg seakan-akan tak pernah mau berhenti. Tubuh semakin terasa bergetar-getar. Nafas terdengar memburu deras dan air keringat dingin pun mulai terasa menepis di seluruh tubuh keduanya.

“Uuuuukkhh….tuuuaan…enak….” desis mulut Junarti dengan kedua mata terpejam-pejam. Nafas tersengal-sengal, sedangkan tubuhnya yg masih terengkuh kuat itu menggeliat-geliat bagai seorang penari striptase.

Tetapi sikap perempuan itu tdk diperdulikan Dorby. Di antara tubuh yg terasa semakin tergetar-getar, ia kemudian melepaskan kecupan itu dan kemudian sambil kian menekuk pinggang perempuan itu, bibirnya didekatkannya ke bagian puting susu yg berada di sebelah kiri dada perempuan itu. Puting susu yg berwarna agak kecoklat-coklatan dan telah mencuat tegak berdiri itu lalu dijilatinya beberapa saat. Junarti kembali tampak semakin menggeliat-geliat. Sentuhan ujung lidah yg lembut dan tiba di puting susu kirinya, ia merasakan titian nafsu kian meningkat. Merasakan sekujur tubuhnya kian nyaman dan segar, sehingga akibat menahan rangsangan yg kian bergelora itu akhirnya denyut-denyut air mani di liang memeknya kian membanjir dan membecek.

Setelah selesai menjilat-jilat beberapa saat lamanya, lalu lelaki itu mulai menghisap pelan-pelan puting susu itu. Junarti kian resah salah tingkah menghadapi itu. Blingsatan! Sedangkan nafasnya terde ngar mendesah seperti sulit untuk dinafaskannya. Dan dikala ia telah selesai menjilat-jilat dan melumat puting susu sebelah kiri kemudian lelaki itu melanjutkannya lagi ke bagian puting susu sebelah kanan, sehingga lama kelamaan kedua puting susu itu tampak semakin mencuat tegak berdiri dan keadaannya pun sudah tampak basah kuyup oleh air ludah Dorby.

Selang beberapa saat setelah selesai menjilat dan melumat kedua puting susu itu, sampai keadaan payudara Junarti semakin menyembul mengeras karena terangsang hebat lalu lelaki itu mulai bergerak merubah pola permainannya lagi.

Perempuan itu dihelanya sampai ke tepian bak mandi yg terbuat dari porselin. Kemudian kedua tangan Junarti disuruhnya memegang tepian tembok porselin itu. Di kala perempuan itu mengikuti perintahnya, kemudian lelaki itu langsung mengangkat kaki sebelah kiri Junarti yg kemudian diletakkannya di bahu kirinya. Dan kemudian setelah posisi Junarti setengah menungging dengan kedua telapak tangan memegang tepian tembok bak, telapak tangan kiri Dorby langsung menahan kaki Junarti yg ada di pundaknya, sedangkan telapak tangan kanannya bergerak menggenggam batang zakarnya yg sudah menegang keras ke muka itu.

Lalu kepala zakar yg sudah tergenggam itu diarahkannya ke permukaan lubang memek. Di kala kepala kemaluannya tepat berada di permukaan lubang kemaluan perempuan itu, perlahan-lahan lelaki itu menekan pantatnya ke muka dan…..
“Blluuuuuueeeess…….”.

Zakar itu turut maju ke muka di kala pantat Dorby bergerak maju, dan kemudian langsung menyeruak masuk membelah bibir memek yg keadaannya sudah basah kuyup oleh cairan-cairan kental dan licin.
Sesaat k0ntol yg telah menyrobot masuk itu perlahan-lahan terus menggesek bergerak sampai amblas seluruhnya membenam di lubang memek. Di kala pergesekan itu terjadi dengan cara perlahan-lahan, keduanya merasakan sentuhan lembut, licin yg sangat memberikan kenikmatan. Tak ayal kedua mata insan yg sudah dalam keadaan telanjang bulat itu langsung memejamkan matanya.

“Aaaaakkkhhh….uuufff….” rintih Junarti merasakan sekujur tubuhnya basah kuyup oleh curahan manisnya air madu dalam khayalan. Darahnya menyirap kuat menggelusur dan kemudian membuat hangat.
“Uuuuhhh….” erang Dorby dengan suara terdengar serak-serak parau seperti terdesak oleh tingginya tensi rangsangan. Kepalanya seketika menghadap ke atas langit-langit kamar mandi tiu, sedangkan kedua belah matanya tampak terpejam-pejan menikmati nyamannya perasaan di kala itu.

Tangan kiri yg menahan kaki kiri Junarti yg berada di atas pundaknya semakin erat. Sedangkan telapak tangan kanan yg semula menggenggam batang k0ntol kemudian bergerak berusaha meremas-remas payudara kanan Junarti. Dan ketika peler itu sudah amblas masuk seluruhnya di liang memek, lalu perlahan-lahan lelaki bertubuh gemuk pendek itu menghela pantatnya ke belakang, dan kemaluannya yg sudah amblas di liang memek perlahan-lahan bergerak keluar.

Dan di kala peler itu beringsut sampai sebatas kepala zakar yg masih terjepit di belahan bibir memek, lalu Dorby menekan pantatnya lagi ke muka, peler itu pun begerak maju perlahan-lahan ke muka. Dan di kala kepala zakar itu telah membentur pelupuk kemaluan Junarti yg lembut dan licin, perlahan-lahan menghela pantatnya ke belakang, perlahan-lahan k0ntol yg keras tegang itu beringsut mundur sampai sebatas kepala kemaluannya saja yg masih terjepit di belahan memek.

Dan kemudian sambil mendesah-desah lelaki itu kembali menekan pantatnya ke muka, sedangkan peler pun bergerak perlahan-lahan lagi ke muka. Dan di kala peler itu sudah membenam amblas masuk di lubang memek, lalu perlahan-lahan Dorby menghela pantatnya kembali ke belakang kembali. Hal yg semacam itu dilakukan Dorby berulang-ulang dengan cara estafet, dan disertai gerakan yg tampak erotis sekali.

Gerakan yg penuh dengan perasaan itu, berlalu dengan penuh penghayatan. Dan hasil dari aksi yg demikian sungguh membuat keadaan keduanya seakan-akan tengah berada di alam surga yg penuh dengan keindahan serta kenyamanan. Seolah-olah tdk ada lagi yg lebih menyenangkan, lebih memberikan kenikmatan dan kenyamanan selain dengan cara itu.

Gerakan pinggul Dorby yg bergerak maju mundur, lama kelamaan semakin lancar karena denyut-denyut air mani yg terus menerus mengalir dari pelupuk liang memek. Air mani yg agak kental dan licin membuat renyahnya sentuhan serta mudahnya gerakan k0ntol yg keluar masuk itu. Air itu adalah kodrat yg merupakan bahan pelumas memperlancar persetubuhan. Dan akibat gerakan yg berlangsung tak henti-henti itu akhirnya membuat air mani semakin mengalir keluar dan membanjir sehingga tak ayal membuahkan suara-suara mendecak membecek.

” Crep…crep…crep…jrot…jret….” decak-decak becek yg tak ubahnya bagai lumpur yg terpijak-pijak kaki bajak di tengah sawah.
Suara-suara itu pun sesungguhnya merupakan bahan spirit yg membuat keduanya semakin mengkhayal jauh tinggi menepis keatas awan. Semakin lupa dengan keadaan diri dan tengah apa ketika itu mereka. Yg ada di dalam pikiran keduanya hanyalah menikmati sentuhan-sentuhan lembut menggelenyar dan membuat sekujur tubuh terasa nyaman.

Lama Dorby terus menggoyah-goyahkan pantatnya maju mundur, dan dengan keadaan setengah menungging dengan kaki kiri tergantung di bahu lelaki itu, Junarti mengimbanginya dengan cara mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Sehingga bibir memek tampak mengempot kedalam ketika peler bergerak masuk ke liang memek dan merekah keluar ketika peler itu bergerak keluar. Keadaan bibir memek itu tak ubahnya bagai klep yg mengulas-ulas dinding-dinding batang k0ntol dengan cara lembut dan di antara sentuhan-sentuhan kelentit. Gerakan yg tak henti-henti itu pun semakin membuat keadaan batang zakar basah kuyup oleh deraian air mani perempuan itu hingga keadaannya tampak berkilat seperti polesan pernis.

Desah-desah nafas keduanya terdengar menyengal-nyengal seperti orang terserang penyakit sesak nafas. Dan karena agak lamanya gerakan yg tak henti-henti itu akhirnya membuat tubuh mereka basah kuyup oleh air keringat yg mengucur deras. Sedangkan kepala yg menghadap ke atas langit-langit kamar mandi itu bergoyah ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan pantat yg mereka lakukan serta tak ayal membuat rambut mereka menjadi acak-acakan. Dada mereka terguncang keras karena degup-degup jantung dan seluruh tulang-tulang yg ada di tubuhnya terasa bergetar.

Namun semua yg ada itu bukanlah merupakan suatu penghalang atau kendala bagi keduanya untuk meniti naik ke puncak orgasme. Bahkan sebaliknya semua yg terasa mengganggu konsentrasi persetubuhan itu, adalah merupakan spirit yg memberikan rangsangan untuk berlalu terus meraih puncak klimaks.

“Eest…uuuwww..aakkhh…eesstt…” desis-desis mulut Junarti tak henti-henti dengan kedua belah mata mendelik-delik menahan nikmat yg teramat dalam.
“Uuuukkhh….eekkh…akhh…uuff…” erang suara Dorby tak henti-henti dan terdengar serak-serak parau.
Gerakan pantat keduanya terus berlangsung dengan serasi, erotis dan bergerak dengan cara erotis. Sedangkan sekujur tubuh semakin lama semakin terasa bergetar karena begitu kuatnya sentuhan nikmat yg mereka terima.

Hampir 2 jam mereka berada di dalam kamar mandi itu. Posisi dan aksi mereka tetap seperti biasa. Sedangkan decak-decak membecek akibat pergesekan kedua kemaluan itu semakin lama semakin terdengar kuat. Dan semakin telinga mereka mendengar suara-suara itu keduanya mulai mempercepat gerakan pantat mereka, sehingga tak ayal bibir memek itu memble ke kiri dan ke kanan di kala Junarti menggoyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan.

Semakin kuat gerakan pantat itu akhirnya keduanya merasakan adanya perubahan di dalam tubuh. Sel-sel dan hormon yg tersembunyi di tulang-tulang sum-sum keduanya terasa bergerak keluar dan kemudian mengalir menuju ke kantung sperma. Dan di kala sel-sel dan hormon itu sudah masuk ke kantung sperma, lalu tubuh keduanya terasa menegang kencang. Di kala tubuh mereka mulai tegang, gerakan itu dilakukan keduanya dengan cepat dan kuat sekali. Sehingga selang beberapa kali lelaki itu menghujamkan pantatnya maju mundur, tiba-tiba terdengar suara pekikan histeris dari mulut Junarti.
“Ooooouuuwww….eeeeesssstt…..” suara permpuan itu dengan kedua mata terpejam.

Di saat lelaki itu menghempaskan pantatnya kuat-kuat tiba-tiba ia merasakan sel-sel yg sudah berkumpul di dalam kantung sperma, bergerak keluar dan kemudian meluncur keluar lewat dari lubuk memeknya.

“Seerr….seerr…seerr…” denyut-denyut sel-sel yg berubah menjadi sperma, cairan yg hangat dan kental kemudian kian membanjir di liang memek.
Di kala denyut-denyut sperma itu memancar keluar, tubuh Junarti yg semula tegang kencang, mendadak menjadi lemas tak berdaya sama sekali.

“Aaaaahhh….” erang Junarti kembali dan kemudian dengan keadaan lemas tak berdaya dan seluruh liang memeknya terasa ngilu, ia membiarkan lelaki itu masih terus aktif menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur.

Sedangkan sebaliknya Dorby yg mengerti kalau pegawainya itu sudah mengeluarkan air kental, dan dia faham kalau perempuan itu sudah tdk berdaya sama sekali, maka seketika sambil memeras-meras payudara semakin kuat, ia lalu menghujamkan rudalnya maju mundur dengan cepat dan lebih kuat. Decak-decak suara yg terdengar kian membecek itu sama sekali sudah tak terpedulikan olehnya. Dan hanya selang beberapa kali ia menghempaskan pantatnya maju mundur, tiba-tiba tubuhnya semakin terasa menegang kencang dan….

“Croott…creett….seerr….seerr…”
“Aaaaaaaaakkkkhhhh…” erang suara Dorby yg terdengar tak ubahnya bagai raungan suara harimau.
Hormon yg sudah berkumpul di kantung sperma terasa bergerak keluar lewat dari lubang perkencingannya.
“Jret…jret….jret…” denyut-denyut hormon yg berubah menjadi sperma kemudian kian membanjir di pelupuk liang memek itu.
Mata lelaki itu mendelik-delik di kala ia merasakan denyut-denyut cairan hangat dan kental itu memancar keluar. Dan tubuh yg semula terasa menegang kencang, tiba-tiba berbalik menjadi lemas tak berdaya sama sekali.

“Uuuuuukh…” desahnya lagi, dengan keadaan sisa-sisa tenaga yg masih ada, lalu perlahan-lahan kaki Junarti yg masih berada di pundaknya diturunkannya dan di kala kaki perempuan itu berada di permukaan lantai, perlahan-lahan lelaki itu mencabut k0ntol yg masih terbenam di lubuk memek.
“Aaaaahhhh…..” suara Junarti masih merasakan sisa kenikmatan di kala lelaki itu mencabut k0ntolnya dari memek.

“Eeeekhhkh…” suara Dorby pula dan kemudian berusaha memegang batang k0ntolnya yg sudah basah kuyup oleh air mani yg bercampur dengan sperma mereka berdua, dan setelah itu, bagai orang yg kelelahan sehabis berlari jauh keduanya pun terjerembab menjatuhkan di atas lantai, dengan posisi punggung keduanya bersandar ke dinding tembok sebelah kanan kamar mandi tersebut.

Demikianlah akhir dari cerita ini yg berakhir dengan tdk ada yg buruk bagi iblis untuk sesuatu yg menjerumuskan, dan tak ada yg baik bagi bisikan iblis yg terkandung dalam kehidupan yg layak dan wajar.

Artikel Terkait

Cerita Sex Junarti
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email